Jumat, 23 April 2010

Lima Menit Saja!

Seorang ibu duduk di samping seorang pria di bangku dekat Taman-Main di West Coast Park pada suatu minggu pagi yang indah cerah.

"Tuh.., itu putraku yang di situ," katanya, sambil menunjuk ke arah seorang anak kecil dalam T-shirt merah yang sedang meluncur turun dipelorotan. Mata ibu itu berbinar, bangga.

"Wah, bagus sekali bocah itu," kata bapak di sebelahnya.

"Lihat anak yangsedang main ayunan di bandulan pakai T-shirt biru itu? Dia anakku," sambungnya, memperkenalkan.

Lalu, sambil melihat arloji, ia memanggil putranya. "Ayo Jack, gimana kalau kita sekarang pulang?"

Jack, bocah kecil itu, setengah memelas, berkata, "Kalau lima menit lagi,boleh ya, Yahhh? Sebentar lagi Ayah, boleh kan? Cuma tambah lima menit kok,yaaa...?"

Pria itu mengangguk dan Jack meneruskan main ayunan untuk memuaskan hatinya. Menit menit berlalu, sang ayah berdiri, memanggil anaknya lagi. "Ayo, ayo, sudah waktunya berangkat?"

Lagi-lagi Jack memohon, "Ayah, lima menit lagilah. Cuma lima menit tok, ya? Boleh ya, Yah?" pintanya sambil menggaruk-garuk kepalanya.

Pria itu bersenyum dan berkata, "OK-lah, iyalah..."

"Wah, bapak pasti seorang ayah yang sabar," ibu yang di sampingnya, dan melihat adegan itu, tersenyum senang dengan sikap lelaki itu.

Pria itu membalas senyum, lalu berkata, "Putraku yang lebih tua, John, tahun lalu terbunuh selagi bersepeda di dekat sini, oleh sopir yang mabuk. Tahu tidak, aku tak pernah memberikan cukup waktu untuk bersama John. Sekarang apa pun ingin kuberikan demi Jack, asal saja saya bisa bersamanya biar pun hanya untuk lima menit lagi. Saya bernazar tidak akan mengulangi kesalahan yang sama lagi terhadap Jack. Ia pikir, ia dapat lima menit ekstra tambahan untuk berayun, untuk terus bermain. Padahal, sebenarnya, sayalah yang memperoleh tambahan lima menit memandangi dia bermain, menikmati kebersamaan bersama dia, menikmati tawa renyah-bahagianya...."

Hidup ini bukanlah suatu lomba. Hidup ialah masalah membuat prioritas.Prioritas apa yang Anda miliki saat ini? Berikanlah pada seseorang yang kaukasihi, lima menit saja dari waktumu, dan engkau pastilah tidak akan menyesal selamanya.

Sabtu, 17 April 2010

Kisah Kakek yang tau kapan dia meninggal

Siang itu sang kakek mendapatkan dana bantuan langsung dari pemerintah… dan tengah berbincang2 dengan sang nenek, “ngeneki aku entok duwit 200 ewu kenek tak tukokno mori..” [kayak begini aku dapat uang 200ribu bisa aku belikan kain mori (kain kafan) ] sang nenek langsung terperanjat.. “mbah ngomong opo ngono iku..” [mbah ngomong apa itu] sang kakek menjawab lagi.. “lha kowe ki piye to, yo di enggo kemulan toh nek pe turu..” [lha kamu bagaimana toh.. ya dibuat selimut kalau mau tidur..] sang nenek tidak marasa curiga dengan kata2 kakek yang seperti itu, nenek menyangka kalau kakek hanya ingin membeli selimut baru..

2 hari sebelum kematian kakek, sang kakek berjalan2… berkeliling desa, kakek tua ini merasa aneh.. karena tidak ada yang menyapa dia saat berjalan, tidak seperti biasanya.. semua orang hanya diam saja.. terus berjalan… hingga akhirnya sampai pada tempat tujuan.. yaitu tempat pemakaman umum.. sang kakek berjalan2 terus.. mengitari pemakaman.. apa yang dia lakukan, yaitu melihat2 mana tempat yang masih kosong untuknya.. sampe puas melihat2 sang terus berbalik untuk ke tempat anaknya.. tidak seperti biasanya.. sang ayah [red:kakek] langsung pergi untuk mencari kayu.. sang anak heran.. kenapa bapak tidak duduk2 dahulu.. tidak merisaukan itu sang anak melihat apa yang dilakukan sang bapak.. sang kakek sedang memilah2 kayu.. sang anak tidak curiga.. tetapi berbeda dengan biasanya sang kakek langsung membuat penutup atasan kuburan.. sang anak terus bertanya.. “pak, sampean gawe opo.. opo enek wong mati ta pak??” [pak, bapak buat apa? apa ada yang meninggal kah pak??] sang kakek menjawab.. “ora onok sopo2 le.. iki kanggo omah2an’e bapak dewe” [tidak ada siapa2 nak, ini untuk rumah [red:kuburan] bapak sendiri] sang anak kontan lemas.. “bapak ngomong opo toh..?” [bapak ngomong apa sih??] sang kakek cuma tersenyum dengan senyum khas-nya…

sepulang dari rumah sang nenek terus menangis.. sang kakek berusaha menenangkan sang nenek, sang nenek berangsung tenang.. tetapi sang nenek kembali menangis sampe akhirnya kakek menceritakan perjalanannya.. sang nenek menangis kembali..

1 hari sebelum kepergian sang kakek.. sang kakek memberitahukan sang nenek kalau mau tidur harus mencari tempat yang kuat, karena rumah yang mereka tempati sudah sangat rapuh.. sang kakek takut kalau nenek tertimpa reruntuhan rumah kalau suatu saat rumah itu roboh..

ni hari terakhir sang kakek, kakek tidak mau merepotkan sang nenek.. sang kakek mengerjakan semua pekerjaannya, disaat terakhirpun sang kakek tidak merasa kelelahan.. dia tertidur di tempat tidur dengn nyaman.. sebelum pergi sang kakek meminta sang nenek memasak masakan kesukaannya… tapi naas.. sebelum masakannya matang, sang kakek telah pergi.. untuk selamanya..

Inilah bukti kalau seorang manusia ada yang tau kapan dia meninggal.. ini bukanlah rekayasa.. tapi ini bukti kalau manusia ada yang tahu kapan dia meninggal…

kisah cinta tiada tara

Di sebuah kota kecil yg tenang & indah, ada sepasang manusia yg saling mencintai. Mereka selalu bersama memandang matahari terbit di puncak gunung, bersama di pesisir pantai menghantar matahari senja. Setiap org yg bertemu dgn mereka tdk bisa tdk akan menghantar dgn pandangan kagum & doa bahagia. Mereka saling mengasihi satu sama lain.

Namun pd suatu hari, malang sang dara mengalami luka berat akibat sebuah kecelakaan. Ia berbaring di atas ranjang pasien brp malam tdk sadarkan diri di rumah sakit. Siang hari sang wanita menjaga di depan ranjang & dgn tiada henti memanggil2 kekasih yg tdk sadar sedikitpun. Malamnya ia tak lupa berdoa kepada Tuhan agar kekasihnya selamat. Air matanya sendiri hampir kering krn menangis sepanjang hari.

Seminggu telah berlalu, sang dara tetap pingsan tertidur spt dulu, sedangkan si wanita telah berubah mjd pucat pasi & lesu tdk terkira, namun ia tetap dgn susah payah bertahan & akhirnya pd suatu hari Tuhan terharu oleh keadaan wanita yg setia & teguh itu, lalu IA memutuskan memberikan kpd wanita itu sebuah pengecualian kpd dirinya.

Tuhan bertanya kpdnya:"Apakah kamu benar2 bersedia menggunakan nyawamu sendiri utk menukarnya?". Si wanita tanpa ragu sedikitpun menjawab:"Ya". Tuhan berkata:"Baiklah, Aku bisa segera membuat kekasihmu sembuh kembali, namun kamu hrs berjanji menjelma mjd kupu2 selama 3 thn. Pertukaran spt ini apakah kamu juga bersedia?". Si wanita terharu setelah mendengarnya & dgn jawaban yg pasti menjawab: "saya bersedia!".

Hari telah terang. Si wanita telah mjd seekor kupu2 yg indah. Ia mohon diri pd Tuhan lalu segera kembali ke rumah sakit. Hasilnya, dara itu benar2 telah siuman bahkan ia sedang berbicara dgn seorg dokter. Namun sayang, ia tdk dpt mendengarnya sebab ia tak bisa masuk ke ruang itu. Dgn di sekati oleh kaca, ia hanya bisa memandang dr jauh kekasihnya sendiri.

Bbrp hari kemudian, sang dara telah sembuh. Namun ia sama sekali tdk bahagia. Ia mencari keberadaan sang wanita pd setiap org yg lewat, namun tdk ada yg tahu sebenarnya sang wanita telah pergi kemana. Sang dara sepanjang hari tdk makan & istirahat terus mencari. Ia begitu rindu kpdnya, begitu inginnya bertemu dgn sang kekasih, namun sang wanita yg telah berubah mjd kupu2 bukankah setiap saat selalu berputar disampingnya? hanya saja ia tdk bisa berteriak, tdk bisa memeluk. Ia hanya bisa memandangnya secara diam2.

Musim panas telah berakhir, angin musim gugur yg sejuk meniup jatuh daun pepohonan. Kupu2 mau tdk mau hrs meninggalkan tempat tsb lalu terakhir kali ia terbang & hinggap di atas bahu sang dara. Ia bermaksud menggunakan sayapnya yg kecil halus membelai wajahnya, menggunakan mulutnya yg kecil lembut mencium keningnya. Namun tubuhnya yg kecil & lemah benar2 tdk boleh di ketahui olehnya, sebuah gelombang suara tangisan yg sedih hanya dpt di dengar oleh kupu2 itu sendiri & mau tdk mau dgn berat hati ia meninggalkan kekasihnya, terbang ke arah yg jauh dgn membawa harapan.

