Kamis, 25 Juli 2013
Kisah Sedih "Hidup Hanya 6 Jam"
Ada pasangan suami isteri yang sudah hidup beberapa lama tetapi belum mempunyai keturunan. Sejak 10 tahun yang lalu, sang istri terlibat aktif dalam kegiatan untuk menentang ABORSI, karena menurut pandangannya, aborsi berarti membunuh seorang bayi.
Setelah bertahun-tahun berumah-tangga, akhirnya sang istri hamil, sehingga pasangan tersebut sangat bahagia. Mereka menyebarkan kabar baik ini kepada famili, teman-teman dan sahabat-sahabat, serta lingkungan sekitarnya. Semua orang ikut bersukacita dengan mereka. Dokter menemukan bayi kembar dalam perutnya, seorang bayi laki-laki dan perempuan. Tetapi setelah beberapa bulan, sesuatu yang buruk terjadi. Bayi perempuan mengalami kelainan, dan ia mungkin tidak bisa hidup sampai masa kelahiran tiba. Dan kondisinya juga dapat mempengaruhi kondisi bayi laki-laki. Jadi dokter menyarankan untuk dilakukan aborsi, demi untuk sang ibu dan bayi laki-lakinya.
Fakta ini membuat keadaan menjadi terbalik. Baik sang suami maupun sang istri mengalami depresi. Pasangan ini bersikeras untuk tidak menggugurkan bayi perempuannya (membunuh bayi tersebut), tetapi juga kuatir terhadap kesehatan bayi laki-lakinya. “Saya bisa merasakan keberadaannya, dia sedang tidur nyenyak”, kata sang ibu di sela tangisannya. Lingkungan sekitarnya memberikan dukungan moral kepada pasangan tersebut.
Ketika sang istri semakin tekun berdoa, tiba-tiba dia tersadar bahwa pasti ada hikmah dibalik semua ini. Hal ini membuatnya lebih tabah. Pasangan ini berusaha keras untuk menerima fakta ini. Mereka mencari informasi di internet, pergi ke perpustakaan, bertemu dengan banyak dokter, untuk mempelajari lebih banyak tentang masalah bayi mereka. Satu hal yang mereka temukan adalah bahwa mereka tidak sendirian. Banyak pasangan lainnya yang juga mengalami situasi yang sama, dimana bayi mereka tidak dapat hidup lama.
Mereka juga menemukan bahwa beberapa bayi akan mampu bertahan hidup, bila mereka mampu memperoleh donor organ dari bayi lainnya. Sebuah peluang yang sangat langka. Siapa yang mau mendonorkan organ bayinya ke orang lain ? Jauh sebelum bayi mereka lahir, pasangan ini menamakan bayinya, Jeffrey dan Anne. Mereka terus berdoa, pada mulanya,mereka memohon keajaiban supaya bayinya sembuh. Kemudian mereka tahu, bahwa mereka seharusnya berdoa agar mempunyai kekuatan untuk menghadapi apapun yang terjadi, karena mereka yakin segala sesuatu pasti ada hikmahnya.
Keajaiban terjadi, dokter mengatakan bahwa Anne cukup sehat untuk dilahirkan, tetapi ia tidak akan bertahan hidup lebih dari 2 jam. Sang istri kemudian berdiskusi dengan suaminya, bahwa jika sesuatu yang buruk terjadi pada Anne, mereka akan mendonorkan organnya. Ada dua bayi yang sedang berjuang hidup dan sekarat, yang sedang menunggu donor organ bayi. Sekali lagi, pasangan ini berlinangan air mata. Mereka menangis dalam posisi sebagai orang tua, dimana mereka bahkan tidak mampu menyelamatkan Anne. Pasangan ini bertekad untuk tabah menghadapi kenyataan yang akan terjadi.
Hari kelahiran tiba. Sang istri berhasil melahirkan kedua bayinya dengan selamat. Pada momen yang sangat berharga tersebut, sang suami menggendong Anne dengan sangat hati-hati, Anne menatap ayahnya, dan tersenyum dengan manis. Senyuman Anne yang imut tak akan pernah terlupakan dalam hidupnya. Tidak ada kata-kata di dunia ini yang mampu menggambarkan perasaan pasangan tersebut pada saat itu. Mereka sangat bangga bahwa mereka sudah melakukan pilihan yang tepat (dengan tidak mengaborsi Anne), mereka sangat bahagia melihat Anne yang begitu mungil tersenyum pada mereka, mereka sangat sedih karena kebahagiaan ini akan berakhir dalam beberapa jam saja. Kakak Anne, Jeffrey Pun menangis.
