Jumat, 14 September 2012

Jembatan Persaudaraan


Alkisah hiduplah dua orang kakak beradik yang semula hidupnya sangat rukun, tetapi akhirnya terjatuh ke dalam pertengkaran serius hanya karena kesalahpahaman kecil di antara keduanya. Padahal selama 40 tahun mereka
hidup damai harmonis berdampingan tanpa pernah ada konflik menegangkan di antara keduanya..

Suatu pagi, lewatlah seorang tukang kayu yang mengetuk rumah sang kakak. “Maaf tuan, saya sedang mencari pekerjaan,” kata pria itu dgn ramah. “Barangkali tuan berkenan memberikan sebuah pekerjaan untuk saya selesaikan.”

“Oh ya!” jawab sang kakak. “Saya punya pekerjaan untukmu. Kau lihat ladang di seberang sungai di sana. Itu adalah rumah tetanggaku, …ah sebetulnya ia adalah adikku.

Minggu lalu ia mengeruk bendungan lalu mengalirkan airnya ke tengah padang rumput itu, sehingga menjadi sungai yang memisahkan tanah kami.

Hmm, barangkali ia memang sengaja ingin mengejekku, tapi aku akan membalasnya setimpal. Di situ ada gundukan kayu. Aku ingin kau membuat pagar setinggi 10 meter untukku sehingga aku tidak perlu lagi melihat rumahnya. Pokoknya, aku ingin melupakannya.” Ungkap sang kakak terhadap tukang kayu itu.

Kata tukang kayu, “Saya mengerti Tuan. Akan saya kerjakan sesuatu yang bisa membuat hati tuan merasa senang.”

Sang kakak meninggalkan tukang kayu itu untuk bekerja sendirian.

Di sore hari, ketika ia kembali, tukang kayu itu baru saja menyelesaikan pekerjaannya.

Betapa terbelalaknya ia begitu melihat hasil pekerjaan tukang kayu itu. Sama sekali tdk ada pagar kayu sebagaimana yang dimintanya. Yang ada malah adalah sebuah jembatan kayu yang melintasi sungai yang menghubungkan ladang pertaniannya dgn ladang milik adiknya. Jembatan itu tampak begitu indah dengan undak-undakan yang tertata rapi.

Dari seberang, terlihat sang adik bergegas menaiki jembatan itu dengan kedua tangannya terbuka lebar. “Kakakku, kau sungguh baik hati mau membuatkan jembatan ini. Padahal sikap dan ucapanku telah menyakiti hatimu. Maafkan aku, Kak”

Dua bersaudara itu pun bertemu di tengah jembatan, saling berjabat tangan dan berpelukan. Segala perselisihan paham dan curiga akhirnya luntur di tengah jembatan. Api amarah kebencian di antara keduanya telah padam, digantikan dengan hangatnya jalinan hati kasih.

Melihat itu, tukang kayu pun membenahi perkakasnya dan bersiap untuk pergi.

“Hai, jangan pergi dulu. Tinggallah beberapa hari. Kami punya banyak pekerjaan untukmu,” pinta sang kakak.

“Sesungguhnya saya ingin sekali tinggal di sini,” kata tukang kayu, “tapi masih banyak jembatan lain yang harus saya selesaikan.”

Demikianlah dalam hidup kita. Hendaknya kita bisa menjadikan diri sebagai jembatan untuk menumbuhkan kasih dan persaudaraan dalam lingkungan keluarga kita. Hendaknya kita bisa menjadi jembatan untuk menumbuhkan semangat persahabatan di dalam lingkungan sekolah maupun kerja.

Hidup akan terasa indah bila semuanya hidup harmonis dan tenang damai, tanpa pertikaian, percekcokan, pertengkaran dan pertentangan yang tidak ada habis-habisnya. Rasa persaudaraan dan persahabatan yang dilandasi dengan semangat kasih, akan mendatangkan kebahagiaan dan kegembiraan hidup bagi kita semua. Mari tumbuhkan dan pererat tali persaudaraan dan hubungan persahabatan, agar tidak lekang selamanya.

Kamis, 13 September 2012

Kisah Gelandangan dan Adik Lumpuh

Roy Angel adalah pendeta miskin yang memiliki kakak seorang milyuner. Pada tahun 1940, ketika bisnis minyak bumi sedang mengalami puncak keemasan, kakaknya menjual padang rumput di Texas pada waktu yang
tepat dengan harga yang sangat tinggi. Seketika itu kakak Roy Angel menjadi kayaraya.

Setelah itu kakak Roy Angel menanam saham pada perusahaan besar dan memperoleh untung yang besar pula. Kini dia tinggal di apartemen mewah di New York dan memiliki kantor di Wallstreet.

Seminggu sebelum Natal, kakaknya menghadiahi Roy Angel sebuah mobil baru yang mewah dan mengkilap. Walau sudah menolak pemberian tersebut, kakaknya tetap bersikeras untuk menghadiahkannya.

Suatu pagi seorang anak gelandangan menatap mobilnya dengan penuh kekaguman.

“Hai.. nak” sapa Roy

Anak itu melihat pada Roy dan bertanya “Apakah ini mobil Tuan?”

“Ya,” jawab Roy singkat.

“Berapa harganya Tuan?”

“Sesungguhnya saya tidak tahu harganya berapa”.

“Mengapa Tuan tidak tahu harganya, bukankan Tuan yang punya mobil ini?” Gelandangan kecil itu bertanya penuh heran.

“Saya tidak tahu karena mobil ini adalah hadiah pemberian dari kakak saya”.

Mendengar jawaban itu mata anak itu melebar dan bergumam, ”Seandainya…. seandainya…”

Roy mengira ia tahu persis apa yang didambakan anak kecil itu, “Anak ini pasti berharap memiliki kakak yang sama seperti kakakku”.

Ternyata Roy salah menduga, saat anak itu melanjutkan kata-katanya:

“Seandainya… seandainya saya dapat menjadi kakak seperti itu..”

Dengan masih terheran-heran Roy mengajak anak itu berkeliling dengan mobilnya.

Anak itu tak henti-henti memuji keindahan mobilnya.

Sampai satu kali anak itu berkata, ”Tuan bersediakah Tuan mampir ke rumah saya ? Letaknya hanya beberapa blok dari sini”.

Sekali lagi Roy mengira dia tahu apa yang ingin dilakukan anak ini.

“Pasti anak ini ingin memperlihatkan pada teman-temannya bahwa ia telah naik mobil mewah” pikir Roy.

“OK, mengapa tidak”, kata Roy sambil menuju arah rumah anak itu.

Tiba di sudut jalan si anak gelandangan memohon pada Roy untuk berhenti sejenak, “Tuan, bersediakah Tuan menunggu sebentar? Saya akan segera kembali”.

Anak itu berlari menuju rumah gubuknya yang sudah reot. Setelah menunggu hampir sepuluh menit, Roy mulai penasaran apa yang dilakukan anak itu dan keluar dari mobilnya, menatap rumah reot itu.

Pada waktu itu, ia mendengar suara kaki yang perlahan-lahan. Beberapa saat kemudian anak gelandangan itu keluar sambil menggendong seorang anak kecil. Ternyata anak kecil itu adalah adiknya yang telah lumpuh sejak kecil.

Setelah tiba di dekat mobil, anak gelandangan itu berkata pada adiknya: “Lihat… seperti yang kakak bilang padamu. Ini mobil terbaru. Kakak Tuan ini menghadiahkannya pada Tuan ini. Suatu saat nanti kakak akan membelikan mobil seperti ini untukmu”.

“Seandainya saya dapat menjadi kakak seperti itu,” Roy sampai menitikkan air mata sangking terharunya menyaksikan betapa besar dan tulusnya kasih seorang kakak terhadap adiknya.

Sungguh besar kasih seorang kakak terhadap adiknya. Sungguh luar biasa rasa persaudaraan yang terukir dalam hati sang kakak. Tak pernah sekalipun terbersit dalam pikirannya akan kecacatan dan kelumpuhan adiknya. Sekalipun hidupnya melarat dalam kemiskinan dengan beban adik yang lumpuh, tetapi sungguh hatinya berlimpah kasih, hatinya lebih kaya dari siapa pun juga. Inilah kekuatan di balik kasih dan rasa persaudaraan.

Semoga kita semua terinspirasi dengan kisah nyata ini. Sungguh merupakan sebuah refleksi dan cermin bagi kita dalam menjalani kehidupan yang penuh lika-liku. Semoga semua kakak adik hidup harmonis, hidup berdampingan dengan rasa persaudaraan yang kental, saling mengasah, mengasuh dan mengasuh.

Kisah Tiga Karung Beras: Kasih Ibu Yang Murni

Ini adalah kisah yang amat mengharukan. Membacanya sungguh membuat hati trenyuh. Inilah makanan utama bagi jiwa yang haus akan jauh sayang. Ini adalah makanan yang tidak bisa dibeli dengan uang. Kisah ini adalah kisah nyata sebuah keluarga yang sangat miskin, yang memiliki seorang anak laki-laki. Ayahnya sudah meninggal dunia, tinggalah ibu dan anak laki-lakinya untuk saling menopang.

Ibunya bersusah payah seorang membesarkan anaknya, saat itu kampung tersebut belum memiliki listrik. Saat membaca buku, sang anak tersebut diterangi sinar lampu minyak, sedangkan ibunya dengan penuh kasih menjahitkan baju untuk sang anak.

Saat memasuki musim gugur, sang anak memasuki sekolah menengah atas. Tetapi justru saat itulah ibunya menderita penyakit rematik yang parah sehingga tidak bisa lagi bekerja disawah.

Saat itu setiap bulannya murid-murid diharuskan membawa tiga puluh kg beras untuk dibawa ke kantin sekolah. Sang anak mengerti bahwa ibunya tidak mungkin bisa memberikan tiga puluh kg beras tersebut.

Dan kemudian berkata kepada ibunya: “Bu, saya mau berhenti sekolah dan membantu mama bekerja disawah”.

Ibunya mengelus kepala anaknya dan berkata, “Kamu memiliki niat seperti itu ibu sudah senang sekali tetapi kamu harus tetap sekolah. Jangan khawatir, kalau ibu sudah melahirkan kamu, pasti bisa merawat dan menjaga kamu. Cepatlah pergi daftarkan kesekolah nanti berasnya ibu yang akan bawa kesana”.

Karena sang anak tetap bersikeras tidak mau mendaftarkan ke sekolah, ibunya sampai menampar sang anak tersebut. Dan ini adalah pertama kalinya sang anak ini dipukul oleh ibunya.
Sang anak akhirnya pergi juga kesekolah. Sang ibunya terus berpikir dan merenung dalam hati sambil melihat bayangan anaknya yang pergi menjauh.

Tak berapa lama, dengan terpincang-pincang dan nafas tergesa-gesa Ibunya datang kekantin sekolah dan menurunkan sekantong beras dari bahunya. Pengawas yang bertanggung jawab menimbang beras dan membuka kantongnya dan mengambil segenggam beras lalu menimbangnya dan berkata, ” Kalian para wali murid selalu suka mengambil keuntungan kecil, kalian lihat, disini isinya campuran beras dan gabah. Jadi kalian kira kantin saya ini tempat penampungan beras campuran”. Sang ibu ini pun malu dan berkali-kali meminta maaf kepada ibu pengawas tersebut.

Awal Bulan berikutnya ibu memikul sekantong beras dan masuk kedalam kantin. Ibu pengawas seperti biasanya mengambil sekantong beras dari kantong tersebut dan melihat. Masih dengan alis yang mengerut dan berkata, “Masih dengan beras yang sama”. Pengawas itupun berpikir, apakah kemarin itu dia belum berpesan dengan Ibu ini dan kemudian berkata : “Tak perduli beras apapun yang Ibu berikan kami akan terima tapi jenisnya harus dipisah, jangan dicampur bersama, kalau tidak maka beras yang dimasak tidak bisa matang sempurna. Selanjutnya kalau begini lagi, maka saya tidak bisa menerimanya”.

Sang ibu sedikit takut dan berkata : “Ibu pengawas, beras dirumah kami semuanya seperti ini jadi bagaimana? Pengawas itu pun tidak mau tahu dan berkata : “Ibu punya berapa hektar tanah sehingga bisa menanam bermacam-macam jenis beras”. Menerima pertanyaan seperti itu sang ibu tersebut akhirnya tidak berani berkata apa-apa lagi.

Awal bulan ketiga, sang ibu datang kembali kesekolah. Sang pengawas kembali marah besar dengan kata-kata kasar dan berkata: “Kamu sebagai mama kenapa begitu keras kepala, kenapa masih tetap membawa beras yang sama. Bawa pulang saja berasmu itu!”.

Dengan berlinang air mata sang ibu pun berlutut di depan pengawas tersebut dan berkata, “Maafkan saya bu, sebenarnya beras ini saya dapat dari mengemis”. Setelah mendengar kata sang ibu, pengawas itu kaget dan tidak bisa berkata apa-apa lagi. Sang ibu tersebut akhirnya duduk diatas lantai, menggulung celananya dan memperlihatkan kakinya yang sudah mengeras dan membengkak.