Dlm sekejap telah tiba musim semi yg kedua, sang kupu2 dgn tdk sabarnya segera terbang kembali mencari kekasihnya yg lama di tinggalkannya. Namun di samping bayangan yg tak asing lagi ternyata telah berdiri seorang wanita cantik. Dlm sekilas itu sang kupu2 nyaris jatuh dr angkasa. Ia benar2 tdk percaya dgn pemandangan di depan matanya sendiri. Lebih tdk percaya lagi dgn omongan yg di bicarakan banyak org. Orang2 selalu menceritakan betapa parah sakit sang dara. Melukiskan betapa baik & manisnya dokter wanita itu. Bahkan melukiskan betapa sudah sewajarnya percintaan mereka & tentu saja juga melukiskan bahwa sang dara sudah bahagia spt dulu kala dsb. Sang kupu2 sangat sedih.

Bbrp hari berikutnya ia seringkali melihat kekasihnya sendiri membawa wanita itu ke gunung memandang matahari terbit, menghantar matahari senja di pesisir pantai. Segala yg pernah di milikinya dahulu dlm sekejap tokoh utamanya telah berganti seorg wanita lain sedangkan ia sendiri selain kadangkala bisa hinggap di atas bahunya, namun tdk dpt berbuat apa2. Musim panas tahun ini sgt panjang, sang kupu2 setiap hari terbang rendah dgn tersiksa & ia sudah tdk memiliki keberanian lagi utk mendekati kekasihnya sendiri. Bisikan suara antara ia dgn wanita itu, ia & suara tawa bahagianya sudah cukup membuat embusan napas dirinya berakhir, karenanya sebelum musim panas berakhir, sang kupu2 telah terbang berlalu.

Bunga bersemi & layu. Bunga layu & bersemi lagi. Bagi seekor kupu2 waktu seolah2 hanya menandakan semua ini. Musim panas pd tahun ketiga, sang kupu2 sudah tdk sering lagi pergi mengunjungi kekasihnya sendiri. Sang dara bekas kekasihnya itu mendekap perlahan bahu si wanita, mencium lembut wajah wanitanya sendiri. Sama sekali tdk punya waktu memperhatikan seekor kupu2 yg hancur hatinya apalagi mengingat masa lalu.

Tiga tahun perjanjian Tuhan dgn sang kupu2 sudah akan segera berakhir & pd saat hari yg terakhir,
mengalirlah air mata sedih sang kupu2. Dengan pedih hati Tuhan menarik napas:"Apakah kamu menyesal?". Sang kupu2 mengeringkan air matanya:"Tidak". Tuhan lalu berkata di sertai seberkas kegembiraan: "Besok kamu sudah dpt kembali mjd dirimu sendiri". Sang kupu2 menggeleng-gelengkan kepalanya:"Biarkanlah aku mjd kupu2 seumur hidup".

ADA BEBERAPA KEHILANGAN MERUPAKAN TAKDIR.
ADA BEBERAPA PERTEMUAN ADALAH YANG TIDAK AKAN BERAKHIR SELAMANYA.
MENCINTAI SESEORANG TIDAK MESTI HARUS MEMILIKI, NAMUN MEMILIKI SESEORANG MAKA HARUS BAIK-BAIK MENCINTAINYA.,.,

Piring Kayu dan Gelas Bambu

Seorang lelaki tua yang baru ditinggal mati isterinya tinggal bersama anaknya, Arwan dan menantu perempuannya - Rina, serta cucunya - Viva yang baru berusia enam tahun. Keadaan lelaki tua itu sudah uzur, jari-jemarinya senantiasa gemetar dan pandangannya semakin hari semakin buram.
Malam pertama pindah ke rumah anaknya, mereka makan malam bersama. Lelaki tua itu merasa kurang nyaman menikmati hidangan di meja makan. Dia merasa amat canggung menggunakan sendok dan garpu. Selama ini dia gemar bersila, tapi di rumah anaknya dia tiada pilihan. Cukup sukar dirasa-kannya,sehingga seringkali makanan tersebut tumpah. Sebenarnya dia merasa malu seperti itu di depan anak menantu, tetapi dia gagal menahannya. Oleh karena kerap sekali dilirik menantu, selera makannyapun hilang. Dan tatkala dia memegang gelas minuman, pegangannya terlepas. Praannggg !! Bertaburanlah serpihan gelas di lantai.

Pak tua menjadi serba salah. Dia bangun, mencoba memungut serpihan gelas itu, tapi Arwan melarang nya. Rina cemberut, mukanya masam. Viva merasa kasihan melihat kakeknya, tapi dia hanya dapat melihat untuk kemudian meneruskan makannya.

"Esok ayah tak boleh makan bersama kita," Viva mendengar ibunya berkata pada kakeknya, ketika kakeknya beranjak masuk ke dalam kamar. Arwan hanya membisu. Sempat anak kecil itu memandang tajam ke dalam mata ayahnya.

Demi memenuhi tuntutan Rina, Arwan membelikan sebuah meja kecil yang rendah, lalu diletakkan di sudut ruang makan. Di situlah ayahnya menikmati hidangan sendirian, sedangkan anak menantunya makan di meja makan. Viva juga dilarang apabila dia merengek ingin makan bersama kakeknya.

Air mata lelaki tua meleleh mengenang nasibnya diperlakukan demikian. Ketika itu dia teringat kampung halaman yang ditinggalkan. Dia terkenang arwah isterinya. Lalu perlahan-lahan dia berbisik: "Mah... buruk benar layanan anak kita pada abang."

Sejak itu, lelaki tua merasa tidak betah tinggal di situ. Setiap hari dia dihardik karena menumpahkan sisa makanan. Dia diperlakukan seperti budak. Pernah dia terpikir untuk lari dari situ, tetapi begitu dia teringat cucunya, dia pun menahan diri. Dia tidak mau melukai hati cucunya. Biarlah dia menahan diri dicaci dan dihina anak menantu. Suatu malam, Viva terperanjat melihat kakeknya makan menggunakan piring kayu, begitu juga gelas minuman yang dibuat dari bambu. Dia mencoba mengingat-ingat, di manakah dia pernah melihat piring seperti itu. "Oh! Ya..." bisiknya. Viva teringat, semasa berkunjung ke rumah sahabat papanya, dia melihat tuan rumah itu memberi makan kucing-kucing mereka menggunakan piring yang sama!

"Tak akan ada lagi yang pecah, kalau tidak begitu, nanti habis piring dan mangkuk ibu," kata Rina apabila anaknya bertanya. Waktu terus berlalu. Walaupun makanan berserakan setiap kali waktu makan, tiada lagi piring atau gelas yang pecah. Apabila Viva memandang kakeknya yang sedang menyuap makanan, kedua-duanya hanya berbalas senyum.

Seminggu kemudian, sewaktu pulang bekerja, Arwan dan Rina terperanjat melihat anak mereka sedang bermain dengan kepingan-kepingan kayu. Viva seperti sedang membuat sesuatu. Ada palu, gergaji dan pisau di sisinya."Sedang membuat apa sayang? Berbahaya main benda-benda seperti ini," kata Arwan menegur manja anaknya. Dia sedikit heran bagaimana anaknya dapat mengeluarkan peralatan itu, padahal ia menyimpannya di dalam gudang."Mau bikin piring, mangkuk dan gelas untuk Ayah dan Ibu. Bila Viva besar nanti, supaya tak susah mencarinya, tak usah ke pasar beli piring seperti untuk Kakek," kata Viva.

Begitu mendengar jawaban anaknya, Arwan terkejut. Perasaan Rina terusik. Kelopak mata kedua-duanya basah. Jawaban Viva menusuk seluruh jantung, terasa seperti diiiris pisau. Mereka tersentak, selama ini mereka telah berbuat salah ! Malam itu Arwan menuntun tangan ayahnya ke meja makan. Rina menyendokkan nasi dan menuangkan minuman ke dalam gelas. Nasi yang tumpah tidak dihiraukan lagi. Viva beberapa kali memandang ibunya, kemudian ayah dan terakhir wajah kakeknya. Dia tidak bertanya, cuma tersenyum saja, bahagia dapat duduk bersebelahan lagi dengan kakeknya di meja makan. Lelaki tua itu juga tidak tahu kenapa anak menantunya tiba-tiba berubah.

"Esok Viva mau buang piring kayu dan gelas bambu itu" kata Viva pada ayahnya setelah selesai makan. Arwan hanya mengangguk, tetapi dadanya masih terasa sesak karena merasa bersalah.


MORAL OF THE STORY ?

Hargailah kasih sayang kedua orang tua kita. Bapak Ibu kita hanya satu, setelah meninggal tidak akan ada pengganti. Jadi, :

BERBAKTILAH KEPADA BAPAK & IBU KITA
SELAGI MEREKA MASIH HIDUP !!!.

Pohon,Angin dan Daun



POHON

Orang2 memanggilku “POHON” karena aku sangat baik dalam menggambar pohon. AKU selalu menggunakan gambar pohon pada sisi kanan sebagai trademark pada semua lukisanku. AKU telah berpacaran sebanyak 5 kali…


Ada satu wanita yang sangat AKU cintai… tapi AKU tidak punya keberanian untuk mengatakannya… Dia tidak cantik… tidak memiliki tubuh yang sexy… Dia sangat peduli dengan orang lain… religius tapi… dia hanya wanita biasa saja. AKU menyukainya. Sangat menyukainya… Gayanya yang innocent dan apa adanya… kemandirian nya… kepandaiannya dan kekuatannya…


Alasan AKU tidak mengajaknya kencan karena…AKU merasa dia sangat biasa dan tidak serasi untukku…AKU takut… jika kami bersama semua perasaan yang indah ini akan hilang…AKU takut kalau gosip2 yang ada akan menyakitinya…AKU merasa dia adalah “sahabatku”…AKU akan memilikinya tiada batasnya… tidak harus memberikan semuanya hanya untuk dia…
Alasan yang terakhir… membuat dia menemaniku dalam berbagai pergumulan selama 3 tahun ini…Dia tau AKU mengejar gadis2 lain dan AKU telah membuatnya menangis selama 3 tahun…
Ketika AKU mencium pacarku yang ke-2 terlihat olehnya…Dia hanya tersenyum dengan berwajah merah… “lanjutkan saja” katanya, setelah itu pergi meninggalkan kami. Esoknya, matanya bengkak..dan merah… AKU sengaja tidak mau memikirkan apa yang menyebabkannya menangis… but AKU tertawa… bercanda dengannya seharian di ruang itu… Di sudut ruang itu dia menangis… dia tidak tau bahwa AKU kembali untuk mengambil sesuatu yang tertinggal…Hampir 1 jam kulihat dia menangis disana….