Sungguh tidak ada kata-kata yang dapat mewakili perasaan pasangan tersebut. Mungkin hanya dengan air mata yang terus jatuh mengalir, air mata yang berasal dari jiwa mereka yang terluka.
Baik sang kakek, nenek, maupun kerabat famili memiliki kesempatan untuk melihat Anne. Keajaiban terjadi lagi, Anne tetap bertahan hidup setelah lewat 2 jam. Memberikan kesempatan yang lebih banyak bagi keluarga tersebut untuk saling berbagi kebahagiaan. Tetapi Anne tidak mampu bertahan setelah enam jam.
Para dokter bekerja cepat untuk melakukan prosedur pendonoran organ. Setelah beberapa minggu, dokter menghubungi pasangan tersebut bahwa donor tersebut berhasil. Dua bayi berhasil diselamatkan dari kematian. Pasangan tersebut sekarang sadar walaupun Anne hanya hidup selama 6 jam, tetapi dia berhasil menyelamatkan dua nyawa. Bagi pasangan tersebut, Anne adalah pahlawan mereka, dan sang Anne yang mungil akan hidup dalam hati mereka selamanya.
SESUNGGUHNYA, tidaklah penting berapa lama kita hidup, satu hari ataupun bahkan seratus tahun. Hal yang benar-benar penting adalah apa yang telah kita lakukan selama hidup kita, yang bermanfaat bagi orang lain.
Sumber: buku “Gifts From The Heart for Women” karangan Karen Kingsbury
Sahabat yang terkasih,
Dengan segala kerendahan hati dan penuh rasa hormat, maukah Anda berbaik hati untuk ikut serta bersama saya dalam meneruskan pesan kisah cinta kasih ini dengan “Tag/Share & Broadcast” kepada semua teman-teman dan anggota keluarga?
Karena dengan kita berbuat demikian serta menganjurkan orang lain turut melakukan suatu mahakarya kebajikan untuk lebih peduli kepada sesama dan akan membawa berkah rahmat terbesar dalam hidup kita di dunia ini.
Terima Kasih telah menyempatkan waktu untuk membaca kisah ini dan terima Kasih telah berbagi hati mulia Anda untuk semua orang di dunia ini.
Rabu, 19 Juni 2013
Kisah Pak Tua Dan Tong Sampah
Seorang pria tua yang bijak memutuskan untuk pensiun dan membeli rumah mungil dekat sebuah SMP. Selama beberapa minggu ia menikmati masa-masa pensiunnya dengan tenang dan damai. Kebetulan saat itu sedang masa liburan sekolah.
Tak berapa lama kemudian, masa sekolah tiba. Dan, sekolah itu pun penuh dengan anak-anak. Suasana tenang dan nyaman menjadi sedikit berubah. Namun yang paling menjengkelkan pak tua adalah, setiap hari ada tiga anak laki-laki lewat di depan rumah yang suka memukuli tong sampah yang ada di pinggir jalan. Mereka membikin keributan sepanjang hari dan berulah seolah-olah menjadi pemain perkusi hebat. Begitu terus dari hari ke hari.
Sampai akhirnya pak tua merasa harus melakukan sesuatu pada mereka. Keesokan harinya, pak tua keluar rumah sambil tersenyum lebar menghampiri tiga anak laki-laki yang sedang asyik memukuli tong sampah.
Ia menghentikan permainan mereka, dan berkata, “Hai, anak-anak! Kalian pasti suka bersenang-senang. Saya suka sekali dengan cara kalian bersenang-senang seperti ini. Sewaktu saya masih kecil, saya juga suka bermain-main seperti kalian. Nah, apakah kalian mau saya beri uang?” “Mau.. mau..” sahut ketiga anak itu serempak. “Okay, begini,” pak tua itu tersenyum. Lalu ia mengeluarkan tiga lembar uang ribuan dari sakunya.