Sang ibu tersebut menghapus air mata dan berkata: “Saya menderita rematik stadium terakhir, bahkan untuk berjalan pun susah, apalagi untuk bercocok tanam. Anakku sangat mengerti kondisiku dan mau berhenti sekolah untuk membantuku bekerja disawah. Tapi saya melarang dan menyuruhnya bersekolah lagi.”

Selama ini dia tidak memberi tahu sanak saudaranya yang ada dikampung sebelah. Lebih-lebih takut melukai harga diri anaknya.

Setiap hari pagi-pagi buta dengan kantong kosong dan bantuan tongkat pergi kekampung sebelah untuk mengemis. Sampai hari sudah gelap pelan-pelan kembali kekampung sendiri. Sampai pada awal bulan semua beras yang terkumpul diserahkan kesekolah.

Pada saat sang ibu bercerita, secara tidak sadar air mata Pengawas itupun mulai mengalir, kemudian mengangkat ibu tersebut dari lantai dan berkata, “Bu, sekarang saya akan melapor kepada kepala sekolah, supaya bisa diberikan sumbangan untuk keluarga ibu.”

Sang ibu buru-buru menolak dan berkata: “Jangan, kalau anakku tahu ibunya pergi mengemis untuk sekolah anaknya, maka itu akan menghancurkan harga dirinya. Dan itu akan mengganggu sekolahnya. Saya sangat terharu dengan kebaikan hati ibu pengawas, tetapi tolong ibu bisa menjaga rahasia ini.”

Akhirnya masalah ini diketahui juga oleh kepala sekolah. Secara diam-diam kepala sekolah membebaskan biaya sekolah dan biaya hidup anak tersebut selama tiga tahun. Setelah Tiga tahun kemudian, sang anak tersebut lulus masuk ke perguruan tinggi Qing Hua dengan nilai 627 point.

Dihari perpisahan sekolah, kepala sekolah sengaja mengundang ibu dari anak ini duduk diatas tempat duduk utama. Ibu ini merasa aneh, begitu banyak murid yang mendapat nilai tinggi, tetapi mengapa hanya ibu ini yang diundang. Yang lebih aneh lagi disana masih terdapat tiga kantong beras.

Pengawas sekolah tersebut akhirnya maju kedepan dan menceritakan kisah sang ibu ini yang mengemis beras demi anaknya bersekolah.

Kepala sekolah pun menunjukkan tiga kantong beras itu dengan penuh haru dan berkata, “Inilah sang ibu dalam cerita tadi.”

Dan mempersilakan sang ibu tersebut yang sangat luar biasa untuk naik keatas mimbar. Anak dari sang ibu tersebut dengan ragu-ragu melihat kebelakang dan melihat gurunya menuntun ibunya berjalan keatas mimbar. Sang ibu dan sang anakpun saling bertatapan. Pandangan ibu yang hangat dan lembut kepada anaknya. Akhirnya sang anak pun memeluk dan merangkul erat ibunya dan berkata, “Oh Ibuku……”

Pepatah mengatakan, “Kasih ibu sepanjang masa, sepanjang jaman dan sepanjang kenangan” Inilah kasih seorang ibu yang terus dan terus memberi kepada anaknya tanpa mengharapkan kembali dari sang anak.

Hati mulia seorang ibu demi menghidupi sang anak, berkerja tak kenal lelah dengan satu harapan sang anak mendapatkan kebahagian serta sukses dimasa depannya. Mulai sekarang, katakanlah kepada ibu dimanapun ibu kita berada dengan satu kalimat, “Terimakasih Ibu.. Aku Mencintaimu, Aku Mengasihimu. Selamanya”.

Ternyata Ayahku Memang Hebat

Ini adalah cerita tentang hidupmu sendiri, namun terkadang kau tidak menyadari cerita ini melekat pada dirimu… Kau punya “permata” yang tak ternilai harganya. Namun, terkadang kau lupa memilikinya. Itulah sebabnya, saya ceritakan kembali cerita ini. Agar Kau paham betapa “bermakna” nya “permata” itu.

Ayah ingin anak-anaknya punya lebih banyak kesempatan daripada dirinya, menghadapi lebih sedikit kesulitan, lebih tidak tergantung pada siapapun dan selalu membutuhkan kehadirannya.
Ayah hanya menyuruhmu mengerjakan pekerjaan yang kamu sukai.

Ayah membiarkan kamu menang dalam permainan ketika kamu masih kecil,
tapi dia tidak ingin kamu membiarkannya menang ketika kamu sudah besar.

Ayah tidak ada di album foto keluarga, karena dia yang selalu memotret.

Ayah selalu tepat janji! Dia akan memegang janjinya untuk membantu seorang teman, meskipun ajakanmu untuk pergi memancing sebenarnya lebih menyenangkan.

Ayah akan tetap memasang kereta api listrik mainanmu selama bertahun-tahun, meskipun kamu telah bosan, karena ia tetap ingin kamu main kereta api itu.

Ayah selalu sedikit sedih ketika melihat anak-anaknya pergi bermain dengan teman-teman mereka. Karena dia sadar itu adalah akhir masa kecil mereka.

Ayah mulai merencanakan hidupmu ketika tahu bahwa ibumu hamil, tapi begitu kamu lahir, ia mulai membuat revisi.

Ayah membantu membuat impianmu jadi kenyataan bahkan diapun bisa meyakinkanmu untuk melakukan hal-hal yang mustahil, seperti mengapung di atas air setelah ia melepaskanya.

Ayah mungkin tidak tahu jawaban segala sesuatu, tapi ia membantu kamu mencarinya.
Ayah mungkin tampak galak di matamu, tetapi di mata teman-temanmu dia tampak lucu dan menyayangi.

Ayah sulit menghadapi rambutnya yang mulai menipis…. jadi dia
menyalahkan tukang cukurnya menggunting terlalu banyak di puncak kepala
(*_~).

Ayah akan selalu memelihara janggut lebatnya, meski telah memutih, agar kau bisa “melihat” para malaikat bergelantungan di sana dan agar kau selalu bisa mengenalinya.

Ayah selalu senang membantumu menyelesaikan PR, kecuali PR matematika terbaru.
Ayah lambat mendapat teman, tapi dia bersahabat seumur hidup.
Ayah benar-benar senang membantu seseorang… tapi ia sukar meminta bantuan.

Ayah terlalu lama menunda untuk membawa mobil ke bengkel, karena ia merasa dapat memperbaiki sendiri segalanya.

Ayah di dapur. Membuat memasak seperti penjelajahan ilmiah. Dia punya rumus-rumus dan formula racikannya sendiri, dan hanya dia sendiri yang mengerti bagaimana menyelesaikan persamaan-persamaan rumit itu. Dan hasilnya?…. mmmmhhh…” tidak terlalu mengecewakan” (^_~).

Ayah akan sesumbar, bahwa dirinyalah satu- satunya dalam keluarga yang dapat memasak tumis kangkung rasa barbecue grill. (*_~).

Ayah mungkin tidak pernah menyentuh sapu ketika masih muda, tapi ia bisa belajar dengan cepat.
Ayah sangat senang kalau seluruh keluarga berkumpul untuk makan malam… walaupun harus makan dalam remangnya lilin karena lampu mati.

Ayah paling tahu bagaimana mendorong ayunan cukup tinggi untuk membuatmu senang tapi tidak takut.

Ayah akan memberimu tempat duduk terbaik dengan mengangkatmu dibahunya, ketika pawai lewat.

Ayah tidak akan memanjakanmu ketika kamu sakit, tapi ia tidak akan tidur semalaman. Siapa tahu kamu membutuhkannya.

Ayah menganggap orang itu harus berdiri sendiri, jadi dia tidak mau memberitahumu apa yang harus kamu lakukan, tapi ia akan menyatakan rasa tidak setujunya.

Ayah percaya orang harus tepat waktu. karena itu dia selalu lebih awal menunggumu di depan rumah dengan sepeda tuanya, untuk mengantarkanmu dihari pertama masuk sekolah

AYAH ITU MURAH HATI…..
Ia akan melupakan apa yang ia inginkan, agar bisa memberikan apa yang kamu butuhkan…. .
Ia membiarkan orang-orangan sawahmu memakai sweater kesayangannya. ….
Ia membelikanmu lollipop merk baru yang kamu inginkan, dan ia akan menghabiskannya kalau kamu tidak suka…..

Ia menghentikan apa saja yang sedang dikerjakannya, kalau kamu ingin bicara…
Ia selalu berfikir dan bekerja keras untuk membayar spp mu tiap semester, meskipun kamu tidak pernah membantunya menghitung berapa banyak kerutan di dahinya….

Bahkan dia akan senang hati mendengarkan nasehatmu untuk menghentikan kebiasaan merokoknya.. .. Ayah mengangkat beban berat dari bahumu dengan merengkuhkan tangannya disekeliling beban itu….

Ayah akan berkata “tanyakan saja pada ibumu” ketika ia ingin berkata “tidak”.
Ayah tidak pernah marah, tetapi mukanya akan sangat merah padam ketika anak gadisnya menginap di rumah teman tanpa izin

Dan diapun hampir tidak pernah marah, kecuali ketika anak lelakinya kepergok menghisap rokok dikamar mandi.

Ayah mengatakan “tidak apa-apa mengambil sedikit resiko asal kamu sanggup kehilangan apa yang kamu harapkan”

Pujian terbaik bagi seorang ayah adalah ketika dia melihatmu melakukan sesuatu persis seperti caranya….
Ayah lebih bangga pada prestasimu, daripada prestasinya sendiri….

Ayah hanya akan menyalamimu ketika pertama kali kamu pergi merantau meningalkan rumah, karena kalau dia sampai memeluk mungkin ia tidak akan pernah bisa melepaskannya.

Ayah mengira seratus adalah tip..; Seribu adalah uang saku..; Gaji pertamamu terlalu besar untuknya…

Ayah tidak suka meneteskan air mata …. ketika kamu lahir dan dia mendengar kamu menangis untuk pertama kalinya, dia sangat senang sampai-sampai keluar air dari matanya (ssst..tapi sekali lagi ini bukan menangis).

Ketika kamu masih kecil, ia bisa memelukmu untuk mengusir rasa takutmu…ketika kau mimpi akan dibunuh monster… tapi…..ternyata dia bisa menangis dan tidak bisa tidur sepanjang malam, ketika anak gadis kesayangannya di rantau tak memberi kabar selama hampir satu bulan.

Kalau tidak salah ayah pernah berkata :” kalau kau ingin mendapatkan pedang yang tajam dan berkwalitas tinggi, janganlah mencarinya dipasar apalagi tukang loak, tapi datang dan pesanlah langsung dari pandai besinya. Begitupun dengan cinta dan teman dalam hidupmu,jika kau ingin
mendapatkan cinta sejatimu kelak, maka minta dan pesanlah pada Yang Menciptakannya”

Untuk masa depan anak lelakinya Ayah berpesan: “jadilah lebih kuat dan tegar daripadaku, pilihlah ibu untuk anak-anakmu kelak wanita yang lebih baik dari ibumu , berikan yang lebih baik untuk menantu dan cucu-cucuku, daripada apa yang yang telah ku beri padamu”

Dan untuk masa depan anak gadisnya ayah berpesan: “jangan cengeng meski kau seorang wanita, jadilah selalu bidadari kecilku dan bidadari terbaik untuk ayah anak-anakmu kelak! laki-laki yang lebih bisa melindungimu melebihi perlindungan Ayah, tapi jangan pernah kau gantikan posisi Ayah di hatimu”

Ayah bersikeras,bahwa anak-anakmu kelak harus bersikap lebih baik daripada kamu dulu….
Ayah bisa membuatmu percaya diri… karena ia percaya padamu…

Ayah tidak mencoba menjadi yang terbaik, tapi dia hanya mencoba melakukan yang terbaik….
Dan terpenting adalah… Ayah tidak pernah menghalangimu untuk mencintai Tuhan, bahkan dia akan membentangkan seribu jalan agar kau dapat menggapai cintaNya, karena diapun mencintaimu karena cintaNya.

Dan untuk semua yang sedang merindukan Ayah, ssssssssttt…!
Tahukah dirimu ???? Ternyata ayah memang benar-benar MENAKJUBKAN

Persembahan Piano Terbaik Untuk Ayah Tercinta

Bila semua teman-temanku bernyanyi, aku hanya bisa terdiam. Aku tidak pernah tau harus bagaimana mengatakan pada dunia bertapa aku sangat ingin seperti mereka, bisa mendengar dan bernyanyi layaknya kehidupan normal.

Sayangnya aku terlahir dengan keadaan tuli, lebih sadisnya terkadang mereka orang-orang yang tidak pernah mengerti perasaanku berkata kalau aku “ BUDEK” dan itu dituliskan di kertas untukkku tepat di meja belajarku di kelas.

Tapi aku tidak pernah merasa ingin membalas semuanya, karena aku sadar inilah hidupku dan inilah takdirku.

Dulu semasa kecil mungkin aku tidak pernah merasa beban ini begitu besar dalam hidupku. Namun ketika menyadari aku beranjak remaja dan melihat aku berbeda diantara sahabat-sahabatku, aku mulai merasakan kekurangan yang begitu besar dalam diriku.