Pacarku yang ke-4 tidak menyukainya…Pernah sekali mereka berdua perang dingin, AKU tau bukan sifatnya untuk memulai perang dingin…Tapi AKU masih tetap bersama pacarku…AKU berteriak padanya dan matanya penuh dengan air mata sedih dan kaget…AKU tidak memikirkan perasaannya dan pergi meninggalkannya bersama pacarku…Esoknya masih tertawa dan bercanda denganku seperti tidak ada yang terjadi sebelumnya.. .AKU tau dia sangat sedih dan kecewa tapi dia tidak tau bahwa sakit hatiku sama buruknya dengan dia…AKU juga sedih…


Ketika AKU putus dengan pacarku yang ke 5, AKU mengajaknya pergi… Setelah kencan satu hari itu, AKU mengatakan bahwa ada sesuatu yang ingin kukatakan padanya… Dia mengatakan bahwa kebetulan sekali bahwa dia juga ingin mengatakan sesuatu padaku… AKU cerita tentang putusnya AKU dengan pacarku… Dia berkata bahwa dia sedang memulai suatu hubungan dengan seseorang… AKU tau pria itu… dia sering mengejarnya selama ini… Pria yang baik, penuh energi dan menarik…


AKU tak bisa memperlihatkan betapa sakit hatiku, AKU hanya tersenyum dan mengucapkan selamat padanya…Ketika sampai di rumah, sakit hatiku bertambah kuat dan AKU tidak dapat menahannya…Seperti ada batu yang sangat berat didadaku… AKU tak bisa bernapas dan ingin berteriak namun apa daya…


Air mataku mengalir tak terasa aku menangis karenanya…Sudah sering AKU melihatnya menangis untuk pria yang mengacuhkan kehadirannya…Handphoneku bergetar… ternyata ada SMS masuk… SMS itu dikirim 10 hari yang lalu ketika aku sedih dan menangis…
SMS itu berbunyi,”DAUN terbang karena ANGIN bertiup atau karena POHON tidak memintanya untuk tinggal?”


DAUN

AKU suka mengoleksi daun-daun, kenapa?Karena AKU merasa bahwa DAUN untuk meninggalkan pohon yang selama ini ditinggali membutuhkan banyak kekuatan.
Selama 3 thn AKU dekat dengan seorang pria, bukan sebagai pacar tapi“Sahabat”. Tapi ketika dia mempunyai pacar untuk yang pertama kalinya…AKU mempelajari sebuah perasaan yang belum pernah aku pelajari sebelumnya - CEMBURU…Perasaan di hati ini tidak bisa digambarkan dengan menggunakan Lemon.Hal itu seperti 100 butir lemon busuk.Mereka hanya bersama selama 2 bulan…Ketika mereka putus, AKU menyembunyikan perasaan yang luar biasagembiranya. Tapi sebulan kemudian dia bersama seorang gadis lagi…
AKU menyukainya dan AKU tau bahwa dia juga menyukaiku, tapi mengapa dia tidak mau mengatakannya?Jika dia mencintaiku, mengapa dia tidak memulainya dahulu untuk melangkah?Ketika dia punya pacar baru lagi, hatiku sedih… Waktu berjalan dan berjalan, hatiku sedih dan kecewa…


AKU mulai mengira bahwa ini adalah cinta yang bertepuk sebelah tangan…Tapi..mengapa dia memperlakukanku lebih dari sekedar seorang teman?
Menyukai seseorang sangat menyusahkan hati… AKU tahu kesukaannya… kebiasaannya…Tapi perasaannya kepadaku tidak pernah bisa diketahui…Kau tidak mengharapkan AKU seorang wanita untuk mengatakannya bukan ?Diluar itu, AKU mau tetap disampingnya… memberinya perhatian… menemani… dan mencintainya…Berharap suatu hari nanti dia akan datang dan mencintaiku…Hal itu seperti menunggu telephonenya tiap malam… mengharapkan mengirimku SMS…AKU tau sesibuk apapun dia, pasti meluangkan waktunya untuk ku…Karena itu, AKU menunggunya…


3 tahun cukup berat untuk kulalui danAKU mau menyerah… Kadang AKU berpikir untuk tetap menunggu…Dilema yang menemaniku selama 3 tahun ini…
Akhir tahun ke-3, seorang pria mengejarku… setiap hari dia mengejarku tanpa lelah…Segala daya upaya telah dilakukan walau seringkali ada penolakan dariku…AKU berpikir… apakah aku ingin memberikan ruang kecil di hatiku untuknya?!..


Dia seperti angin yang hangat dan lembut, mencoba meniup daun untuk terbang dari pohon…Akhirnya, AKU sadar bahwa AKU tidak ingin memberikan Angin ini ruang yang kecil di hatiku…
AKU tau Angin akan membawa pergi Daun yang lusuh jauh dan ketempat yang lebih baik…Akhirnya AKU meninggalkan Pohon… tapi Pohon hanya tersenyum dan tidak memintaku untuk tinggal…AKU sangat sedih memandangnya tersenyum ke arahku…
“DAUN terbang karena ANGIN bertiup atau POHON tidak memintanya untuk tinggal?”


ANGIN

AKU menyukai seorang gadis bernama Daun…kar ena dia sangat bergantung pada Pohon… jadi aku harus menjadi ANGIN yang kuat…
Angin akan meniup Daun terbang jauh…Pertama kalinya… AKU melihat seseorang memperhatikan kami…Ketika itu, dia selalu duduk disana sendirian atau dengan teman2nya memerhatikan Pohon…Ketika Pohon berbicara dengan gadis2, ada cemburu di matanya…Ketika Pohon melihat ke arah Daun, ada senyum di matanya…Memperhatikannya menjadi kebiasaanku… seperti daun yang suka melihat Pohon.Satu hari saja tak kulihat dia… AKU merasa sangat kehilangan...


Di sudut ruang itu, ku lihat pohon sedang memperhatikan daun…Air mengalir di mata daun ketika Pohon pergi…Esoknya… Ku lihat Daun di tempatnya yang biasa, sedang memperhatikan Pohon…AKU melangkah dan tersenyum padanya… Kuambil secarik kertas… kutulis dan kuberikan padanya…Dia sangat kaget…
Dia melihat ke arahku, tersenyum dan menerima kertas dariku…Esoknya…dia datang… menghampir ku dan memberikan kembali kertas itu…Hati Daun sangat kuat dan Angin tidak bisa meniupnya pergi, hal itu karena Daun tidak mau meninggalkan Pohon.AKU melihat kearahnya… kuhampiri dengan kata2 itu…Sangat pelan… dia mulai membuka dirinya dan menerima kehadiranku dan telponku…


AKU tau orang yang dia cintai bukan AKU… tapi AKU akan berusaha agar suatu hari dia menyukaiku…Selama 4 bln, AKU telah mengucapkan kata Cinta tidak kurang dari 20x kepadanya…Hampir tiap kali dia mengalihkan pembicaraan… tapi AKU tidak menyerah…Keputusanku bulat… AKU ingin memilikinya… dan berharap dia akan setuju menjadi pacarku….
Aku bertanya,” apa yang kau lakukan?Kenapa kau tidak pernah membalas?Mengapa kau selalu membisu?”Dia berkata, “AKU menengadahkan kepalaku”…
“Ah?” Aku tidak percaya dengan apa yang kudengar…“Aku menengadahkan kepalaku” dia berteriak…


Kuletakkan telepon….. melompat. …berlari seribu langkah…ke rumahnya…Dia membuka pintu bagiku… Ku peluk erat-erat tubuhnya…
“DAUN terbang karena tiupan ANGIN atau karena POHON tidak memintanya untuk tinggal?”

Sebuah Pelajaran Untuk Disampaikan

Namanya Ny. Thompson. Ia berdiri di depan ruang kelas 5 pada hari pertama tahun pengajaran, dan berbohong kepada murid-muridnya.

Seperti kebanyakan pengajar, ia memandang ke seluruh murid dan berkata bahwa ia memperhatikan seluruh murid dengan adil. Tetapi hal itu tidak mungkin, karena di barisan depan, ada seorang anak yang duduk dengan menggelesot namanya Teddy Stoddard.

Ny. Thompson sudah mengawasi Teddy setahun sebelumnya dan ia memperhatikan bahwa dia tidak bisa bermain dengan baik dengan anak-anak yang lain karena bajunya morat marit dan terlihat selalu perlu untuk dimandikan. Dan Teddy bisa jadi tidak suka. Itu semua mendapat penilaian, dimana Ny.Thompson kenyataannya akan memberikan tanda khusus di laporan Teddy dengan tinta merah besar, membuat X tebal dan memberi tanda F besar di atas kertas laporan Teddy.

Di sekolah tempat Ny.Thompson mengajar, ia diminta untuk melihat ulang catatan murid-muridnya di tahun sebelumnya, dan ia membiarkan cacatan Teddy di giliran terakhir. Saat membaca catatan Teddy ia terkejut.