Katanya, “Masing-masing dari kalian saya beri uang seribu. Tapi kalian harus berjanji mau bermain-main di sini dan memukuli tong sampah ini setiap hari.” Anak-anak itu senangnya luar biasa. Sejak itu setiap hari mereka “bekerja”memukuli tong sampah itu dengan penuh semangat.
Beberapa hari kemudian, pak tua itu menghampiri dan menyambut “pekerjaan” mereka dengan penuh senyum. Namun kali ini senyumnya tampak agak sedih. Katanya, “Nak, kalian tahu khan situasi krisis akhir-akhir ini membuat uang pensiun saya tak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.” Ia menarik nafas dalam-dalam.
Anak-anak itu menunggu apa yang diucapkannya. Lanjut pak tua. “Mulai hari ini saya hanya bisa membayar kalian lima ratus saja untuk tugas kalian memukuli tong sampah ini.” Anak-anak itu tampak kecewa dengan keputusan pak tua, namun mereka masih bisa menerimanya. Lalu mereka melanjutkan tugas mereka membuat keributan sepanjang hari.
Beberapa hari kemudian, pak tua itu dengan wajah memelas mendekati anak-anak yang sedang memukuli tong sampah. Katanya, “Maaf, bulan ini saya belum menerima kiriman uang pensiun. Saya hanya bisa memberi kalian bertiga seribu Rupiah saja.”
“Apa..? Seribu untuk bertiga?,” protes pemimpin pemain tong sampah itu. ” Apa pak tua kira kami ini mau menghabiskan waktu kami di sini hanya untuk uang segitu? Ah, yang benar saja! Pak tua ini tidak masuk akal. Mulai hari ini kami tidak mau lagi melakukan tugas ini lagi. Kami keluar.”
Ketiga anak lelaki itu pergi meninggalkan pak tua itu dengan bersungut-sungut. Dan, sejak hari itu pak tua menikmati ketenangan hingga akhir hayatnya.
Kadang dalam hidup ini, kita perlu mengalah. Mengalah bukanlah berarti kalah. Tetapi mengalah menunjukkan kearifan dan kelapangan dada.
Mari Bersyukur
Mendengar istri mengomel di rumah, berarti aku masih punya keluarga. Mendengar suami masih ngorok di sebelahku berarti aku masih punya suami.
Mendengar ayah dan ibu menegurku dengan tegas berarti aku masih punya orang tua. Merasa lelah dan pegal linu setiap sore, itu berarti aku mampu bekerja keras.
Membersihkan piring dan gelas kotor setelah menerima tamu di rumah, itu berarti aku punya teman. Pakaianku terasa agak sempit, itu berarti aku makan cukup. Mencuci dan menyetrika tumpukan baju, itu berarti aku memiliki pakaian.
Membersihkan halaman rumah, jendela, memperbaiki talang dan selokan air, itu berarti aku memiliki tempat tinggal. Mendapatkan banyak tugas yang merepotkan, itu berarti aku dipercayai dapat melakukannya.
Mendapatkan rekan kerja/bisnis yang mengesalkan menandakan karier/bisnis ku masih bergerak dan hidup. Mendapatkan banyak komplain dari customer kita menandakan bahwa customer kita masih ada, masih loyal dan menginginkan kita menuju perubahan ke arah lebih baik.
Mendengar nyanyian suara yang fals, itu berarti aku bisa mendengar. Mendengar bunyi jam alarm di pagi hari, itu berarti aku masih hidup.
Akhirnya banyak hal yang dapat kita syukuri setiap hari. Aku juga bersyukur mendapatkan pesan ini, karena secara tidak sadar aku masih memiliki teman yang peduli padaku.
Seseorang yang peduli tentang aku telah mengirimkannya kepadaku. Dan karena aku peduli tentangmu maka aku mengirimkannya juga kepadamu.
Berhenti mengeluh dan bersyukurlah. Bersyukur dalam setiap keadaan meski tak ada alasan untuk bersyukur sekalipun.
Semoga yang membaca pesan ini selalu diberkahi dengan kesehatan, kebahagiaan dan kedamaian. Semoga demikianlah adanya.
Langganan:
Postingan (Atom)