Di depan mading sekolahku tertulis sebuah pengumuman pembentukan tim musik sekolah. Aku ingin ikut dalam tim itu tapi sayangnya aku hanya bisa meratapi nasibku. Aku pun pulang untuk bertemu dengan ayah, aku terduduk dengan wajah penuh kesedihan.

Dalam duniaku, hanya ayah yang bisa mengerti apa yang aku katakan. Walaupun itu harus dengan bahasa tangan yang ia pelajari dengan susah payah. Aku mengetuk pintu untuk memberi tanda aku ada di kamar untuk bicara dengan ayah, ia melihatku dan melempar senyum.

“ Angel, ayo masuk. Silakan duduk disini nak, ada apa? Bagaimana pelajaran kelas kamu hari ini?”
Aku tertunduk, lalu ayah mulai bisa membaca wajahku.

“ Apa yang terjadi nak, ceritakan pada ayah?”

“ Ayah mengapa aku berbeda dari teman-temanku?”

“ Dalam hal?” tanya ayah padaku,

Aku menangis dan usiaku saat itu hanya 12 tahun dan duduk di sekolah menengah pertama.
“ Aku tidak bisa bernyanyi, tidak bisa mendengar.. Mengapa ayah?”

Ayah melihatku sambil tersenyum,
“ Apakah kamu merasa bersedih karena itu?”

“ Ya, aku sangat bersedih.. Aku ingin seperti mereka.. Bisa bernyanyi dan mendengarkan indahnya musik..”

“ Mengapa kamu ingin menjadi seperti mereka?”

“ Karena aku ingin menjadi tim musik sekolah, aku ingin ayah..”

“ Kalau begitu lakukan..”

Aku terdiam tidak bisa membalas pertanyaan ayah kemudian ia bangkit dan mengajakku ke ruangan gudang di belakang rumahku, ia mulai membersihkan debu-debu di sebuah meja panjang yang tadinya kupikir adalah meja makan. Ternyata itu adalah piano klasik. Aku memperhatikanya dengan heran,

“ Ini adalah peninggalan ibumu sebelum ia meninggal setelah melahirkan kamu, ayah sudah tidak pernah mendengarkannya sejak kamu terlahir..”

“ Lalu..?” tanyaku.

“ kamu mungkin terlahir tanpa bisa mendengar dan bernyanyi. Tapi kamu terlahir dari rahim seorang ibu yang berjuang agar kamu ada di dunia ini dan ayah percaya, Tuhan memberikan kamu dalam kehidupan karena kamu memang layak untuk itu.”

“ Tapi aku cacat, tidak normal dan tidak akan pernah bisa mendengar musik? Bagaimana caranya aku bisa seperti teman-temanku.”

“ Sayang kamu memang tidak bisa mendengarkan musik, tapi kamu bisa memainkan musik?”

“ Bagaimana caranya?”

“ Ayah ada disini untuk kamu dan percayalah, musik itu akan terasa indah bila kamu merasakannya dari hati kamu. “

“ Walaupun aku tidak bisa mendengar..”

Ayah duduk dikursi dan menyuruhku memperhatikannya bermain piano, Ia menutup matanya lalu memainkan arunan toth piano itu.

“Anakku, rasakanlah musik itu dalam hati dan kamu akan tau bertapa Tuhan sangat mencintai siapapun makluk yang ia ciptakan. Walaupun kamu terlahir dengan keadaan cacat dan tidak bisa mendengarkan suara musik itu dari telinga kamu.. Kamu bisa dengarkan lewatkan hati kamu..”

Ayah mengajakku untuk menyentuh setiap toth piano dan kami bermain bersama, aku memang tidak bisa merasakan apa suara music itu tapi aku bisa merasakan nada dari jari yang ketekan dan itu membuatku bersemangat untuk berlatih piano klasik, aku tau ibuku adalah seorang pemain piano sebelum ia meninggal saat melahirkanku. Aku pun berjuang untuk bermain musik dan perlahan aku mampu membuat sedikit alunan music yang indah. Semua itu kurasakan dalam hatiku, semua itu kurasakan dalam jiwaku.

Beberapa minggu kemudian, aku mulai berani mendaftar dalam tim musik sekolahku dan guruku menerimaku walaupun ia tau aku cacat tapi setelah aku mainkan piano dan ia terkesan. Aku tau semua orang melihatku dengan aneh, seorang teman bernama Agnes datang padaku.

“ Hai orang cacat, apa yang bisa kamu lakukan dengan telingamu yang tertutup kotoran?”
Yang lain tertawa dan menambah kalimat yang melukai hatiku.

“ Dia mungkin mau jadi badut diantara tim kita, biarkan saja..”
Ejekan itu berakhir saat guruku datang, mereka semua kembali ke posisi mereka masing dalam alat musik yang mereka kuasai. Ibu guru pembimbing kelas musik bersikap hangat padaku, ia memperkenalkanku pada semuanya.

“ Anak-anak mulai hari ini Angel akan bergabung dalam tim kita, semoga kalian bisa berkerja sama dengan Angel ya..”

“ Ibu apa yang bisa lakukan untuk tim kita, dia kan budek?” ejek Agnes.

“ Agnes!! ibu tidak pernah mengajarkan kamu untuk menghina orang lain, jaga sikap kamu. Walaupun Angel cacat secara fisik ia juga memiliki perasaan, tolong kendalikan kata-kata kamu.”

Aku senang ibu membelaku tapi itu malah membuat semua membenciku, ibu mempersilakan aku memainkan piano, dengan gugup aku bisa bermain dengan baik. Tidak ada satupun tepuk tangan dari teman-temanku, hanya ibu guru seorang. Ketika kelas bubar aku mendekat pada ibu guru, aku menuliskan apa yang ingin aku katakan kepadanya, Ia membacanya.

“ Ibu , aku mundur saja dari tim, aku tidak mungkin bisa menjadi bagian dari mereka. Karena aku ini cacat. Mereka tidak akan menerimaku?”

“ Tidak sayang, jangan berkata demikian, kamu special, kamu berbakat, mereka hanya belum terbiasa, percayalah kalau kamu sudah sering bermain dengan mereka. Kamu akan diterima dengan suka cita. Jadi ibu tidak mau mendengarkan kalimat kamu ingin mundur..”

“Tapi bu, aku takut bila membuat semua jadi kacau.”

“Anakku, beberapa minggu lagi, sekolah ini akan merayakan hari ulang tahunnya, ibu percaya kamulah satu-satunya orang yang layak mengisi tempat di bagian piano, karena teman kamu Rika ( pianis sebelumnya) telah mundur karena sakit cacar”

Aku pulang ke rumah dan memberi kabar kalau aku diterima dalam tim musik sekolah, ayah begitu gembira menunggu saat-saat aku akan berada dipanggung, ia terus melatih permainan pianoku. Aku tidak pernah cerita bertapa aku sangat diremehkan oleh teman-teman se-timku yang hanya menganggap aku sampah yang tidak layak disamping mereka. Mereka sering memarahi aku dengan kata-kata kasar lalu mereka menghinaku sebagai gadis cacat. Hal itu terus terjadi di saat kami berlatih persiapan untuk panggung sekolah.

Mereka tidak pernah peduli apa yang kumainkan. Bila benar, mereka selalu bilang salah. Padahal aku yakin aku benar-benar memainkan musik piano ini. Yang lebih teramat menyedihkan adalah saat aku bertanya dimana letak kesalahanku, yang mereka jawab lebih menyakitkan.

“Kamu ini tuli dan budek, bagaimana bisa kamu tau alunan musik yang kamu mainkan itu benar atau salah? Kamu membuat aku muak dengan sikap kamu yang sok pintar dan mencari muka di depan bu guru.” Kata Agnes padaku.

Aku menangis mendengarkan kalimat itu, aku berlari pulang ke rumah dan satu-satunya kalimat yang kudengar hanya satu. “ Pergi kamu gadis cacat, jangan pernah kembali ke tim kami, kami tidak sudi menerima kamu dalam kelompok ini.”

Aku menangis hingga di depan rumahku dan ketika aku tiba di gerbang rumahku, sebuah mobil ambulan ada didepan rumahku dan membawa ayah. Aku mengejar perawat yang membawa ayah, ayahku tampak tertidur tanpa bicara, seorang tetanggaku berkata padaku.

“ Ayahmu terkena serangan jantung, kamu ikut tante saja. Kita pergi bersama-sama ke rumah sakit.”

Aku shock dan menangis! Bagaimana hidupku tanpa ayah? Sepanjang perjalanan aku terus menitihkan air mata. Ayah tidak sadarkan diri sejak sakit jantungnya kambuh, ia memang memiliki sakit jantung sejak menikah padahal usianya masih sangat muda. tiga hari lamanya aku menemani ayah yang tidak pernah sadarkan diri. Tiga hari pula aku tidak pernah ke sekolah, bu guru bertanya pada Agnes mengapa aku tidak masuk hari ini?”

“ Mungkin Angel merasa tidak sanggup lagi bergabung dengan tim kita, dia itu bodoh bu! Selalu melakukan kesalahan dan dia pergi begitu saja saat latihan dan tidak pernah kembali hingga saat ini.”

Ibu guru mencoba pergi ke rumahku, tapi tidak ada seorang pun orang dirumahku. Aku tau beberapa hari lagi perayaaan musik di sekolahku akan dimulai. Mungkin memang sudah menjadi garis tangan hidupku, aku tidak boleh menjadi tim sekolah. Padahal aku sudah berjuang maksimal berlatih piano di rumah. Tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa selain menjaga ayahku karena ia lebih penting dalam hidupku, ia satu-satunya sahabatku yang bisa mengerti keadaan ku setelah ibu meninggal dunia.

Ya Tuhan jangan ambil ayahku, doaku setiap saat kepadanya

Seminggu kemudian,

Ayah tersadar dan melihat aku disampingnya. Ia tidak bisa bicara banyak, selain bertanya mengapa aku disini, mengapa aku tidak berlatih bersama tim musik disekolahku, aku berpura-pura berkata padanya kalau mereka memberikan aku izin menjaga ayah. Ayah marah padaku, ia bilang aku harus segera latihan dan ia ingin aku tampil disana.

“ Jangan pedulikan ayah saat ini, yang penting kamu harus bisa buktikan kepada semua orang kalau kamu bisa bermain musik dan tunjukkan kepada mereka kamu gadis yang sempurna ”

Aku tau itu berat, tapi aku tidak ingin ayah bersedih mendengar penolakkan sahabatku di sekolah, ia berjanji padaku akan lekas sembuh asal aku terus bersemangat latihan musik. Akhirnya aku pun pergi ke sekolah kembali dan masuk ke kelas musik. Ibu guru menyambutku dengan baik, dan langsung memintaku berlatih. Setelah ia pergi, Agnes dan kawan-kawan mendekatiku, mereka mendorongku hingga terjatuh.

“ Kamu itu makluk Tuhan paling menjijikan, jangan membuat tim kami malu dengan kehadiran kamu di tim music kami. tidak punya malu, padahal kami sudah mengusirmu..”

Aku terdiam, seorang teman mengatakan pada Agnes,
“ Percuma dia tuli, dia ga akan mendengarkan apa yang kita bicarakan.”

Agnes marah merasa aku tidak mendengarkan semua kemarahannya, Ia bersama teman-teman mendorongku hingga keluar ruangan, aku mengetuk pintu dan ketika tanganku berusaha membuka pintu, mereka menjepit tanganku tanpa ampun, aku berteriak kesakitan dan mereka tidak peduli

“ Astaga dia bisa menjerit juga ya.. kirain dia itu bisu, bisa teriak juga hahaha “ ledek mereka.
Mereka menyiksaku dan aku tidak berdaya. Tanganku terasa mati rasa, mungkin jariku patah. Aku meminta tetanggaku untuk membalut luka ini dan ia sangat terkejut dengan keadaanku. Aku berkata padanya aku terjatuh di jalan. Tapi aku tidak akan pernah menyerah untuk menjadi tim musik kelasku. Hingga hari itu tiba, dengan luka balut tanganku aku muncul di sekolah. Sebelumnya aku mengatakan pada ayah .

“ Ayah hari ini aku akan bermain musik dihadapan semua orang, ayah harus mendengarkan ya. “
“ Anakku, ayah pasti mendengarkan. Maaf saat ini ayah sedang sakit, ini adalah hari istemewamu. Tapi ayah sudah pikirkan bagaimana caranya. Ambil telepon genggam ayah dan biarkan itu menyala saat kamu mainkan.”

“ Baik ayah.” Aku menuruti ide cermerlang ayah.

Saat aku keluar ruangan, dokter mengatakan hal kecil disamping ayah “ Jantung anda melemah, anda harus terus berpikir positif sehingga cepat sembuh”
“ Anak saya akan manggung hari ini, itu membuat saya cemas”
“ Percayalah , anak anda adalah gadis luar biasa..”

Aku menangis menuju sekolahku, Saat aku tiba di sekolah, Agnes dan kawan-kawan melihatku dengan jijik. Sepertinya mereka tidak mau aku di panggung, mereka manarik bajuku dan menamparku di belakang panggung.