Guru kelas satu Teddy menulis,Teddy adalah anak yang cemerlang dan ceria. Ia mengerjakan perkerjaannya dengan rapi dan memiliki hal-hal yang baik.Ia membawa kegembiraan bagi sekitarnya.

Guru kelas duanya menulis, Teddy adalah murid yang sempurna, sangat disukai oleh seluruh temannya, tetapi ia terganggu karena ibunya sakit stroke dan untuk tinggal di rumah adalah suatu perjuangan bagi Teddy.

Guru kelas tiganya menulis, Ia mendengar kematian ibunya. Ia berusaha untuk melakukan yang terbaik, tetapi ayahnya tidak menunjukkan ketertarikannya dan kehidupan di rumah akan segera mempengaruhinya jika tidak ada langkah-langkah yang dilakukan.

Guru kelas empat Teddy menulis, Teddy menjadi mundur dan tidak tertarik ke sekolah. Ia tidak punya banyak teman dan terkadang tertidur di kelas.

Setelah itu, Ny. Thompson menyadari masalahnya dan dia malu terhadap dirinya sendiri. Ia merasa tidak enak ketika murid-muridnya membawa hadiah natal, dibungkus dengan pita-pita yang indah dan kertas yang menyala, kecuali pemberian Teddy. Hadiah dari Teddy kumal bentuknya dan dibungkus dengan kertas coklat yang diambil dari tas belanja.

Ny.Thompson dengan terharu membuka kado Tedy ditengah-tengah kado yang lain. Anak-anak mulai tertawa saat ia menemukan gelang batu dimana beberapa batunya hilang, dan sebuah botol yang berisi parfum setengahnya.

Tetapi ia menyuruh murid-muridnya diam dan menyatakan bahwa gelang pemberian Teddy sangat indah, serta mengoleskan parfum di pergelangan tangannya.

Setelah sekolah usai, Teddy Stoddard tetap tinggal, menunggu cukup lama untuk mengatakan, Ny. Thompson, hari ini bau wangi anda seperti ibu saya. Setelah murid-muridnya pergi, Ny.Thompson menangis hampir selama satu jam. Hari berikutnya Ny.Thompson berhenti untuk mengajar membaca, menulis dan aritmatika. Sebagai gantinya ia mulai mengajar anak didiknya.

Ny. Thompson memberi perhatian khusus kapada Teddy. Selama bekerja dengannya, pikiran Teddy mulai hidup. Semakin ia mendorong Teddy, semakin cepat Teddy memberikan tanggapan.

Di akhir tahun, Teddy menjadi anak terpandai di kelas, akan tetapi Ny. Thompson jadi berbohong dengan mengatakan bahwa ia akan memperhatikan murid-muridnya secara adil, karena Teddy telah menjadi murid kesayangannya.

Satu tahun berlalu, Ny. Thompson menemukan sebuah surat dibawah pintu, dari Teddy, yang mengatakan bahwa ia adalah guru terbaik yang pernah dimiliki sepanjang hidupnya.

Enam tahun berlalu sebelum ia menerima surat yang lain dari Teddy. Ia menulis sudah menamatkan SMU, ranking tiga di kelas, dan Ny. Thompson tetap guru terbaik yang pernah dimiliki sepanjang hidupnya.

Empat tahun berikutnya, ia menerima surat yang lain, mengatakan bahwa saat orang memikirkan banyak hal, ia tetap tinggal di sekolah dan mempertahankannya, dan segera lulus dari akademi dengan penghargaan tertinggi. Dia meyakinkan Ny. Thompson, bahwa dia tetap guru yang disukai dan paling baik yang pernah dimiliki sepanjang hidupnya.

Kemudian empat tahun berlalu dan surat yang lain datang lagi. Saat ini dia menjelaskan setelah menyelesaikan gelar sarjananya, dia memutuskan untuk melanjutkan sedikit lagi. Surat itu menjelaskan bahwa Ny. Thompson tetap guru yang disukai dan paling baik yang pernah dimiliki sepanjang hidupnya. Tetapi namanya telah sedikit lebih panjang surat ditanda tangani oleh Theodore F. Stoddard, MD.

Kisahnya tidak berakhir disini. Masih ada surat lagi pada musin semi itu. Teddy berkata bahwa ia bertemu dengan seorang gadis dan merencanakan untuk menikah. Ia mengatakan bahwa ayahnya telah meninggal beberapa tahun yang lalu dan dia berharap Ny. Thompson bersedia duduk di kursi yang biasanya disediakan untuk ibu pengantin. Tentu saja Ny. Thompson bersedia.

Dan coba tebak apa berikutnya? Ny. Thompson mengenakan gelang batu dimana beberapa batunya telah hilang. Dan ia memastikan memakai parfum yang diingat Teddy dipakai ibunya pada Natal sebelumnya bersama-sama. Mereka berpelukan, dan Dr. Stoddard berbisik di telinga Ny. Thompson, Terima kasih Ny. Thompson, anda mempercayai saya. Terima kasih karena sudah membuat saya merasa begitu penting dan memperlihatkan bahwa saya dapat membuat perubahan.

Ny. Thompson dengan air mata berlinang, balik berbisik. Ia berkata,Teddy, semua yang kamu katakan keliru. Kamu adalah orang yang telah mengajari bahwa aku dapat membuat perubahan. Aku sungguh-sungguh tidak tahu bagaimana caranya mengajar sampai bertemu denganmu.

Hangatkan hati seseorang hari ini teruskan mail ini kepada yang lain

Tolong ingatlah bahwa kemana pun kamu pergi, apa pun yang kamu lakukan, kamu akan punya kesempatan untuk menyentuh atau merubah diri seseorang.

Cobalah lakukan hal itu dengan cara yang positif. Teman adalah malaikat yang mengangkat kita ke atas kaki kita, saat sayap kita bermasalah untuk mengingat bagaimana caranya terbang.

Anak anjing & sepotong daging

Entah ada apa dengan nafsu makanku hari itu, makananku tersisa banyak. Aku keluar rumah untuk membuang sisa makanan tersebut. Baru beberapa langkah dari pintu luar rumah, pandanganku tertuju pada seekor anak anjing.

Anak anjing itu tampak tidak terawat, meringkuk di pojokan sebuah meja bekas yang tergeletak begitu saja di depan rumah tetanggku. Aku terdiam sejenak memandang anak anjing itu, kemudian menatap bungkusan di tanganku. Kuambil daging yang nyaris tak tersentuh olehku dan aku berjalan menghampiri anak anjing itu.

Anak anjing itu sepertinya menyadari bahwa aku sedang menghampirinya. Ia mulai mendongakkan kepalanya dan menggonggong seolah berkata "jangan ganggu aku, manusia !". Melihat reaksi anak anjing tersebut, aku tidak jadi mendekat. Kuletakkan daging tersebut agak jauh darinya dan segera mundur ke tempat ku semula sambil menatapnya, berharap ia menghampiri dan memakan daging tersebut.

Dugaanku salah, ia terus menatapku sambil menyalak tiada henti, tidak menggubris daging yang kuletakkan tadi. Aku menghela napas sejenak, lalu mengambil kembali daging tersebut dan menghampiri lebih dekat kepada anak anjing tersebut.

Reaksinya sudah dapat ditebak, dia menyalak lebih kencang dari sebelumnya, mungkin karena aku sekarang sudah lebih dekat kepadanya. Entah kenapa aku lakukan ini, tapi aku mencoba berbicara dengannya "ssst, aku tidak bermaksud jahat, malah akan memberikanmu makanan lezat ini". Tapi sia-sia saja, anak anjing itu tentu saja tidak dapat mengerti perkataanku, bahkan dia tidak mencoba mengerti, dia terus saja mengonggong dan kali ini menggeram seperti bersiap menggigit.

"Baiklah", kataku pada diri sendiri. "Kubiarkan saja dia menggigit tanganku. Saat dia menggigit tanganku, dia pasti akan merasakan daging di tanganku itu dan akan sadar bahwa aku justru membawakannya makanan".

Aku berjongkok di hadapan anak anjing itu. Kusodorkan perlahan tanganku yang menggengam daging, sedikit mengeryit karena sadar bahwa sebentar lagi tanganku akan digigit. "Semoga saja giginya belum tumbuh tajam", pikirku.

Tapi apa yang terjadi ? Ah ... anak anjing itu berhenti menggonggong dan mengendus-endus, kemudian menjilat daging di tanganku. Akhirnya kulepaskan daging itu dari tanganku dan anak anjing itu makan dengan lahapnya.

Aku tersenyum, mengucap syukur pada Tuhan atas apa yang baru saja kulalui. Tiba-tiba aku tertegun merenungkan akan apa yang baru saja kualami.

Bukankah apa yang baru kualami ini mencerminkan apa yang telah YESUS lalui ?
DIA mencoba menghampiri manusia, tapi manusia menolak dengan "mengonggong" dan "menyalak" kepada-NYA.

DIA mencoba berbicara dengan manusia, tapi manusia tidak bisa mengerti dan bahkan tidak mau mengerti, bahkan "menggeram siap untuk mengigit"

Sehingga akhirnya dia memilih cara yang memilukan, DIA merelakan diri-NYA "digigit" demi memberikan "daging" kepada kita.

"Terima kasih Tuhan karena Engkau mengingatkan kembali bagaimana Engkau rela turun menjadi manusia, dianiaya dan disalibkan demi menyelamatkan kami, manusia-manusia berdosa"

Yohanes 3:16 Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.

Doa Seorang Anak Kecil

“Engkau tahu Tuhan, ujian matematikaku hari ini sangat buruk, tetapi aku tidak mencontek walaupun temanku melakukannya. Aku makan satu kue dan minum airku. Ayahku mengalami musim paceklik dan yang bisa kumakan hanya kue ini.
Terima kasih buat kue ini, Tuhan! Tadi aku melihat anak kucing malang yang kelaparan dan aku memberikan kueku yang terakhir buatnya.. lucunya, aku jadi tidak begitu lapar.