“ Pergi cepat, jangan pernah ada disini, kami akan tampil tanpa kamu. Cepat pergi? Sebelum ibu guru datang”

Tidak, aku tidak akan menyerah walaupun mereka menyiksaku. Aku sudah berjanji pada ayah untuk bermain musik di acara sekolah. Karena mereka mendapatkan aku tidak menyerah, akhirnya mereka mengancam tidak akan tampil dan memaksa aku tampil seorang diri, mereka ingin membuatku malu.

“ Baiklah, kami tidak akan tampil. Dan silakan kamu tampil sendirian, jadilah badut diatas panggung..”

Aku tidak mampu berbuat apa-apa ketika mereka mengikat rambutku layaknya orang bodoh, memoles mukaku dengan cat warna merah menyerupai badut sirkus. Aku tidak peduli, aku hanya ingin ayah bahagia dan menepati janji kepada ayah untuk tampil dalam panggung itu. Setelah puas mendandaniku seperti badut mereka pergi mendorong aku diatas panggung saat ibu guru yang bertugas menjadi pembaca acara memanggil tim kami dan aku muncul sendirian, mereka semua berlarian mengumpat.

“ DImana yang lain?” tanya ibu guru,
Aku terdiam, semua orang yang ada di bangku penonton menertawakan aku, mereka melihat badut yang sedang berada diatas panggung, aku sungguh tidak bisa berbuat-apa.

“ Astaga apa yang terjadi padamu dan yang lain pergi kemana? Kita tidak akan bisa menjalankan acara music ini.”

Aku mengambil kertas dan menuliskannya
“ Bu, izinkanlah aku bermain piano ini, aku sudah berjanji pada ayah untuk bermain piano , ia sedang terbaring lemas di rumah sakit, jantungnya melemah hari ini, aku takut ia akan semakin buruk bila tau aku gagal bermain bersama tim musik di sekolah”

Ibu menatapku, ia sadar bertapa aku sangat sulit.
“ Baiklah mainkanlah piano ini, tunjukkan pada dunia kalau kamu adalah orang special dengan musikmu”

“ Terima kasih bu.”
Ibu guru memberikan kata-kata sambutan kepada penonton yang terus tertawa karena melihat badut sepertiku, tapi aku tidak peduli. Dengan keunggulan 3g, aku mengadakan video call dan ayah tersenyum padaku memberikan semangat, keletakkan telepon itu diatas meja piano.
“Tuhan bimbing aku agar semua berjalan dengan baik. Dan dengarkanlah musik ini..”

Setiap denting musik mulai memecahkan semua tawa yang awalnya menghujatku, menghinaku, arunan musik ini membawa perjalanan kisahku untuk berjuang menunjukkan pada dunia, aku memang terlahir cacat, aku tidak pernah tau apa artinya musik, tidak tau bagaimana suara burung, suara ayah bahkan tragisnya aku tidak pernah tau suara yang keluar dari mulutku sendiri.
Tapi aku percaya, aku tercipta bukan tanpa tujuan dalam dunia ini. ketika lagu itu usai kumainkan, semua berdiri dan memberikan tepuk tangan, aku menangis. ibu guru memelukku, aku ingin ibu menyampaikan pesanku kepada penonton.

“Terima kasih, memberikan aku kesempatan untuk berada ditempat ini. Kini aku tau mengapa aku berbeda, karena Tuhan mencintaiku. Aku tidak akan marah pada Agnes dan teman-teman, aku bersyukur karena mereka mengajarkan aku tentang ketekunan dan ikhlas. Termasuk ayah, yang selalu bilang padaku, ‘kita tidak perlu merasa sedih dengan keadaan kita, bagaimanapun bentuknya. Karena Tuhan memberikan kita nafas kehidupan dengan tujuan hidup masing-masing.’
Ya aku percaya itu. Sungguh aku percaya!”

Pesan moral :

Setiap Orang adalah unik dan istimewa. Tergantung bagaimana kita memunculkan keunikan dan keistimewaan kita masing-masing. Hindari sifat pesimis dan mudah mengeluh. Sebaliknya belajarlah bersabar dan Bersyukur dalam melewati lika-liku kehidupan

Cinta Kasih Ibu Dan Anak: Kisah Selembar Uang

Dia adalah seorang anak susah yang terlahir dalam keluarga miskin, ayahnya wafat pada saat usianya tiga tahun, ibunya mencari nafkah dengan mencuci pakaian orang. Maka dia sadar kalau dirinya harus bekerja keras.

Pada usia 18 tahun, dia berhasil masuk perguruan tinggi dengan nilai yang tinggi. Demi mencukupi biaya sekolahnya, ibunya pernah menjual darah, namun dia berpura-pura tidak tahu, sebab takut melukai hati ibunya.

Dia sendiri pernah menjual darah secara sembunyi-sembunyi tanpa diketahui ibunya, mengangkut batu sampai tangannya berdarah, juga menjual koran, demi sedikit meringankan beban ibunya.

Pada masa liburan musim dingin tahun kedua, dia pulang ke rumah dan melihat ibunya sedang mencuci pakaian orang dalam cuaca sangat dingin, kedua tangan ibunya sampai pecah-pecah karena kedinginan. Ibunya berkata: “Pekerjaan lain sulit ditemukan, jadi hanya bisa mencuci pakaian, sehelai pakaian upahnya satu dolar, semua ini adalah pakaian orang kaya, mereka takut pakaiannya rusak kalau mempergunakan mesin cuci.”

Hari itu, ibunya menerima upah kerjanya dan berkata dengan gembira: “Anakku, ibu mendapatkan upah 200 dolar.”

Sambil berkata ibunya merogoh kocek, siapa tahu di dalam koceknya hanya tersisa selembar uang kertas pecahan 100 dolar saja.

Seketika ibunya menjadi panik: “Ibu kehilangan 100 dolar.”

Tanpa berkata banyak, ibunya dengan tergesa-gesa ke luar rumah. Di luar rumah sungguh gelap, angin juga kencang dan turun salju, ibu menelusuri jalan pulang tadi untuk mencari uangnya. Dapat dilihat kalau 100 dolar itu adalah sangat penting baginya.

Itu adalah biaya hidup ibunya selama sebulan, itu adalah uang makannya selama sebulan.

Ibunya sudah ke luar rumah, dia juga mengikuti ibunya ke luar rumah. Di luar sangat gelap, ibunya mempergunakan lampu senter untuk mencari uangnya. Tanpa terasa air matanya mengalir turun.

Benar! Itu adalah upah ibunya mencuci 100 helai pakaian. Dia mencari di halaman rumah, juga mencari di jalan, tetapi tetap saja tidak ditemukan. Jika pun ada, mungkin sudah pun dari tadi dipungut orang lain.

Ibunya bolak balik tiga kali untuk mencari uangnya. Dia berkata kepada ibunya dengan hati pilu: “Ibu, tidak usah cari lagi, nanti sesudah hari terang baru kita cari lagi.”

Namun ibunya tetap bersikeras ingin mencari, cahaya dari lampu senter di kegelapan malam seakan menikam lubuk hatinya dan membuat rasa sakit tiada terhingga.

Dia lalu mengambil 100 dolar dari uang biaya hidup yang diberikan ibunya dan meletakkannya di halaman rumah. Dia beranggapan kalau ini adalah jalan terbaik untuk membebaskan ibunya dari kegalauan.

Ternyata dia mendengar ibunya berkata dengan senang: “Anakku, uang sudah ditemukan.”

Dia berlari ke luar dan ikut bergembira bersama ibunya.

Dengan gembira ibu dan anak kembali ke dalam rumah. Ibunya berkata: “Anggap saja tidak ditemukan. Mari, ini untukmu! Kamu harus makan yang lebih baik, lihat! Kamu terlalu kurus.”

Beberapa tahun kemudian, dia tamat kuliah dan mendapatkan pekerjaan yang baik. Dia lalu menjemput ibunya untuk tinggal bersama di kota, sejak itu ibunya tidak perlu lagi mencuci pakaian orang.

Uang kertas pecahan seratus dolar itu, dia tidak pernah merasa rela untuk mempergunakan dan terus disimpannya. Itu adalah uang kertas pecahan seratus dolar yang dicari ibunya semalaman, melambangkan kehangatan dan perasaan penuh kemantapan.

Setelah beberapa tahun kemudian, dia mengungkit hal ini dalam suatu kesempatan, sambil tersenyum berkata kepada ibunya: “Ibu, saya yang menaruh uang kertas pecahan seratus dolar itu di sana.” Namun yang mengejutkannya adalah jawaban ibunya: “Ibu tahu”.

Dengan heran dia bertanya: “Bagaimana ibu bisa tahu?” Ibunya menjawab: “Uang yang ibu dapatkan selalu diberi tanda, ada tulisan 1, 2, 3 di atasnya, sedangkan uang kertas itu tidak ada tanda, apalagi ditemukan di halaman rumah. Ibu tahu kalau itu adalah uang yang kamu taruh karena takut ibu galau. Dalam hati ibu berpikir, karena anak ibu demikian sayang pada ibu, maka ibu tidak boleh mencari lagi, jikalau sudah hilang dan tidak akan ditemukan lagi, kenapa tidak membuat anak ibu tenang hati saja?”

Dia lalu maju memeluk ibunya dengan mata berkaca-kaca.

Sungguh ibu dan anak yang bertautan hati, mereka selalu meninggalkan cinta kasih terhangat kepada pihak lain. Benar sekali, walau pun miskin, namun dengan adanya cinta kasih, maka mereka merupakan orang paling kaya di dunia ini.

Pencarian sehelai uang kertas pecahan seratus dolar ini melambangkan dalamnya kasih sayang antara ibu dan anak.

Sungguh sebuah kisah yang amat menginspirasi, menunjukkan betapa besarnya kasih sayang antara seorang Ibu dan anaknya, sama-sama berusaha untuk saling memahami dan saling mendukung. Hanya dengan kasih penuh pengertian di antara seluruh anggota keluarga, barulah kita bisa menciptakan keluarga harmonis, keluarga yang berlimpah kebahagiaan dan berkah.

Perjuangan Seorang Ayah


Suatu ketika, ada seorang anak wanita bertanya kepada Ayahnya, tatkala tanpa sengaja dia melihat Ayahnya sedang mengusap wajahnya yang mulai berkerut-merut dengan badannya yang terbungkuk-bungkuk, disertai suara batuk-batuknya. Anak wanita itu bertanya pada ayahnya:

“Ayah , mengapa wajah Ayah kian berkerut-merut dengan badan Ayah yang kian hari kian terbungkuk?”

Demikian pertanyaannya, ketika Ayahnya sedang santai di beranda.

Ayahnya menjawab : “Sebab aku Laki-laki.” Itulah jawaban Ayahnya. Anak wanita itu berguman : ” Aku tidak mengerti.”

Dengan kerut-kening karena jawaban Ayahnya membuatnya tercenung rasa penasaran. Ayahnya hanya tersenyum, lalu dibelainya rambut anak wanita itu, terus menepuk nepuk bahunya, kemudian Ayahnya mengatakan :

“Anakku, kamu memang belum mengerti tentang Laki-laki.”

Demikian bisik Ayahnya, membuat anak wanita itu tambah kebingungan.
Karena penasaran, kemudian anak wanita itu menghampiri, Ibunya lalu bertanya :

“Ibu mengapa wajah ayah menjadi berkerut-merut dan badannya kian hari kian terbungkuk? Dan sepertinya Ayah menjadi demikian tanpa ada keluhan dan rasa sakit?”

Ibunya menjawab: “Anakku, jika seorang Laki-laki yang benar-benar bertanggung jawab terhadap keluarga itu memang akan demikian.”

Hanya itu jawaban Sang Bunda.

Anak wanita itupun kemudian tumbuh menjadi dewasa, tetapi dia tetap saja penasaran. Hingga pada suatu malam, anak wanita itu bermimpi. Di dalam mimpi itu seolah-olah dia mendengar suara yang sangat lembut, namun jelas sekali. Dan kata-kata yang terdengar dengan jelas itu ternyata suatu rangkaian kalimat sebagai jawaban rasa penasarannya selama ini.

“Saat Ku-ciptakan Laki-laki, aku membuatnya sebagai pemimpin keluarga serta sebagai tiang penyangga dari bangunan keluarga, dia senantiasa akan menahan setiap ujungnya, agar keluarganya merasa aman teduh dan terlindungi. ”

“Ku-ciptakan bahunya yang kekar & berotot untuk membanting tulang menghidupi seluruh keluarganya & kegagahannya harus cukup kuat pula untuk melindungi seluruh keluarganya.”

“Ku-berikan kemauan padanya agar selalu berusaha mencari sesuap nasi yang berasal dari tetesan keringatnya sendiri yang halal dan bersih, agar keluarganya tidak terlantar, walaupun seringkali dia mendapatkan cercaan dari anak-anaknya. ”

“Kuberikan Keperkasaan & mental baja yang akan membuat dirinya pantang menyerah, demi keluarganya dia merelakan kulitnya tersengat panasnya matahari, demi keluarganya dia merelakan badannya basah kuyup kedinginan karena tersiram hujan dan hembusan angin, dia relakan tenaga perkasanya terkuras demi keluarganya & yang selalu dia ingat, adalah disaat semua orang menanti kedatangannya dengan mengharapkan hasil dari jerih payahnya.”

“Ku berikan kesabaran, ketekunan serta keuletan yang akan membuat dirinya selalu berusaha merawat & membimbing keluarganya tanpa adanya keluh kesah, walaupun disetiap perjalanan hidupnya keletihan dan kesakitan kerap kali menyerangnya.”

“Ku berikan perasaan keras dan gigih untuk berusaha berjuang demi mencintai & mengasihi keluarganya, didalam kondisi & situasi apapun juga, walaupun tidaklah jarang anak-anaknya melukai perasaannya melukai hatinya. Padahal perasaannya itu pula yang telah memberikan perlindungan rasa aman pada saat dimana anak-anaknya tertidur lelap. Serta sentuhan perasaannya itulah yang memberikan kenyamanan bila saat dia sedang menepuk-nepuk bahu anak-anaknya agar selalu saling menyayangi & mengasihi sesama saudara.”

“Ku-berikan kebijaksanaan & kemampuan padanya untuk memberikan pengetahuan padanya untuk memberikan pengetahuan dan menyadarkan, bahwa Istri yang baik adalah Istri yang setia terhadap Suaminya, Istri yang baik adalah Istri yang senantiasa menemani, dan bersama-sama menghadapi perjalanan hidup baik suka maupun duka, walaupun seringkali kebijaksanaannya itu akan menguji setiap kesetiaan yang diberikan kepada Istri, agar tetap berdiri, bertahan, sejajar & saling melengkapi serta saling menyayangi.”

“Ku-berikan kerutan diwajahnya agar menjadi bukti bahwa Laki-laki itu senantiasa berusaha sekuat daya pikirnya untuk mencari dan menemukan cara agar keluarganya bisa hidup di dalam keluarga bahagia, dan BADANNYA YANG TERBUNGKUK agar dapat membuktikan, bahwa sebagai laki-laki yang bertanggungjawab terhadap seluruh keluarganya, senantiasa berusaha mencurahkan sekuat tenaga serta segenap perasaannya, kekuatannya, keuletannya demi kelangsungan hidup keluarganya. ”

“Ku-berikan Kepada Laki-laki tanggung jawab penuh, sebagai Pemimpin keluarga, sebagai Tiang penyangga, agar dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya. dan hanya inilah kelebihan yang dimiliki oleh laki-laki, walaupun sebenarnya tanggung jawab ini adalah Amanah di Dunia & Akhirat.”

Terbangun anak wanita itu, dan segera dia berlari, berlutut & berdoa hingga menjelang subuh. Setelah itu dia hampiri bilik Ayahnya yang sedang berdoa, ketika Ayahnya berdiri anak wanita itu merengkuh dan mencium telapak tangan Ayahnya.

“AKU MENDENGAR & MERASAKAN BEBANMU, AYAH.”

Dunia ini memiliki banyak keajaiban, segala ciptaan Tuhan yang begitu agung, tetapi tak satu pun yang dapat menandingi keindahan tangan Ayah…

“With Love to All Father ”

JIKA KAMU MENCINTAI Ayahmu, ataupun sekarang merasa sebagai AYAH KIRIMLAH CERITA INI KEPADA ORANG LAIN, AGAR SELURUH ORANG DIDUNIA INI DAPAT MENCINTAI DAN MENYAYANGI AYAHNYA & Dan Mencintai Kita Sebagai Seorang Ayah.

Dan lakukanlah yang terbaik untuknya….

Kesabaran Adalah Hasil Latihan

Seorang muda yang selalu resah dan gelisah menemui seorang bijak dan bertanya, ”Berapa lamakah waktu yang saya butuhkan untuk memperoleh kebahagiaan?” Orang bijak itu memandang si anak muda kemudian menjawab, ”Kira-kira sepuluh tahun.”

Mendengar hal itu anak muda tadi terkejut, ”Begitu lama,?” tanyanya tak percaya. ”Tidak,” kata si orang bijak, ”Saya keliru. Engkau membutuhkan 20 tahun.”

Anak muda itu bertambah bingung. ”Mengapa Guru lipatkan dua?” tanyanya keheranan. Orang bijak kemudian berkata, ”Coba pikirkan, dalam hal ini mungkin engkau membutuhkan 30 tahun.”

Apa yang terlintas dalam pikiran Anda ketika membaca cerita di atas? Tahukah Anda mengapa semakin banyak orang muda itu bertanya, semakin lama pula waktu yang diperlukannya untuk mencapai kebahagiaan?

Lantas, bagaimana cara kita mendapatkan kebahagiaan duniawi? Sebagaimana yang telah banyak disampaikan, kebahagiaan hanya akan dicapai kalau kita mau melakukan pencarian ke dalam. Namun, itu semua tidak dapat Anda peroleh dengan cuma-cuma. Anda harus mau membayar harganya.

Agar lebih mudah kita gunakan analogi sebuah toko. Nama toko itu adalah ”Toko Kebahagiaan.” Di sana tidak ada barang yang bernama ”kebahagiaan” karena ”kebahagiaan” itu sendiri tidak dijual. Namun, toko ini menjual semua barang yang merupakan unsur-unsur pembangun kebahagiaan, antara lain: kesabaran, keikhlasan, rasa syukur, kasih sayang, kejujuran, kepasrahan, dan rela memaafkan. Inilah ”barang-barang” yang Anda perlukan untuk mencapai kebahagiaan.

Tetapi, berbeda dari toko biasa, toko ini tidak menjual produk jadi. Yang dijual di sini adalah benih. Jadi, kalau Anda tertarik untuk membeli ”kesabaran” Anda hanya akan mendapatkan ”benih kesabaran.” Karena itu, segera setelah Anda pulang ke rumah Anda harus berusaha keras untuk menumbuhkan benih tersebut sampai ia menghasilkan buah kesabaran.

Setiap benih yang Anda beli di toko tersebut mengandung sejumlah persoalan yang harus Anda pecahkan. Hanya bila Anda mampu memecahkan persoalan tersebut, Anda akan menuai buahnya. Benih yang dijual di toko itu juga bermacam-macam tingkatannya.

”kesabaran tingkat 1,” misalnya, berarti menghadapi kemacetan lalu lintas, atau pengemudi bus yang ugal-ugalan.

”Kesabaran tingkat 2” berarti menghadapi atasan yang sewenang-wenang, atau kawan yang suka memfitnah.

”Kesabaran tingkat 3”, misalnya, adalah menghadapi anak Anda yang terkena autisme.

Menu yang lain misalnya ”bersyukur.’

‘ ”Bersyukur tingkat 1” adalah bersyukur di kala senang, sementara ”bersyukur tingkat 2” adalah bersyukur di kala susah.

”Kejujuran tingkat 1,” misalnya, kejujuran dalam kondisi biasa, sementara ”kejujuran tingkat 2” adalah kejujuran dalam kondisi terancam. Inilah sebagian produk yang dapat dibeli di ”Toko Kebahagiaan”.

Setiap produk yang dijual di toko tersebut berbeda-beda harganya sesuai dengan kualitas karakter yang ditimbulkannya. YANG TERMAHAL TERNYATA. ADALAH ”KESABARAN” Karena Kesabaran ini merupakan bahan baku dari segala macam produk yang dijual di sana.

Seorang filsuf Thomas Paine pernah mengatakan, ”Apa yang kita peroleh dengan terlalu mudah pasti kurang kita hargai. Hanya harga yang mahal lah yang memberi nilai kepada segalanya”.

Dengan cara pandang seperti ini kita akan menghadapi masalah secara berbeda. Kita akan bersahabat dengan masalah. Kita pun akan menyambut setiap masalah yang ada dengan penuh kegembiraan karena dalam setiap masalah senantiasa terkandung ”obat dan vitamin” yang sangat kita butuhkan.

Dengan demikian Anda akan ”berterima kasih” kepada orang-orang yang telah menyusahkan Anda karena mereka memang ”MUNCUL” untuk membantu Anda.
Pengemudi yang ugal-ugalan, tetangga yang jahat, atasan yang sewenang-wenang adlh peluang utk membentuk kesabaran. Penghasilan yg pas-pasan adalah peluang utk menumbuhkan rasa syukur.

Suasana yang ribut dan gaduh adalah peluang untuk menumbuhkan konsentrasi. Orang-orang yang tak tahu berterima kasih adalah peluang untuk menumbuhkan perasaan kasih tanpa syarat. Orang-orang yang menyakiti Anda adalah peluang untuk menumbuhkan kualitas rela memaafkan

Sesuai dengan ungkapan kebenaran ini :

Melatih kesabaran adalah cara bertapa yang tertinggi

Artinya rasa syukur merupakan bagian dari latihan kesabaran. Dengan melatih kesabaran berarti melatih rasa syukur, keikhlasan, kasih sayang, kejujuran, kepasrahan, dan rela memaafkan dan lainnya.

Sama seperti dalam berkonsentrasi, kita harus kembali ke objek semula, pada saat pikiran mengembara kemana-mana baik yang menyenangkan maupun menyedihkan. Artinya kita sedang melatih KESABARAN. Yakni melatih kesabaran untuk Menerima Apa Adanya. Dan secara jujur saya harus katakan TIDAK MUDAH.

Jadi KESABARAN adalah HASIL dari LATIHAN.

Suamiku Penyabar dan Pemaaf

Perkawinan itu telah berjalan empat (4) tahun, namun pasangan suami istri itu belum juga dikaruniai seorang anak pun. Dan mulailah kanan kiri berbisik-bisik: “kok belum punya anak juga ya, masalahnya di siapa ya? Suaminya atau istrinya ya?”. Dari berbisik-bisik, akhirnya menjadi berisik.

Tanpa sepengetahuan siapa pun, suami istri itu pergi ke salah seorang dokter untuk konsultasi, dan melakukan pemeriksaaan. Hasil lab mengatakan bahwa sang istri adalah seorang wanita yang mandul, sementara sang suami tidak ada masalah apa pun dan tidak ada harapan bagi sang istri untuk sembuh dalam arti tidak ada peluang baginya untuk hamil dan mempunyai anak. Melihat hasil seperti itu, sang suami mengambil inisiatif menjumpai dokter.

Sang suami seorang diri memasuki ruang dokter dengan membawa hasil lab dan sama sekali tidak memberitahu istrinya dan membiarkan sang istri menunggu di ruang tunggu perempuan yang terpisah dari kaum laki-laki. Sang suami berkata kepada sang dokter, “Saya akan panggil istri saya untuk masuk ruangan, akan tetapi, tolong, nanti anda jelaskan kepada istri saya bahwa masalahnya ada di saya, sementara dia tidak ada masalah apa-apa. Katakan saja saya yang mandul.” Kontan saja sang dokter menolak dan terheran-heran.

Akan tetapi sang suami yang begitu mencintai istrinya, terus mendesak dan memaksa sang dokter. Dia menjelaskan kepada dokter akan akibat yang akan terjadi pada istrinya bila mengetahui dirinya mandul. Istrinya pasti tidak dapt menerima kenyataan ini dan pasti akan stress berkepanjangan. Akhirnya setelah dibujuk berukang kali, dokter setuju untuk mengatakan kepada sang istri bahwa masalah tidak datangnya keturunan ada pada sang suami dan bukan ada pada sang istri.

Sang suami memanggil sang istri yang telah lama menunggunya, dan tampak pada wajahnya kesedihan dan kemuraman. Lalu bersama sang istri ia memasuki ruang dokter. Maka sang dokter membuka amplop hasil lab, lalu membaca dan mentelaahnya, dan kemudian ia berkata: “… Oooh, kamu yang mandul, sementara istrimu tidak ada masalah, dan tidak ada harapan bagimu untuk sembuh.”

Mendengar pengumuman sang dokter, sang suami memejamkan matanya dan terlihat pada raut wajahnya, wajah seseorang yang menyerah pada rencana dan pengaturan Tuhan.

Lalu pasangan suami istri itu pulang ke rumahnya, dan secara perlahan namun pasti, tersebarlah berita tentang rahasia tersebut ke para tetangga, kerabat dan sanak saudara.

Lima (5) tahun berlalu dari peristiwa tersebut dan sepasang suami istri bersabar, sampai akhirnya datanglah detik-detik yang sangat menegangkan, di mana sang istri berkata kepada suaminya: “Wahai suamiku, saya telah bersabar selama Sembilan (9) tahun, saya tahan-tahan untuk bersabar dan tidak meminta cerai darimu, dan selama ini semua orang berkata:” betapa baik dan salehnya sang istri itu yang terus setia mendampingi suaminya selama Sembilan tahun, padahal dia tahu kalau dari suaminya, ia tidak akan memperoleh keturunan.

Namun, sekarang rasanya saya sudah tidak bisa bersabar lagi, saya ingin agar engkau segera menceraikan saya, agar saya bisa menikah dengan lelaki lain dan mempunyai keturunan darinya, sehingga saya bisa melihat anak-anakku, menimangnya dan mengasuhnya.”