Lihat ini selopku yang terakhir. Aku mungkin harus berjalan tanpa sepatu minggu depan.Engkau tahu sepatu ini akan rusak, tapi tidak apa-apa..
paling
tidak aku tetap dapatpergi ke sekolah. Orang-orang berbicara bahwa kami akan mengalami musim panen yang susah bulan ini, bahkan beberapa dari temanku sudah berhenti sekolah, tolong Bantu mereka supaya bisa bersekolah lagi.
Tolong Tuhan.

Oh, ya..Engkau tahu kalau Ibu memukulku lagi. Ini memang menyakitkan, tapi aku tahu sakit ini akan hilang, paling tidak aku masih punya seorang Ibu.
Tuhan, Engkau mau lihat lukaku??? Aku tahu Engkau dapat menyembuhkannya, disini..disini.aku rasa Engkau tahu yang ini kan….??? Tolong jangan marahi ibuku, ya..?? dia hanya sedang lelah dan kuatir akan kebutuhan makan dan biaya sekolahku..itulah mengapa dia memukul aku.

Oh, Tuhan..aku rasa, aku sedang jatuh cinta saat ini. Ada seorang gadis yang sangat cantik dikelasku, namanya Anita. menurut Engkau, apakah dia akan menyukaiku??? Bagaimanapun juga paling tidak aku tahu Engkau tetap menyukaiku karena aku tidak usah menjadi siapapun hanya untuk menyenangkanMu. Engkau adalah sahabatku.

Hei.ulang tahunMu tinggal dua hari lagi, apakah Engkau gembira??? Tunggu saja sampai Engkau lihat, aku punya hadiah untukMu. Tapi ini kejutan bagiMu.
Aku berharap Engkau menyukainya. Oooops..aku harus pergi sekarang.”

akhirnya anak itu meninggal dunia karna ditabrak mobil saat hendak menyebrang dan Tuhan Yesus yang angkat dia dari jalanan..

ini adalah doa seorang anak kecil yang menganggap bahwa Tuhan Yesus Kristus adalah sahabat nya..

Kasih Ibu Tiada Taranya..

Pada suatu waktu, di sebuah desa, tinggalah seorang Ibu dengan anak tunggalnya di sebuah rumah kecil dekat hutan..Suaminya pergi begitu saja meninggalkan mereka saat anaknya lahir..
Sang anak pun bertambah dewasa sampai akhirnya ia mengetahui bahwa sebenarnya Ibunya itu buta sebelah mata..

Sang anak pun lama-kelamaan mulai merasa malu terhadap teman-temannya karena Ia mempunyai seorang Ibu yang buta sebelah matanya..Sampai suatu saat, sang anak lari ke rumahnya dengan menangis..Lalu sang Ibu pun bertanya kepada anaknya,"Mengapa Engkau menangis?" lalu jawab anaknya,"Saya malu mempunyai Ibu yang buta seperti Engkau.."
Ibunya tentu sangat terpukul dengan perkataan sang anak..Namun sang ibu tetap menyimpannya dalam hati dan berusaha membangkitkan semangat anaknya kembali..

Setelah beranjak dewasa, sang anak pun pergi meninggalkan Ibunya ke kota karena ia sudah sangat malu dengan Ibunya sendiri..Beberapa tahun berlalu dan sampailah pada suatu waktu dimana sang anak mendapat kabar bahwa Ibunya jatuh sakit, maka sang anak pun bergegas kembali ke rumah Ibunya..Namun sesampainya di dekat rumah Ibunya, rumah itupun sudah dikerumuni banyak orang, lalu sang anak langsung menerobos masuk..

Ternyata sang anak terlambat..

Ibunya baru saja menghembuskan nafas terakhirnya..

Tentu Ia sangat menyesal dengan kejadian itu..Ia langsung menangis sambil memeluk Ibunya yang sudah tak bernyawa dan pada tangan Ibunya, terlihat secarik kertas putih..Ia pun mengambil kertas itu dan ternyata itu adalah surat dari sang Ibu yang berisi......


Untuk yang tercinta Anak-ku..

Mungkin pada saat kamu membaca ini, Ibu sudah tidak ada..Ibu hanya ingin memberitahu sedikit tentang sesuatu yang sebenarnya sudah Ibu tutupi sekian lama..
Ibu sangat menyayangi kamu dari lahir..Engkau dilahirkan sempurna dan lugu..Sampai pada suatu hari ketika kamu masih kecil, mata-mu tersangkut kawat hingga mata-mu terluka sebelah..

Kemudian Ibu pergi membawamu ke kota untuk operasi..Dan ternyata, mata-mu buta..
Ibu sangat bingung waktu itu sampai akhirnya Ibu memutuskan untuk menukar mata-mu yang buta dengan mata Ibu yang masih normal sehingga kamu dapat melihat indahnya dunia dengan kedua bola ini..

Belum sempat sang anak meneruskan mambaca surat itu, ia langsung menangis dan berteriak sangat sedih akan kepergian Ibunya..
Memang kita kini diingatkan kembali bahwa "Kasih Ibu Tiada Taranya.." jadi jangan sekali-kali melawan orang tua-mu..tentunya engkau tidak ingin mengalami hal yang sama dengan sang anak bukan..Apabila anda mempunyai kesalahan kepada orang tua anda, cepatlah meminta maaf..

Hadiah Cinta yang Tak Ternilai

"Bisa saya melihat bayi saya?" pinta seorang ibu yang baru melahirkan penuh kebahagiaan. Ketika gendongan itu berpindah ke tangannya dan ia membuka selimut yang membungkus wajah bayi lelaki yang mungil itu, ibu itu menahan nafasnya. Dokter yang menungguinya segera berbalik memandang ke arah luar jendela rumah sakit. Bayi itu dilahirkan tanpa kedua belah telinga! Waktu membuktikan bahwa pendengaran bayi yang kini telah tumbuh menjadi seorang anak itu bekerja dengan sempurna. Hanya penampilannya saja yang tampak aneh dan buruk.


Suatu hari anak lelaki itu bergegas pulang ke rumah dan membenamkan wajahnya di pelukan sang ibu yang menangis. Ia tahu hidup anak lelakinya penuh dengan kekecewaan dan tragedi. Anak lelaki itu terisak-isak berkata, "Seorang anak laki-laki besar mengejekku. Katanya, aku ini makhluk aneh."


Anak lelaki itu tumbuh dewasa. Ia cukup tampan dengan cacatnya. Ia pun disukai teman-teman sekolahnya. Ia juga mengembangkan bakatnya di bidang musik dan menulis. Ia ingin sekali menjadi ketua kelas. Ibunya mengingatkan, "Bukankah nantinya kau akan bergaul dengan remaja-remaja lain?" Namun dalam hati ibu merasa kasihan padanya.Suatu hari ayah anak lelaki itu bertemu dengan seorang dokter yang bisa mencangkokkan telinga untuknya. "Saya percaya saya bisa memindahkan sepasang telinga untuknya. Tetapi harus ada seseorang yang bersedia mendonorkan telinganya," kata dokter. Kemudian, orangtua anak lelaki itu mulai mencari siapa yang mau mengorbankan telinga dan mendonorkannya pada mereka. Beberapa bulan sudah berlalu.


Dan tibalah saatnya mereka memanggil anak lelakinya, "Nak, seseorang yang tak ingin dikenal telah bersedia mendonorkan telinganya padamu. Kami harus segera mengirimmu ke rumah sakit untuk dilakukan operasi. Namun, semua ini sangatlah rahasia," kata sang ayah.Operasi berjalan dengan sukses. Seorang lelaki baru pun lahirlah. Bakat musiknya yang hebat itu berubah menjadi kejeniusan. Ia pun menerima banyak penghargaan dari sekolahnya. Beberapa waktu kemudian ia pun menikah dan bekerja sebagai seorang diplomat. Ia menemui ayahnya, "Yah, aku harus mengetahui siapa yang telah bersedia mengorbankan ini semua padaku. Ia telah berbuat sesuatu yang besar namun aku sama sekali belum membalas kebaikannya." Ayahnya menjawab, "Ayah yakin kau takkan bisa membalas kebaikan hati orang yang telah memberikan telinga itu." Setelah terdiam sesaat ayahnya melanjutkan, "Sesuai dengan perjanjian, belum saatnya bagimu untuk mengetahui semua rahasia ini."


Tahun berganti tahun. Kedua orangtua lelaki itu tetap menyimpan rahasia. Hingga suatu hari tibalah saat yang menyedihkan bagi keluarga itu. Di hari itu ayah dan anak lelaki itu berdiri di tepi peti jenazah ibunya yang baru saja meninggal. Dengan perlahan dan lembut, sang ayah membelai rambut jenazah ibu yang terbujur kaku itu, lalu menyibaknya sehingga tampaklah... bahwa sang ibu tidak memiliki telinga. "Ibumu pernah berkata bahwa ia senang sekali bisa memanjangkan rambutnya," bisik sang ayah. "Dan tak seorang pun menyadari bahwa ia telah kehilangan sedikit kecantikannya bukan?"Kecantikan yang sejati tidak terletak pada penampilan tubuh namun di dalam hati. Harta karun yang hakiki tidak terletak pada apa yang bisa terlihat, namun pada apa yang tidak dapat terlihat. Cinta yang sejati tidak terletak pada apa yang telah dikerjakan dan diketahui, namun pada apa yang telah dikerjakan namun tidak diketahui.

Kisah anak yang merawat Neneknya

 
 
Suatu hari, ada seorang anak yang bertanya pada ibunya. Anak ini sejak kecil selalu merawat neneknya yang lumpuh dan tak mampu lagi berjalan. Apapun yang dilakukan oleh si nenek, anak ini selalu membantunya. Namun anak ini lama kelamaan merasa jenuh dengan apa yang ia lakukan. Maka ia pun bertanya pada sang ibu.