Mendengar emosi sang istri yang memuncak, sang suami berkata, “istriku, ini cobaan dari Tuhan. kita mesti bersabar, kita mesti …, mesti … dan mesti …”. Singkatnya, bagi sang istri, suaminya malah berceramah di hadapannya.

Akhirnya sang istri berkata: “OK, saya akan tahan kesabaranku satu tahun lagi, ingat, hanya satu tahun, tidak lebih”.Sang suami setuju, dan dalam dirinya, dipenuhi harapan besar, semoga Tuhan memberi jalan keluar yang terbaik bagi keduanya.

Beberapa minggu kemudian, tiba-tiba sang istri jatuh sakit, dan hasil lab mengatakan bahwa sang istri mengalami gagal ginjal.

Mendengar keterangan tersebut, jatuhlah psikologis sang istri, dan mulailah memuncak emosinya. Ia berkata kepada suaminya: “Semua ini gara-gara kamu, selama ini aku menahan kesabaranku, dan jadilah sekarang aku seperti ini, kenapa selama ini kamu tidak segera menceraikan saya, saya kan ingin punya anak, saya ingin memomong dan menimang bayi, saya kan … saya kan …”.Sang istri pun dirawat di rumah sakit.

Di saat yang genting itu, tiba-tiba suaminya berkata: “Maaf, saya ada tugas keluar negeri, dan saya berharap semoga engkau baik-baik saja”.

“Haah, pergi?”. Kata sang istri.“Ya, saya akan pergi karena tugas dan sekalian mencari donatur ginjal, semoga dapat”. Kata sang suami.

Sehari sebelum operasi, ternyata ada orang yang bersedia mendonorkan ginjalnya. Maka disepakatilah bahwa besok akan dilakukan operasi pemasangan ginjal dari sang donatur.

Saat itu sang istri teringat suaminya yang pergi, ia berkata dalam dirinya, “Suami apa an dia itu, istrinya operasi, eh dia malah pergi meninggalkan diriku terkapar dalam ruang bedah operasi”.

Operasi berhasil dengan sangat baik. Setelah satu pekan, suaminya datang, dan tampaklah pada wajahnya tanda-tanda orang yang kelelahan.

Ternyata sang donatur itu tidak ada lain orang melainkan sang suami itu sendiri. Ya, suaminya telah menghibahkan satu ginjalnya untuk istrinya, tanpa sepengetahuan sang istri, tetangga dan siapa pun selain dokter yang dipesannya agar menutup rapat rahasia tersebut.

Dan puji Tuhan … Beberapa bulan dari operasi itu, sang istri ternyata hamil dan akhirnya melahirkan seorang anak. Maka bergembiralah suami istri tersebut, keluarga besar dan para tetangga. Suasana rumah tangga kembali normal.

Pada suatu hari, sang suami ada tugas dinas jauh, dan ia lupa menyimpan buku hariannya dari atas meja, buku harian yang selama ini ia sembunyikan.

Dan tanpa sengaja, sang istri mendapatkan buku harian tersebut, membuka-bukanya dan membacanya. Hampir saja ia terjatuh pingsan saat menemukan rahasia tentang diri dan rumah tangganya. Ia menangis meraung-raung. Setelah agak reda, ia menelpon suaminya, dan menangis sejadi-jadinya, ia berkali-kali mengulang permohonan maaf dari suaminya. Sang suami hanya dapat membalas suara telpon istrinya dengan menangis pula.

Dan setelah peristiwa tersebut, selama tiga bulanan, sang istri tidak berani menatap wajah suaminya. Jika ada keperluan, ia berbicara dengan menundukkan mukanya, tidak ada kekuatan untuk memandangnya sama sekali. - Selesai -

———

Kadang dalam menjalani kehidupan, sering kita hanya mementingkan diri sendiri, tanpa berusaha memahami pasangan ataupun keluarga kita. sekalipun pasangan dan keluarga telah berusaha menunjukkan sisi kebaikannya, namun keegoisan kita telah menutup mata hati kita, sehingga kita tidak pernah merasakan kebaikannya.

Marilah kita membuka pintu hati kita, menerima pasangan,keluarga dan orang-orang di sekitar kita apa adanya dengan dilandasi rasa syukur. Sayangilah mereka. Tunjukkan betapa kita benar-benar memperhatikan mereka. Hanya dengan perhatian dan kasih sayang, saling pengertian dan saling memahami, saling memaafkan dan melengkapi, barulah tercipta keluarga harmonis yang bahagia, keluarga yang dipenuhi senda gurau dan tawaria setiap harinya.

Keluarga

Bill Havens, seorang pendayung hebat berkaliber Internasional dalam masa karantinanya menjelang piala dunia 'mendayung',
menerima berita bahwa istrinya akan segera melahirkan.

Mendengar kabar tersebut ia memilih untuk segera pulang dan tidak mengikuti kejuaraan dunia untuk menemani istrinya yang akan melahirkan.

Belasan tahun kemudian th 1952, Bill menerima telegram
dari putranya, Frank yang pada saat itu baru saja memenangkan medali emas cano 10.000 meter pada Olimpiade di Finlandia.

Telegram itu berisi:
"Ayah, terimakasih karena telah menunggu kelahiran saya. Saya akan pulang membawa medali EMAS yg seharusnya ayah menangkan beberapa tahun yg lalu. Anakmu tersayang, Frank..."

Dari kisah di atas kita bisa belajar bagaimana kehadiran keluarga berdampak sangat besar bagi anggota keluarga tersebut.

Theodore Roosevelt, mantan Presiden AS berkata: "Aku lebih suka melewatkan waktu bersama dengan keluargaku daripada dengan petinggi-tinggi dunia manapun!"

Pada akhirnya kita akan sampai pada suatu titik di mana pada dasarnya semua yang kita lakukan, semua jerih lelah kita dalam pekerjaan, semua untuk mereka, keluarga yang kita cintai.

Jabatan, prestasi & promosi tidaklah lebih bernilai dari kebersamaan di antara keluarga.

Relakah kita menukar kehangatan dalam keluarga dengan kesibukan dalam pekerjaan yang mungkin sudah sangat berlebihan?

Jika anda Marketer: Keluarga adalah nasabah utama anda .

Jika anda Karyawan: Keluarga adalah boss anda sesungguhnya

Jika anda Investor: investasi yang paling berharga adalah nilai-nilai yang anda tanam dalam Keluarga anda.

Pastikan ketika anda berada di posisi puncak gunung kesuksesan, kita mengibarkan bendera kemenangan dengan pelukan keluarga di sekitar kita dan bukan dalam keadaan mereka tertinggal di bawah sambil menangis karena 'kehilangan' kita.

Keluarga adalah sebuah ikatan yang akan menguatkan kekuatan-kekuatan kita & melemahkan keadaan-keadaan yang ingin melemahkan kita.

10 kata bijak dari para tokoh tentang bagaimana seharusnya kita menghadapi kegagalan


1. “Hanya mereka yang berani gagal dapat meraih keberhasilan.” (John F. Kennedy)

2. “Keberhasilan tidak diukur dengan apa yang anda raih, namun kegagalan yang telah anda hadapi, dan keberanian yang membuat anda tetap berjuang melawan rintangan yang datang bertubi-tubi.” (Orison Swett Marden)

3. “Kebanggan kit
a yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali ketika kita jatuh." (Confusius)

4. “Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah.” (Thomas Alva Edison)

5. “Kegagalan dapat dibagi menjadi dua sebab. Yakni, orang yang berpikir tapi tidak pernah bertindak, dan orang yang bertindak tapi tidak pernah berpikir.” (W.A. Nance)

6. “Keberhasilan adalah kemampuan untuk melewati dan mengatasi dari satu kegagalan ke kegagalan berikutnya tanpa kehilangan semangat.” (Winston Chuchill)

7. “Tak ada rahasia untuk menggapai sukses. Sukses itu dapat terjadi karena persiapan, kerja keras, dan mau belajar dari kegagalan.” (General Colin Powell)

8. “Orang-orang yang gagal dibagi menjadi dua, yaitu mereka yang berpikir gagal padahal tidak pernah melakukannya, dan mereka yang melakukan kegagalan dan tak pernah memikirkannya.” (John Charles Salak)

9. “Kegagalan adalah sesuatu yang bisa kita hindari dengan; tidak mengatakan apa-apa, tidak melakukan apa-apa dan tidak menjadi apa-apa.” (Denis Waitley)

10. “Kegagalan adalah satu-satunya kesempatan untk memulai lagi dengan lebih cerdik.” (Henry Ford)

Jelas sudah bahwa tidak ada orang yang gagal namun yang ada adalah orang yang berpikir dirinya gagal. Gagal bukanlah satu kesalahan, kegagalan hanyalah sebuah proses menuju kesuksesan yang lebih besar. Sukses untuk kita semua

Sosok Ayah Yang Terlupakan

Coba sejenak kau lihat raut keletihan di wajah ayahmu. Lihatlah helai rambut yang memutih di kepalanya dan kau akan melihat betapa ayah, bapak atau papamu telah bekerja membanting tulang dan menguras keringat demi membesarkan, merawat, menyayangi dan menjagamu.

Dan dibalik ketidaknyamananmu, ada sebuah cinta yang selalu menjadi pelindungmu. Coba kau katakan sekali saja, ” Aku sayang sama ayah ” , maka kau akan melihat guratan senyum kebahagiaan dari raut bibirnya yang mungkin tidak pernah kau lihat sebelumnya.

Biasanya, bagi seorang anak perempuan yang sudah dewasa, yang sedang bekerja diperantauan, yang ikut suaminya merantau di luar kota atau luar negeri, yang sedang bersekolah atau kuliah jauh dari kedua orang tuanya…..

Akan sering merasa kangen sekali dengan Mamanya. Lalu bagaimana dengan Papa ?

Mungkin karena Mama lebih sering menelepon untuk menanyakan keadaanmu setiap hari, tapi tahukah kamu, jika ternyata Papa-lah yang mengingatkan Mama untuk menelponmu ?
Mungkin dulu sewaktu kamu kecil, Mama-lah yang lebih sering mengajakmu bercerita atau berdongeng, tapi tahukah kamu, bahwa sepulang Papa bekerja dan dengan wajah lelah Papa selalu menanyakan pada Mama tentang kabarmu dan apa yang kau lakukan seharian ?

Pada saat dirimu masih seorang anak perempuan kecil.
Papa biasanya mengajari putri kecilnya naik sepeda.
Dan setelah Papa mengganggapmu bisa, Papa akan melepaskan roda bantu di sepedamu…
Kemudian Mama bilang : “ Jangan dulu Papa, jangan dilepas dulu roda bantunya ” , Mama takut putri manisnya terjatuh lalu terluka.

Tapi sadarkah kamu?
Bahwa Papa dengan yakin akan membiarkanmu, menatapmu, dan menjagamu mengayuh sepeda dengan seksama karena dia tahu putri kecilnya PASTI BISA.

Pada saat kamu menangis merengek meminta boneka atau mainan yang baru, Mama menatapmu iba.
Tetapi Papa akan mengatakan dengan tegas : “Boleh, kita beli nanti, tapi tidak sekarang”
Tahukah kamu, Papa melakukan itu karena Papa tidak ingin kamu menjadi anak yang manja dengan semua tuntutan yang selalu dapat dipenuhi ?

Saat kamu sakit pilek, Papa yang terlalu khawatir sampai kadang sedikit membentak dengan berkata : “Sudah di bilang! kamu jangan minum air dingin!”.
Berbeda dengan Mama yang memperhatikan dan menasihatimu dengan lembut.
Ketahuilah, saat itu Papa benar-benar mengkhawatirkan keadaanmu.

Ketika kamu sudah beranjak remaja.

Kamu mulai menuntut pada Papa untuk dapat izin keluar malam, dan Papa bersikap tegas dan mengatakan: “ Tidak boleh !”. Tahukah kamu, bahwa Papa melakukan itu untuk menjagamu ? Karena bagi Papa, kamu adalah sesuatu yang sangat – sangat luar biasa berharga.
Setelah itu kamu marah pada Papa, dan masuk ke kamar sambil membanting pintu.
Dan yang datang mengetok pintu dan membujukmu agar tidak marah adalah Mama.
Tahukah kamu, bahwa saat itu Papa memejamkan matanya dan menahan gejolak dalam batinnya,
Bahwa Papa sangat ingin mengikuti keinginanmu, tapi lagi-lagi dia HARUS menjagamu?

Ketika saat seorang cowok mulai sering menelponmu, atau bahkan datang ke rumah untuk menemuimu, Papa akan memasang wajah paling cool sedunia. Papa sesekali menguping atau mengintip saat kamu sedang ngobrol berdua di ruang tamu. Sadarkah kamu, kalau hati Papa merasa cemburu?

Saat kamu mulai lebih dipercaya, dan Papa melonggarkan sedikit peraturan untuk keluar rumah untukmu, kamu akan memaksa untuk melanggar jam malamnya. Maka yang dilakukan Papa adalah duduk di ruang tamu, dan menunggumu pulang dengan hati yang sangat khawatir. Dan setelah perasaan khawatir itu berlarut – larut. Ketika melihat putri kecilnya pulang larut malam hati Papa akan mengeras dan Papa memarahimu.