"Ibu, mengapa harus aku terus yang merawat nenek? Bukankah nenek ibunya ibu? kenapa selalu aku yang merawat nenek?" Tanya sang anak pada ibunya

"Ibu terlalu sibuk untuk berjualan sayuran nak, lagipula kamu kan sekolah mulai tahun depan, mengapa harus meminta ibu? kalau bukan kamu lantas siapa yang mengurus? bapak kan juga sibuk mencari kerja sebagai kuli bangunan" jawab sang ibu

"Tapi setidaknya tiap malam ibu kan bisa menjaga nenek" kembali sang anak bertanya

"ck..ck..ck.. Nak, ibu akan menceritakan kisah masa kecilmu yang mungkin tak kau ketahui. Dulu rumah kita terbakar, ayah dan ibu sibuk mengeluarkan harta benda yang masih bisa diselamatkan, kamu yang masih tertidur di lantai atas, terlupakan oleh kami berdua. kami saling mengira bahwa ayah atau ibu telah membawa kamu keluar rumah, Mengetahui hal itu, nenek yang masih cukup muda berlari menembus api yang berkobar dan mencoba menyelamatkanmu. Ia tahu bahwa tak mungkin keluar dari pintu, ia lompat dari jendela atas ke bawah. Itulah mengapa nenek sampai sekarang lumpuh. Ia berkorban demi mu nak."
cerita sang ibu pada anaknya

setelah mendengar cerita sang ibu, si anak merasa terharu dan menangis. Sejak itu ia selalu merawat neneknya dengan penuh semangat dan tak pernah lagi ia bertanya

Katakan Sekarang, Jangan Menunda Lagi !

Pada suatu tempat, hiduplah seorang anak. Dia hidup dalam keluarga yang bahagia, dengan orang tua dan sanak keluarganya. Tetapi, dia selalu mengangap itu sesuatu yang wajar saja. Dia terus bermain, menggangu adik dan kakaknya, membuat masalah bagi orang lain adalah kesukaannya. Ketika ia menyadari kesalahannya dan mau minta maaf,dia selalu berkata, "Tidak apa-apa, besok kan bisa."

Ketika agak besar, sekolah sangat menyenangkan baginya. Dia belajar, mendapat teman, dan sangat bahagia. Tetapi, dia anggap itu wajar-wajar aja. Semua begitu saja dijalaninya sehingga dia anggap semua sudah sewajarnya. Suatu hari, dia berkelahi dengan teman baiknya. Walaupun dia tahu itu salah, tapi tidak pernah mengambil inisiatif untuk minta maaf dan berbaikan dengan teman baiknya. Alasannya, "Tidak apa-apa, besok kan bisa."

Ketika dia agak besar, teman baiknya tadi bukanlah temannya lagi. Walaupun dia masih sering melihat temannya itu, tapi mereka tidak pernah saling tegur. Tapi itu bukanlah masalah, karena dia masih punya banyak teman baik yang lain. Dia dan teman-temannya melakukan segala sesuatu bersama-sama, main, kerjakan PR, dan jalan-jalan. Ya, mereka semua teman-temannya yang paling baik.

Setelah lulus, kerja membuatnya sibuk. Dia ketemu seorang cewek yang sangat cantik dan baik. Cewek ini kemudian menjadi pacarnya. Dia begitu sibuk dengan kerjanya, karena dia ingin dipromosikan ke posisi paling tinggi dalam waktu yang sesingkat mungkin.

Tentu, dia rindu untuk bertemu teman-temannya. Tapi dia tidak pernah lagi menghubungi mereka, bahkan lewat telepon. Dia selalu berkata, "Ah, aku capek , besok saja aku hubungin mereka." Ini tidak terlalu mengganggu dia karena dia punya teman-teman sekerja selalu mau diajak keluar.Jadi, waktu pun berlalu, dia lupa sama sekali untuk menelepon teman-temannya.

Setelah dia menikah dan punya anak, dia bekerja lebih keras agar dalam membahagiakan keluarganya. Dia tidak pernah lagi membeli bunga untuk istrinya, atau pun mengingat hari ulang tahun istrinya dan juga hari pernikahan mereka. Itu tidak masalah baginya, karena istrinya selalu mengerti dia, dan tidak pernah menyalahkannya.

Tentu, kadang-kadang dia merasa bersalah dan sangat ingin punya kesempatan untuk mengatakan pada istrinya "Aku cinta kamu", tapi dia tidak pernah melakukannya. Alasannya, "Tidak apa-apa, saya pasti besok akan mengatakannya." Dia tidak pernah sempat datang ke pesta ulang tahun anak-anaknya, tapi dia tidak tahu ini akan perpengaruh pada anak-anaknya. Anak-anak mulai menjauhinya, dan tidak pernah benar-benar menghabiskan waktu mereka dengan ayahnya.

Suatu hari, kemalangan datang ketika istrinya tewas dalam kecelakaan, istrinya ditabrak lari. Ketika kejadian itu terjadi, dia sedang ada rapat. Dia tidak sadar bahwa itu kecelakaan yang fatal, dia baru datang saat istrinya akan dijemput maut. Sebelum sempat berkata "Aku cinta kamu", istrinya telah meninggal dunia. Laki-laki itu remuk hatinya dan mencoba menghibur diri melalui anak-anaknya setelah kematian istrinya. Tapi, dia baru sadar bahwa anak anaknya tidak pernah mau berkomunikasi dengannya.Segera, anak-anaknya dewasa dan membangun keluarganya masing-masing. Tidak ada yang peduli dengan orang tua ini, yang di masa lalunya tidak pernah meluangkan waktunya untuk mereka.

Saat mulai renta, Dia pindah ke rumah jompo yang terbaik, yang menyediakan pelayanan sangat baik. Dia menggunakan uang yang semula disimpannya untuk perayaan ulang tahun pernikahan ke 50, 60, dan 70. Semula uang itu akan dipakainya untuk pergi ke Hawaii, New Zealand,dan negara-negara lain bersama istrinya, tapi kini dipakainya untuk membayar biaya tinggal di rumah jompo tersebut. Sejak itu sampai dia meninggal, hanya ada orang-orang tua dan suster yang merawatnya.Dia kini merasa sangat kesepian, perasaan yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya.

Saat dia mau meninggal, dia memanggil seorang suster dan berkata kepadanya, "Ah, andai saja aku menyadari ini dari dulu…." Kemudian perlahan ia menghembuskan napas terakhir, Dia meninggal dunia dengan airmata dipipinya.


Apa yang saya ingin coba katakan pada anda, waktu itu nggak pernah
berhenti. Anda terus maju dan maju, sebelum benar-benar menyadari, anda ternyata telah maju terlalu jauh.
» Jika kamu pernah bertengkar, segera berbaikanlah!
» Jika kamu merasa ingin mendengar suara teman kamu, jangan ragu- ragu untuk meneleponnya segera.
» Terakhir, tapi ini yang paling penting, jika kamu merasa kamu ingin bilang sama seseorang bahwa kamu sayang dan cinta dia, jangan tunggu sampai terlambat. Jika kamu terus pikir bahwa kamu lain hari baru akan memberitahu dia, hari ini tidak pernah akan datang.

Katakanlah Sebelum Terlambat

Sekitar 14 tahun yang lalu, aku berdiri menyaksikan para mahasiswaku berbaris memasuki kelas untuk mengikuti kuliah pertama tentang teologi iman.

Pada hari itulah untuk pertama kalinya aku melihat Tommy. Dia sedang menyisir rambutnya yang terurai sampai sekitar 20 cm di bawah bahunya.
Penilaian singkatku: dia seorang yang aneh? Sangat aneh.
Tommy ternyata menjadi tantanganku yang terberat. Dia terus-menerus mengajukan keberatan.
Dia juga melecehkan tentang kemungkinan Tuhan mencintai tanpa pamrih.

Ketika dia muncul untuk mengikuti ujian di akhir kuliah, dia bertanya dengan agak sinis,

"Menurut Pastor apakah saya akan pernah menemukan Tuhan?"

"Tidak", jawabku dengan sungguh-sungguh.

"Oh" sahutnya.

"Rasanya Anda memang tidak pernah mengajarkan bagaimana menemukan Tuhan."

Kubiarkan dia berjalan sampai lima langkah lagi dari pintu, lalu kupanggil.

"Saya rasa kamu tak akan pernah menemukan-Nya. Tapi, saya yakin Dialah yang akan menemukanmu."

Tommy mengangkat bahu, lalu pergi.

Aku merasa agak kecewa karena dia tidak bisa menangkap maksud kata- kataku. Kemudian kudengar Tommy sudah lulus, dan saya bersyukur.

Namun kemudian tiba berita yang menyedihkan: Tommy mengidap kanker yang sudah parah. Sebelum saya sempat mengunjunginya, dia yang lebih dulu menemui saya. Saat dia melangkah masuk ke kantor saya, tubuhnya sudah menyusut, dan rambutnya yang panjang sudah rontok karena pengobatan dengan kemoterapi.

Namun, matanya tetap bercahaya dan suaranya, untuk pertama kalinya, terdengar tegas.

"Tommy! Saya sering memikirkanmu. Katanya kamu sakit keras?" tanyaku langsung.

"Oh ya, saya memang sakit keras. Saya menderita kanker. Waktu saya hanya tinggal beberapa minggu lagi."

"Kamu mau membicarakan itu?"

"Boleh saja. Apa yang ingin Pastor ketahui?"

"Bagaimana rasanya baru berumur 24 tahun, tapi kematian sudah menjelang?"

Jawabnya, "Ini lebih baik ketimbang jadi lelaki berumur 50 tahun namun mengira bahwa minum minuman keras, bermain perempuan, dan memburu harta adalah hal-hal yang 'utama' dalam hidup ini"

Lalu dia mengatakan mengapa dia menemuiku. Sesuatu yang Pastor pernah katakan pada saya pada hari terakhir kuliah Pastor. Saya bertanya waktu itu apakah saya akan pernah menemukan Tuhan, dan Pastor mengatakan tidak. Jawaban yang sungguh mengejutkan saya. Lalu, Pastor mengatakan bahwa Tuhanlah yang akan menemukan saya. Saya sering memikirkan kata-kata Bapak itu, meskipun pencarian Tuhan
yang saya lakukan pada masa itu tidaklah sungguh-sungguh. Tetapi, ketika dokter mengeluarkan segumpal daging dari pangkal paha saya", Tommy melanjutkan "dan mengatakan bahwa gumpalan itu ganas, saya
pun mulai serius melacak Tuhan. Dan ketika tumor ganas itu menyebar sampai ke organ-organ vital, saya benar-benar menggedor-gedor pintu surga. Tapi tak terjadi apa pun.."

"Lalu, saya terbangun di suatu hari, dan saya tidak lagi berusaha keras mencari-cari pesan itu. Saya menghentikan segala usaha itu. Saya memutuskan untuk tidak peduli sama sekali pada Tuhan, kehidupan
setelah kematian, atau hal-hal sejenis itu."
"Saya memutuskan untuk melewatkan waktu yang tersisa melakukan hal-hal penting," lanjut Tommy.

"Saya teringat tentang Pastor dan kata-kata Pastor yang lain:

Kesedihan yang paling utama adalah menjalani hidup tanpa mencintai.

Tapi hampir sama sedihnya, meninggalkan dunia ini tanpa mengatakan pada orang yang saya cintai bahwa kau mencintai mereka.

Jadi saya memulai dengan orang yang tersulit: ayah saya"
Ayah Tommy waktu itu sedang membaca koran saat anaknya menghampirinya.
"Pa, aku ingin bicara"
"Bicara saja"
"Pa, ini penting sekali"

Korannya turun perlahan 8 cm.

"Ada apa?"

"Pa, aku cinta Papa. Aku hanya ingin Papa tahu itu."

Tommy tersenyum padaku saat mengenang saat itu.

"Korannya jatuh ke lantai. Lalu ayah saya melakukan dua hal yang seingatku belum pernah dilakukannya. Ia menangis dan memelukku. Dan kami mengobrol semalaman, meskipun dia harus bekerja besok paginya."

"Dengan ibu saya dan adik saya lebih mudah", sambung Tommy.
"Mereka menangis bersama saya, dan kami berpelukan, dan berbagi hal yang kami rahasiakan bertahun-tahun. Saya hanya menyesalkan mengapa saya harus menunggu sekian lama. Saya berada dalam bayang-bayang kematian, dan saya baru memulai terbuka pada semua orang yang sebenarnya dekat dengan saya".

"Lalu suatu hari saya berbalik dan Tuhan ada di situ. Ia tidak datang saat saya memohon pada-Nya. Rupanya Dia bertindak menurut kehendak-Nya dan pada waktu-Nya. Yang penting adalah Pastor benar. Dia menemukan saya bahkan setelah saya berhenti mencari-Nya"

"Tommy", aku tersedak,

"Menurut saya, kata-katamu lebih universal daripada yang kamu sadari. Kamu menunjukkan bahwa cara terpasti untuk menemukan Tuhan adalah bukan dengan membuatnya menjadi milik pribadi atau penghiburan instan saat membutuhkan, melainkan dengan membuka diri pada cinta kasih"

"Tommy", saya menambahkan, "boleh saya minta tolong? Maukah kamu datang ke kuliah teologi iman dan mengatakan kepada para mahasiswa saya apa yang baru kamu ceritakan?"

Meskipun kami menjadwalkannya, ia tak berhasil hadir hari itu.Tentu saja, karena ia harus berpulang. Ia melangkah jauh dari iman ke visi. Ia menemukan kehidupan yang jauh lebih indah daripada yang pernah
dilihat mata kemanusiaan atau yang pernah dibayangkan.

Sebelum ia meninggal, kami mengobrol terakhir kali.
"Saya tak akan mampu hadir di kuliah Bapak", katanya.

"Saya tahu, Tommy"

"Maukah Bapak menceritakannya untuk saya?

Maukah Bapak menceritakannya pada dunia untuk saya?"

"Ya, Tommy. Saya akan melakukannya"

I Love You

Aku mempunyai seorang pacar yang tumbuh besar bersamaku.
Namanya Jin.

Aku selalu menganggapnya sebagai seorang teman, sampai tahun lalu ketika kami bersama-sama camping dalam suatu kegiatan pramuka. Aku menyadari bahwa aku telah jatuh cinta dengannya. Sebelum camp itu berakhir, aku mengambil langkah dan mengakui perasaanku kepadanya. Dan tidak lama kemudian, kami menjadi sepasang kekasih.

Tetapi kita mengasihi satu sama lain dengan cara yang berbeda.


Aku selalu memikirkan dirinya. Hanya dia yang ada dalam pikiranku. Tetapi dalam pikirannya, terdapat begitu banyak perempuan.
Bagiku, dia adalah satu-satunya. Namun bagi dia, mungkin aku hanyalah seorang wanita biasa...

"Jin, kamu mau pergi nonton bioskop?" Aku bertanya.
"Aku ngga bisa."
"Kenapa? Kamu harus belajar ya di rumah?" Aku merasakan sedikit kekecewaan.
"Bukan... Aku mau pergi ketemuan sama teman..."

Dia selalu seperti itu. Baginya, aku hanyalah seorang 'pacar'. Kata 'cinta' hanya keluar dari mulutku. Sejak aku mengenalnya, aku tidak pernah mendengar dia berkata "Aku mencintaimu".
Tidak pernah ada perayaan anniversary dalam hubungan kita. Bahkan mungkin dia sudah lupa dengan hari jadi kita.
Sejak hari pertama, dia tidak pernah mengucapkan "Aku cinta padamu". Ini terus berlanjut sampai 100 hari ... ... 200 hari....

Dan setiap kali dia mengantar aku pulang, sebelum kita berpisah, dia hanya memberikan aku sebuah boneka. Setiap hari... tidak pernah sekalipun lupa. Aku tidak tahu mengapa dia melakukan itu...

Kemudian pada satu hari, sebelum kita berpisah...

Aku: "Umm, Jin, aku ..."
Jin: "Apa? Jangan berhenti.. Katakan saja."
Aku: "AKu mencintaimu."
Jin: "... ... ... kamu... ... sudah, bawa saja boneka ini dan pulanglah."

Itulah bagaimana caranya menghiraukan kata-kata "Aku mencintaimu" dari mulutku dan memberikan sebuah boneka. Lalu dia menghilang, sepertinya berusaha lari dariku. Boneka yang aku terima darinya tiap hari, mengisi penuh kamarku.
Ada banyak....

Kemudian datang satu hari, hari ulang tahunku yang ke 15.
Ketika aku bangun di pagi hari, aku memikirkan sebuah pesta dengannya dan menunggu telpon darinya di dalam kamar.
Tetapi.... jam makan siang telah lewat, makan malam telah berlalu dan langit telah menjadi gelap ... Dia masih belum menelepon..
Lalu sekitar jam 2 pagi, dia tiba-tiba menelepon dan membangunkanku dari tidur. Dia mengatakan kepadaku untuk segera keluar dari rumah. Aku tetap merasakan kebahagiaan mendengarkan panggilannya dan segera lari ke luar rumah dengan gembira.

Aku: "Jin..."
Jin: "Ini ... ... ambillah."

Sekali lagi, dia memberikanku sebuah boneka kecil.

Aku: "Apa ini?"
Jin: "Aku belum kasih boneka ini kemarin. Jadi aku kasih sekarang. Aku pulang dulu ya... Bye..."
Aku: "Tunggu, tunggu! Kamu tahu hari ini hari apa?"
Jin: "Hari Ini? Huh?"

Aku merasa begitu sedih, aku pikir dia akan ingat hari ulang tahunku. Tapi ternyata tidak.
Ia berpaling dan berjalan seakan-akan tidak ada apa-apa. Lalu aku berteriak: "Tunggu ..."
Jin: "... ....Ada yang perlu kamu omongin?"
Aku: "Katakan! Katakan kalau kamu mencintaiku..."
Jin: "Apa?!"
Aku: "Katakanlah... ... ..."

Aku merasa begitu sedih, tertekan, dan kecewa. Dia hanya berucap kata-kata dingin lalu pergi.
"Aku ga mau bilang semudah itu kalau aku mencintai seseorang. Tapi kalau kamu benar-benar putus asa untuk mendengarkannya, ..carilah orang lain."
Itulah kata-kata dingin yang diucapkannya sebelum dia lari menjauh. Kakiku terasa kaku, seketika aku jatuh ke tanah.
Dia tidak mau mengatakannya semudah itu... bagaimana dia bisa seperti itu..... mungkin, mungkin dia bukan orang yang tepat buatku...

Sebulan telah berlalu, aku sendiri masih bersama dengannya dan pergi ke sekolah bersama-sama. Tapi apa yang membuat rasa sakitku muncul adalah... aku melihat dia berjalan dengan ... perempuan lain ... Dia sambil tersenyum di wajahnya, senyum yang tidak pernah ia tunjukkan padaku ...

Aku langsung berlari ke rumah dan melihat boneka-boneka di kamarku.. dan air mata menetes.. Mengapa dia memberikan ini semua kepadaku. Mungkin boneka boneka ini berasal dari beberapa teman perempuannya.
Dalam kemarahan yang mendalam, aku melemparkan boneka-boneka itu ke sekitarku.

Kemudian tiba-tiba telepon berdering. Ternyata itu telepon darinya. Dia mengatakan kepadaku untuk datang ke bus stop di luar rumah. Aku mencoba untuk menenangkan diri dan berjalan ke bus stop. Aku tetap mengingatkan diri bahwa aku akan melupakannya... bahwa ini semua akan segera berakhir..
Kemudian ia datang ke hadapanku, memegang sebuah boneka besar.