Sadarkah kamu, bahwa ini karena hal yang di sangat ditakuti Papa akan segera datang ?
“Bahwa putri kecilnya akan segera pergi meninggalkan Papa.”

Setelah lulus SMA, Papa akan sedikit memaksamu untuk menjadi seorang Dokter atau Insinyur.
Ketahuilah, bahwa seluruh paksaan yang dilakukan Papa itu semata – mata hanya karena memikirkan masa depanmu nanti. Tapi toh Papa tetap tersenyum dan mendukungmu saat pilihanmu tidak sesuai dengan keinginan Papa

Ketika kamu menjadi gadis dewasa.
Dan kamu harus pergi kuliah dikota lain.
Papa harus melepasmu di bandara.
Tahukah kamu bahwa badan Papa terasa kaku untuk memelukmu ?
Papa hanya tersenyum sambil memberi nasehat ini – itu, dan menyuruhmu untuk berhati-hati.
Padahal Papa ingin sekali menangis seperti Mama dan memelukmu erat-erat.
Yang Papa lakukan hanya menghapus sedikit air mata di sudut matanya, dan menepuk pundakmu berkata “Jaga dirimu baik-baik ya sayang”.
Papa melakukan itu semua agar kamu KUAT…. kuat untuk pergi dan menjadi dewasa…

Disaat kamu butuh uang untuk membiayai uang semester dan kehidupanmu, orang pertama yang mengerutkan kening adalah Papa.
Papa pasti berusaha keras mencari jalan agar anaknya bisa merasa sama dengan teman-temannya yang lain.
Ketika permintaanmu bukan lagi sekedar meminta boneka baru, dan Papa tahu ia tidak bisa memberikan yang kamu inginkan.

Kata-kata yang keluar dari mulut Papa adalah : “ Tidak…. Tidak bisa ! ”
Padahal dalam batin Papa, Ia sangat ingin mengatakan “ Iya sayang, nanti Papa belikan untukmu ”.
Tahukah kamu bahwa pada saat itu Papa merasa gagal membuat anaknya tersenyum?

Saatnya kamu diwisuda sebagai seorang sarjana.
Papa adalah orang pertama yang berdiri dan memberi tepuk tangan untukmu.
Papa akan tersenyum dengan bangga dan puas melihat “ Putri kecilnya yang tidak manja berhasil tumbuh dewasa, dan telah menjadi seseorang ”

Sampai saat seorang teman Lelakimu datang ke rumah dan meminta izin pada Papa untuk mengambilmu darinya.
Papa akan sangat berhati-hati memberikan izin..
Karena Papa tahu.
Bahwa lelaki itulah yang akan menggantikan posisinya nanti.

Dan akhirnya….

Saat Papa melihatmu duduk di panggung pelaminan bersama seseorang lelaki yang di anggapnya pantas menggantikannya, Papa pun tersenyum bahagia.
Apakah kamu mengetahui, di hari yang bahagia itu Papa pergi kebelakang panggung sebentar, dan menangis ?
Papa menangis karena papa sangat berbahagia, kemudian Papa berdoa.
Dalam lirih doanya kepada Tuhan, Papa berkata : “ Ya Tuhan tugasku telah selesai dengan baik…. Putri kecilku yang lucu dan kucintai telah menjadi wanita yang cantik…. Bahagiakanlah ia bersama suaminya…”

Setelah itu Papa hanya bisa menunggu kedatanganmu bersama cucu-cucunya yang sesekali datang untuk menjenguk. Dengan rambut yang telah dan semakin memutih.
Dan badan serta lengan yang tak lagi kuat untuk menjagamu dari bahaya.
Papa telah menyelesaikan tugasnya.

Papa, Ayah, Bapak kita… adalah sosok yang harus selalu terlihat kuat. Bahkan ketika dia tidak kuat untuk tidak menangis…
Dia harus terlihat tegas bahkan saat dia ingin memanjakanmu. . Dan dia adalah yang orang pertama yang selalu yakin bahwa “ KAMU BISA ” dalam segala hal..

Semoga Semua Ayah Di Dunia Selalu Berbahagia.

Like Dan Share Untuk Menginspirasi Yang Lain.

Dia Benar-benar Mencintai Saya

Tersebutlah sepasang suami istri yang sudah dua tahun menikah. Keduanya punya sifat yang saling berlawanan. Si suami sabar dan pengalah, si istri pemarah dan selalu memarahi suaminya, padahal si suami sangat mencintai istrinya. Si istri sebenarnya juga sangat mencintai suaminya.

Si suami senang sastra dan selalu post novel di internet, tapi tak seorang pun yang membacanya. Dia juga menyukai fotografi. Ketika menikah, dia ikut menangani foto perkawinan mereka.

Suatu hari, seorang sahabat istrinya akan menikah dan meminta pria tersebut untuk menangani foto perkawinan mereka. Si istri mendesak suaminya untuk menolong sahabatnya.

“Sudah terima saja. Ini bukan proyek terima kasih. Mereka akan bayar,” kata si istri.

“Saya tak punya waktu untuk itu,” sahut si suami.

“Tak punya waktu? Stop tulis novel yang sia-sia itu dan kamu akan punya semua waktu yang kamu perlukan,” ujar si istri.

“Jangan berkata begitu. Suatu hari akan ada orang yang baca karya saya,” kata si suami.

“Saya tidak peduli. Kamu harus bantu teman saya.”

“Saya benar-benar tak bisa.”

“Untuk kali ini saja juga tak bisa?’

“Ya, saya tak bisa.”

Pembicaraan terhenti. Si istri akhirnya memberi peringatan terakhir, “Pikirkan dalam 3 hari ini dan katakan ya. Kalau tidak…”

Hari pertama, si istri tidak masak, tidak membersihkan kamar mandi, mematikan komputer, televisi. Ia hanya mengurusi ranjang karena dia juga tidur di sana. Si suami tidak peduli. Makanan bisa beli jadi.

Hari kedua, si istri menyita seluruh isi kantong dan tas kerja si suami.
“Tahu sendiri akibatnya jika kamu minta tolong di luar,” ancam si istri.

Kali ini, si suami kelabakan. Malam itu, si suami minta belas kasihan pada si istri dengan harapan situasi ini akan berakhir. Ternyata si istri tetap berkeras.

“Saya tak akan menyerah, apa pun yang dikatakannya, sampai dia setuju membantu teman saya,” katanya dalam hati.

Malam ketiga, si suami dan istri berbaring di ranjang, tapi masing-masing melihat ke arah lain.

“Rasanya kita harus bicara,” kata si suami.

“Tak ada pembicaraan, jika kamu tak mau bantu temanku,” sahut si istri.

“Ini sangat penting.”

Si istri tetap diam.

“Sebaiknya kita cerai saja,” kata si suami.

Si istri kaget, tidak percaya dengan apa yang didengarnya.

“Saya punya perempuan lain,” kata si suami.

Si istri benar-benar marah dan ingin memukul suaminya, tapi berhasil mengendalikan diri dan menunggu kata-kata lainnya. Matanya terasa panas dan air mata mulai menggenang.
Si suami mengambil sebuah amplop berisi foto dari saku pakaian dalamnya, satu-satunya tempat yang tidak digeledah si istri.

“Dia perempuan yang baik,” katanya. Air mata mulai si istri mulai bercucuran.

“Kepribadiannya juga baik,” sambungnya.

Hati si istri terasa hancur berkeping-keping. Suaminya menyimpan foto perempuan itu di dekat dadanya.

“Dia bilang, dia akan sepenuhnya mendukung saya menekuni hobi saya dalam mengarang sesudah kami menikah.”

Si istri sangat cemburu karena dia juga mengatakan hal yang sama ketika mereka pacaran.
“Dia benar-benar mencintai saya.”

Si istri merasa ingin melompat dari ranjang dan berteriak, “Bukankah saya juga begitu?”

“Jadi dia tak akan memaksa saya melakukan sesuatu yang tak ingin saya lakukan.”

Si istri mulai berpikir, tapi hatinya tetap panas.

“Ingin lihat foto dia hasil jepretan saya?”

Si suami lalu mengeluarkan foto itu dari amplop, mengulurkannya kepada istrinya. Si istri sangat marah dan menepis keras tangan suaminya, lalu menonjok lengannya.

Si suami tarik napas panjang. Si istri menangis. Si suami lalu memasukkan kembali foto itu ke dalam sakunya. Si istri menarik selimut dan menutupi seluruh badan dan kepalanya.

Si suami mematikan lampu dan tidur. Si istri tak bisa tidur. Ia menyesal memperlakukan suaminya seperti itu. Ia menangis dan memikirkan banyak hal. Ia ingin membangunkan suaminya dan bicara dengannya. Bahwa dia tak akan kasar dan memaksanya lagi. Ia lalu memandangi dada suaminya yang sedang tertidur. Dia ingin tahu seperti apa wajah perempuan tersebut.

Perlahan, dia mendekati suaminya dan dengan hati-hati menarik foto itu keluar. Ia ingin menangis dan ingin tertawa. Foto itu adalah foto dirinya yang diambil suaminya secara baik. Ia membungkuk dan mencium pipi suaminya.

Suaminya tertawa. Ternyata dia hanya pura-pura tidur. Si istri berjanji tak akan mengulangi perbuatannya. Berjanji akan memberikan dukungan penuh seperti yang diucapkannya sebelum menikah.

Moral cerita :

Kita belajar mencinta bukan dengan mencari orang sempurna, tapi dengan belajar melihat ketidaksempurnaan orang tersebut secara sempurna. Kesabaran akan mendatangkan kemenangan yang manis.

Dalam kehidupan ini, hendaknya kita mengendalikan emosi dan menjauhkan rasa curiga. Janganlah sampai mengumbar angkara murka kemana-mana, apalagi belum menyelidiki dulu persoalan yang sebenarnya.

Kehidupan emosionil menandakan kualitas kehidupanyang rendah. Selain lemah dan rapuh dari segi spiritual, seorang yang tidak dapat mengontrol nafsu amarahnya akan menghilangkan banyak kesempatan berharga dalam hidupnya.

Seorang pemarah, adalah seorang yang lelah menjalani hidupnya, ia seorang yang berperang dengan dirinya sendiri. Sekalipun ia menang, ia akan hancur.

Pada saat kita marah, kita telah kalah!

Pada saat kita membenci, kita telah terkunci!

Pada saat kita mendendam. kita telah menjadi tawanan!

Terhormatlah seseorang, jika ia menjauhi nafsu amarah. Hanya orang bodoh yang membiarkan amarahnya meledak, karena amarah menetap dalam dada orang bodoh.

Solusi menuju ketenangan adalah “MENGAMPUNI”.

Janganlah sampai amarahmu merusak jalan hidupmu dan masa depanmu. Jadilah orang sabar serta arif dan bijaksana.

Mari belajar bersabar, mengendalikan diri dan menahan emosi. Jauhkan diri dari amarah, karena api kemarahan akan membakar semua energi positip yang menjadi daya pendorong hidup kita.

Rabu, 12 September 2012

Kebohongan Seorang Ibu

Cerita bermula ketika aku masih kecil, aku terlahir sebagai seorang anak laki-laki di sebuah keluarga yang miskin. Bahkan untuk makan saja, seringkali kekurangan. Ketika makan, ibu sering memberikan bahagian nasinya untukku. Sambil memindahkan nasi ke mangkukku, ibu berkata : “Makanlah nak, aku tidak lapar”. KEBOHONGAN IBU YANG PERTAMA

Ketika saya mulai tumbuh dewasa, ibu yang gigih sering meluangkan waktu senggangnya untuk pergi memancing di kolam dekat rumah, ibu berharap dari ikan hasil pancingan, ia dapat memberikan sedikit makanan bergizi untuk pertumbuhan. Sepulang memancing, ibu memasak sup ikan yang segar dan mengundang selera. Sewaktu aku memakan sup ikan itu, ibu duduk disamping kami dan memakan sisa daging ikan yang masih menempel di tulang yang merupakan bekas sisa tulang ikan yang aku makan. Aku melihat ibu seperti itu, hati juga tersentuh, lalu menggunakan suduku dan memberikannya kepada ibuku. Tetapi ibu dengan cepat menolaknya, ia berkata : “Makanlah nak, aku tidak suka makan ikan”. KEBOHONGAN IBU YANG KE DUA

Sekarang aku sudah masuk Sekolah Menengah, demi membiayai sekolah abang dan kakakku, ibu pergi ke koperasi untuk membawa sejumlah kotak mancis untuk ditempel, dan hasil tempelannya itu membuahkan sedikit uang untuk menutupi kepentingan hidup. Di kala musim sejuk tiba, aku bangun dari tempat tidurku, melihat ibu masih bertumpu pada lilin kecil dan dengan gigihnya melanjutkan pekerjaannya menempel kotak mancis. Aku berkata : “Ibu, tidurlah, sudah malam, besok pagi ibu masih harus kerja.” Ibu tersenyum dan berkata : “Cepatlah tidur nak, aku tidak penat”. KEBOHONGAN IBU YANG KETIGA

Ketika ujian tiba, ibu meminta cuti kerja supaya dapat menemaniku pergi ujian. Ketika hari sudah siang, terik matahari mulai menyinari, ibu yang tegar dan gigih menunggu aku di bawah terik matahari selama beberapa jam. Ketika bunyi loceng berbunyi, menandakan ujian sudah selesai. Ibu dengan segera menyambutku dan menuangkan teh yang sudah disiapkan dalam botol yang dingin untukku. Teh yang begitu kental tidak dapat dibandingkan dengan kasih sayang yang jauh lebih kental. Melihat ibu yang dibanjiri peluh, aku segera memberikan gelasku untuk ibu sambil menyuruhnya minum. Ibu berkata : “Minumlah nak, aku tidak haus!”. KEBOHONGAN IBU YANG KEEMPAT

Setelah kepergian ayah karena sakit, ibu yang malang harus merangkap sebagai ayah dan ibu. Dengan berpegang pada pekerjaan dia yang dulu, dia harus membiayai keperluan hidup sendiri. Kehidupan keluarga kita pun semakin susah dan susah. Tiada hari tanpa penderitaan. Melihat kondisi keluarga yang semakin parah, ada seorang pakcik yang baik hati yang tinggal di dekat rumahku pun membantu ibuku baik masalah besar maupun masalah kecil. Tetangga yang ada di sebelah rumah melihat kehidupan kita yang begitu sengsara, seringkali menasehati ibuku untuk menikah lagi. Tetapi ibu yang memang keras kepala tidak mengindahkan nasehat mereka, ibu berkata : “Saya tidak butuh cinta”. KEBOHONGAN IBU YANG KELIMA

Setelah aku, kakakku dan abangku semuanya sudah tamat dari sekolah dan bekerja, ibu yang sudah tua sudah waktunya pencen. Tetapi ibu tidak mahu, ia rela untuk pergi ke pasar setiap pagi untuk jualan sedikit sayur untuk memenuhi keperluan hidupnya. Kakakku dan abangku yang bekerja di luar kota sering mengirimkan sedikit uang untuk membantu memenuhi keperluan ibu, tetapi ibu berkeras tidak mau menerima uang tersebut. Malahan mengirim balik uang tersebut. Ibu berkata : “Saya ada duit”. KEBOHONGAN IBU YANG KEENAM

Setelah lulus dari ijazah, aku pun melanjutkan pelajaran untuk buat master dan kemudian memperoleh gelar master di sebuah universiti ternama di Amerika berkat sebuah biasiswa di sebuah syarikat swasta. Akhirnya aku pun bekerja di syarikat itu. Dengan gaji yang lumayan tinggi, aku bermaksud membawa ibuku untuk menikmati hidup di Amerika. Tetapi ibu yang baik hati, bermaksud tidak mahu menyusahkan anaknya, ia berkata kepadaku : “Aku tak biasa tinggal negara orang” KEBOHONGAN IBU YANG KETUJUH

Setelah memasuki usianya yang tua, ibu terkena penyakit kanser usus, harus dirawat di hospital, aku yang berada jauh di seberang samudera atlantik terus segera pulang untuk menjenguk ibunda tercinta. Aku melihat ibu yang terbaring lemah di ranjangnya setelah menjalani pembedahan. Ibu yang kelihatan sangat tua, menatap aku dengan penuh kerinduan. Walaupun senyum yang tersebar di wajahnya terkesan agak kaku karena sakit yang ditahannya. Terlihat dengan jelas betapa penyakit itu menjamahi tubuh ibuku sehingga ibuku terlihat lemah dan kurus kering. Aku menatap ibuku sambil berlinang air mata. Hatiku perit, sakit sekali melihat ibuku dalam keadaan seperti ini. Tetapi ibu dengan tegarnya berkata : “Jangan menangis anakku, Aku tidak kesakitan”. KEBOHONGAN IBU YANG KE DELAPAN.

Setelah mengucapkan kebohongannya yang kelapan, ibuku tercinta menutup matanya untuk yang terakhir kalinya.

Dari cerita di atas, saya percaya teman-teman sekalian pasti merasa tersentuh dan ingin sekali mengucapkan : “Terima kasih ibu..!” Coba dipikir-pikir teman, sudah berapa lamakah kita tidak menelepon ayah ibu kita? Sudah berapa lamakah kita tidak menghabiskan waktu kita untuk berbincang dengan ayah ibu kita?

Di tengah-tengah aktivitas kita yang padat ini, kita selalu mempunyai beribu-ribu alasan untuk meninggalkan ayah ibu kita yang kesepian. Kita selalu lupa akan ayah dan ibu yang ada di rumah.

Jika dibandingkan dengan pasangan kita, kita pasti lebih peduli dengan pasangan kita. Buktinya, kita selalu risau akan kabar pasangan kita, risau apakah dia sudah makan atau belum, risau apakah dia bahagia bila di samping kita. Namun, apakah kita semua pernah merisaukan kabar dari orangtua kita? Risau apakah orangtua kita sudah makan atau belum? Risau apakah orangtua kita sudah bahagia atau belum? Apakah ini benar?

Kalau ya, coba kita renungkan kembali lagi… Di waktu kita masih mempunyai kesempatan untuk membalas budi orangtua kita, lakukanlah yang terbaik. Jangan sampai ada kata “MENYESAL” di kemudian hari.

Ibu Bijaksana Di Balik Tokoh Hebat

Ibunda Meng Zi yang Bijaksana

Di negeri China pernah hidup seorang filsuf besar bernama Meng Zi. Kebijaksanaan dan hikmahnya membuat sebagian orang China hampir menyejajarkan kualitas Meng Zi dengan Kong Zi, karena itu mereka sering menyebut kedua filsuf itu dengan sebutan “Khong Meng”. Meng Zi merupakan murid Kong Zi.

Pada waktu Meng Zi masih kanak-kanak, ayahnya meninggal dunia. Ibunya membesarkannya dengan kondisi yang sangat sulit. Karena ia mencintai mendiang suaminya, Ibu Meng Zi pindah rumah ke dekat makam suaminya. Karena dekat, dari rumah mereka sering terdengar orang meratap sambil memukul-mukulkan tangannya kebenda-benda terdekat.

Melihat didekat rumahnya ada pemandangan seperti itu, Meng Zi sering berada di dekat orang-orang yang sedang meratap. Ia pun berpura-pura menangis tersedu-sedu mengikuti orang yang sedang meratap. Baginya ikut-ikutan sedih seperti permainan yang mengasikan. Ibunya sering memperhatikan anaknya itu. Ia berpikir bahwa ini tempat yang kurang baik bagi pertumbuhan anaknya, maka ia membawa Meng Zi pindah ke kota.

Di kota banyak sekali pedagang. Para pedagang suka berteriak menawarkan dagangannya dan suka minum bir bersama serta sering mengucapkan janji-janji palsu dalam menawarkan barang dagangannya. Bagi Meng Zi hal tersebut menarik, karena itu ia mulai belajar minum bir, berteriak menawarkan dagangan dan mengucapkan janji-janji gombal ala pedagang. Ibu Meng Zi resah dan berpikir tempat ini tidak terlalu baik bagi perkembangan moral dan perkembangan pengetahuan anak.

Setelah berpikir matang soal tempat yang paling ideal untuk anaknya, ia memutuskan untuk pindah ke dekat sekolah.Dari sekolah tersebut bisa terdengar suara guru yang sedang mengajar dan di sekolah itu ada perpustakaan sehingga ia berharap anaknya bisa belajar banyak hal yang berguna untuk hidupnya. Di situ juga banyak murid sekolah sehingga diharapkan Meng Zi akan terdorong untuk bersekolah dan rajin belajar.

Meng Zi pun terpengaruh. Tiap hari ia selalu berusaha mendengarkan pelajaran yang disampaikan oleh gurunya. Di tempat itu ia belajar membaca. Setelah bisa membaca ia mulai rajin membaca buku. Banyak buku kebijaksanaan dan ilmu pengetahuan dipelajarinya dengan tekun. Ia juga berdiskusi dengan murid-murid yang ada di sekolah itu. Hari demi hari, tahun demi tahun, Ibu Meng Zi gembira melihat anaknya begitu suka pada belajar-mengajar.

Dalam hatinya ia berkata, “Ini memang tempat yang tepat untuk anak saya bertumbuh !” Karena kesukaanya belajar, berdiskusi, dan membaca buku, Meng Zi berkembang menjadi orang yang sangat dikagumi kepintaran dan hikmahnya. Bahkan ia dikenal sebagai seorang filsuf besar negeri China.

Ada banyak pelajaran dari kisah seorang Meng Zi dan sifat Bijaksana Ibunya yang dengan berbagai cara dilakukan seorang Ibu agar anaknya selalu berada dilingkungan yang bisa membuat karakter seorang anak senantiasa berada dalam kebaikan.

Janganlah menjadi seorang Ibu yang tidak peduli dengan lingkungan anak kita bertumbuh sebab lingkungan itu akan membentuk watak dan karakter seorang anak dalam hidupnya.

Bila semua Ibu dalam sebuah negara mampu menjadi Ibu yang bijaksana dan beriman maka akan terlahir anak-anak yang membanggakan bagi bangsanya, dan benarlah kalimat bahwa wanita ataupun seorang Ibu itu adalah tiang negara sebab merekalah penentu seberapa mulia generasi negara itu.

————————————–

Beralih ke Thomas Alva Edison, sang penemu jenius. Di masa belia, secara fisik Edison kecil agak tuli dan dicap bodoh di sekolah, bahkan gurunya pernah meminta ibunya untuk mengeluarkannya dari bangku sekolah.

Namun meski demikian, ibunya tak patah arang dan membulatkan tekad bahwa anaknya bukan anak bodoh dan ia sendiri yang akan mendidik dan mengajarnya.

Alhasil, Edison hanya mengenyam pendidikan formal di bangku sekolah selama tiga bulan, setelah itu pendidikannya diperoleh dari sang ibu yang mengajar Edison di rumah. Ibu Edison mengajarkannya cara membaca, menulis, dan matematika. Dia juga sering memberi dan membacakan buku-buku bagi Edison, seperti buku-buku karya penulis Edward Gibbon, William Shakespeare dan Charles Dickens.

Ia adalah Nancy Mattews. Sosok ibu hebat yang berhasil membangkitkan rasa percaya diri anaknya hingga akhirnya Edison kecil tumbuh menjadi Thomas Alva Edison, salah satu penemu terbesar di dunia yang genius. Meskipun secara fisik anaknya agak tuli, namun itu semua bukan menjadi tembok penghalang yang berarti bagi Nancy untuk terus berjuang mengantarkannya ke tangga kesuksesan. Selama kariernya, Thomas Alva Edison telah mempatenkan sekitar dari 1.093 hasil temuannya, termasuk bola lampu listrik, gramofon, juga kamera film.

——————

Sekelumit cerita di atas adalah kisah heroik dan inspiratif dari seorang ibu kepada anaknya. Hal itu semakin menegaskan bahwa di balik kehebatan seseorang, peran seorang ibu teramat besar. Ibu telah menunjukkan peran hebatnya saat mulai mengandung janin selama berbulan-bulan. Sebuah pengorbanan dan perjuangan berat harus dilakoninya demi anak yang dikandungnya sampai kemudian mempertaruhkan nyawa saat melahirkan. Kemudian menyusui dan memeliharanya hingga anak tumbuh berkembang hingga besar.

Setelah anak itu lahir, ibulah yang menjadi pendidik pertama di lingkungan keluarga. Didikan dan arahan ibu akan mempengaruhi kecerdasan, karakter dan kepribadian sang anak yang akan terbawa hingga dewasa. Hitam putih anak sangat bergantung pada orang tua, terutama ibu yang mengandung dan melahirkannya. Dari sentuhan kasih sayang dan didikan seorang ibu yang hebat, ternyata anak bisa menjadi tokoh hebat yang kelak berguna bagi masyarakat.

Ibu mampu memotivasi dan menyuntikkan semangat ketika anak sedang dalam kondisi lemah. Ketika kondisi malas, dorongan dan stimulus ibu akan sangat membantu membangkitkannya. Ibu juga mampu memainkan perannya sebagai motivator dan konsultan ulung ketika sang anak sedang terjerat masalah dan kesulitan.

Tak dapat dimungkiri lagi bahwa keberadaan sosok perempuan, terutama ibu, sangat menentukan. Selain pendidikan, motivasi dan doa seorang ibu yang dengan tulus selalu dipanjatkan kepada Tuhan juga akan memuluskan langkah anaknya dalam menapaki tangga keberhasilan.

Doa dan restu sang ibu menjelma menjadi kekuatan dahsyat yang siap meruntuhkan tembok penghalang dan rintangan dalam menggapai keberhasilan. Sering sebuah tantangan terlihat begitu berat dan sulit, namun bisa terasa mudah dan ringan berkat kontribusi doa ibu, terlepas dari ikhtiar yang telah dilakukan.
 

MiuAsakura Blog © 2008. Template Design By: SkinCorner