Jin: "Jo, aku pikir kamu tidak akan datang."
Aku tidak bisa membencinya. Aku mencoba berpura-pura bertingkah seperti biasa dan menganggap tidak ada yang terjadi.
Tapi ternyata, dia memegang sebuah boneka. Sama seperti biasanya.
Aku: "Aku tidak butuh itu lagi."
Jin: "Apa? ... ...Kenapa?"

Lalu aku mengambil boneka dari tangannya dan melemparkan boneka itu ke jalan.

Aku: "Aku tidak butuh boneka ini, aku tidak membutuhkannya lagi!! Aku tidak mau lagi melihat orang seperti dirimu!"
Aku mengatakan semuanya. Semua hal yang ada dalam pikiranku saat itu. Tapi tidak seperti biasanya, ia terlihat sangat terkejut. Matanya bergemetar.

"Maafkan aku.." Dia meminta maaf dalam suara yang kecil.
Kemudian ia berjalan untuk mengambil boneka yang aku lempar itu di jalanan.

Aku: "Bodoh kamu. Mengapa kamu mengambilnya? Buang saja boneka itu!"
Tapi ia tidak mendengarkan kata-kataku. Ia menghiraukanku dan tetap berjalan mengambil boneka itu.

TIN!!..TIN!!..TIN!!~
Dengan suara klakson yang kencang, sebuah truk melaju kencang kearahnya.

"Jin! Awas!! Pergi dari situ!!" Teriakku..
Tapi ia tidak mendengarkanku dan membungkuk untuk mengambil bonekanya.

"Jin!! Minggirlah!!"
TIIIINNN!!!!..
"Braakkk!!!"
Itulah bagaimana dia pergi dariku. Pergi tanpa membuka kedua matanya untuk mengucapkan kata-kata terakhirnya kepadaku.

Setelah hari itu, aku harus melewati hari-hariku dengan perasaan bersalah dan kesedihan akan kehilangan dirinya. Dan setelah melewati dua bulan seperti orang gila, aku mengambil boneka-bonekanya.
Boneka-boneka itu adalah satu-satunya peninggalan darinya untukku semenjak hari pertama kita berpacaran.
Lalu aku teringat hari-hari yang telah kuhabiskan dengannya dan mulai menghitung hari-hari dimana kita masih bersama-sama...

"Satu ... dua ... tiga ..." Itulah bagaimana aku mencoba menghitung semua boneka itu.
"Empat ratus delapan puluh empat ... empat ratus delapan puluh lima ..." Itu semua berakhir dengan 485 boneka.
Aku kemudian mulai menangis lagi, dengan boneka di tanganku. Aku memeluk erat-erat boneka itu, dan tiba-tiba...

"I love you ~, I love you ~" Aku terkejut dan menjatuhkan boneka itu.
"I...lo..ve..you?" Aku lalu mengambil boneka itu dan mencoba menekan perut boneka itu.
"I love you ~ I love you ~" Mustahil! Kemudian aku menekan semua perut boneka-boneka itu..
"I love you ~"
"I love you ~"
"I love you ~"
Kata-kata tersebut datang tanpa henti. I..love..you ...
Mengapa aku tidak menyadarinya. Di dalam hatinya selalu ada aku. Dia selalu berusaha melindungiku. Mengapa aku tidak menyadari bahwa dia mencintaiku seperti ini...

Aku mengambil boneka di bawah tempat tidurku dan menekan perutnya. Ini adalah boneka yang terakhir, boneka yang aku lempar di jalanan itu. Masih ada bercak darahnya di boneka itu.
Suara itu kemudian keluar dari boneka itu. Suara yang tidak pernah aku lupakan..

"Jo... Kamu tau hari ini hari apa? Kita telah saling jatuh cinta selama 486 hari. Kamu tahu, aku tidak bisa mengatakan aku mencintaimu....umm...itu semua karena aku malu untuk mengatakannya.
Kalau kamu mau memaafkanku dan mengambil boneka ini, aku berjanji akan mengatakan 'Aku mencintaimu' setiap hari.. setiap hari sampai aku mati Jo.. Aku mencintaimu..."

Air mata mengalir deras di wajahku.
Mengapa? Mengapa? Aku bertanya Tuhan.. Mengapa aku baru mengetahui ini semua sekarang?

Dia tidak berada di sisiku lagi.
Tetapi aku tahu kalau dia mencintaiku sampai detik terakhirnya..
Untuk itu... dan untuk alasan itu... ... ...menjadi pacuan semangat dalam hidupku..untuk terus berusaha dalam kehidupan yang indah ini.

Katakan Cinta Itu Sebelum Terlambat

Peter dan Tina sedang duduk bersama di taman kampus tanpa melakukan apapun, hanya memandang langit sementara sahabat2 mereka sedang asyik bercanda ria dengan kekasih mereka masing2.

Tina : “Duh, bosen banget. Gw jg mau punya pacar yg bisa berbagi waktu sama gw. “

Peter : “Kayak nya tinggal kita berdua doang deh yang jomblo. Cuma kita berdua aja yg ga punya pasangan.”

(keduanya mengeluh dan berdiam beberapa saat)

Tina : “Kayaknya gw ada ide bagus nih. Kita adain permainan yuk? “

Peter : “Eh? Permainan apaan?”

Tina : “Enngg... Gampang sih permainannya, gw jdi pacar lu, dan lu jadi pacar gw, tapi hanya untuk 100 hari aja. Gimana? Mau ga? “

Peter : “ Oke... lagian gw jg ga ada rencana apa-apa buat bbrp bulan ke depan.”

Tina : “ Kok lu ga tlalu niat sih.. Semangat dong! Hari ini akan jadi hari pertama kita kencan. Mau jalan2 kemana nih? “

Peter : “Gimana kalo kita nonton aja? Kalo gak salah film Seven Pounds lagi maen ya? Katanya bagus tuh”

Tina : “Oke deh.. Yuk kita pergi sekarang. Ntar pulang nonton, kita ke karaoke ya.. ajak adik kamu sama pacar nya, biar seru “

Peter : “Boleh juga. Double date nih.. “

(merekapun pergi menonton, berkaraoke dan Peter mengantar Tina pulang malam hari nya)


Hari ke 2 :
Peter dan Tina menghabiskan waktu untuk ngobrol dan bercanda di kafe yang remang2 dan alunan musik yg syahdu membawa hati mereka pada situasi yg romantis. Sebelum pulang Peter membelikan sebuah kalung perak berliontin bintang untuk Tina.

Hari ke 3:
Mereka pergi ke mall untuk mencari kado buat sahabatnya Peter. Setelah berkeliling mall, mereka memutuskan untuk membeli sebuah miniatur mobil mini. Setelah itu mereka beristirahat, duduk di food court, makan satu potong kue dan satu gelas jus berdua dan mulai berpegangan tangan untuk pertama kalinya.

Hari ke 7:
Bermain bowling bersama teman2 Peter. Tangan Tina sakit karena tidak terbiasa bermain bowling. Peter memijit2 tangan Tina dengan lembut.

Hari ke 25:
Peter mengajak Tina makan malam di Ancol Bay. Bulan sudah menampakan diri, langit yang cerah menghamparkan ribuan bintang dalam pelukannya. Mereka duduk menunggu makanan, sambil menikmati suara desir angin berpadu dengan seuara gelombang pantai. Sekali lagi, Tina memandang langit, dan melihat bintang jatuh. Dia mengucapkan suatu permintaan dalam hatinya.

Hari ke 41:
Peter berulang tahun. Tina membuatkan kue ulang tahun untuk Peter. Bukan kue buatannya yang pertama, tapi kasih sayang yg timbul dalam hatinya membuat kue buatannya itu menjadi yg terbaik. Peter terharu menerima kue itu, dan dia mengucapkan suatu harapan saat meniup lilin ulang tahun.

Hari ke 67:
Menghabiskan waktu di Dufan. Naik halilintar, makan es krim bersama, dan mengunjungi stand permainan. Peter menghadiahkan sebuah boneka teddy untuk Tina, dan Tina membelikan Peter sebuah pulpen.

Hari ke 72:
Pergi ke PRJ. Melihat meriahnya pameran lampion dari negri China. Tina penasaran untuk mengunjungi salah satu tenda peramal. Sang peramal hanya mengatakan “Hargai waktumu bersamanya mulai sekarang.” Kemudian peramal itu meneteskan air mata.

Hari ke 84:
Peter mengusulkan agar mereka refreshing ke pantai. Pantai Anyer sangat sepi karena bukan waktunya liburan bagi orang lain. Mereka melepaskan sandal dan berjalan sepanjang pantai sambil berpegangan tangan, merasakan lembutnya pasir dan dinginnya air laut menghempaskan kaki mereka. matahari terbenam, dan mereka berpelukan seakan tidak ingin berpisah lagi.

Hari ke 99:
Peter memutuskan agar mereka menjalani hari ini dengan santai dan sederhana. Mereka berkeliling kota dan akhirnya duduk di sebuah taman kota.

15.20 pm
Tina : “Aku haus. Istirahat dulu yuk sebentar.”

Peter : “Tunggu di sini, aku yang beli aja minumannya. Kamu mau minum apa? Aku teh botol aja ah.”

Tina : “Aku aja yg beli. Kamu kan capek udah nyetir keliling kota hari ini. Bentar ya”

Peter mengangguk. Kakinya memang pegal sekali karena dmn2 Jakarta selalu macet.

15.30pm
Peter sudah menunggu selama 10 menit dan Tina belum juga kembali. Tiba2 seseorang yg tak dikenal berlari menghampirinya dengan wajah panik.

Peter : “Ada apa, Pak?”

Orang asing : “Ada seorang perempuan ditabrak mobil. Kayak nya perempuan itu temanmu”

Peter segera berlari bersama dengan orang asing itu. Disana, di atas aspal yg panas terjemur terik matahari siang, tergeletak tubuh Tina bersimbah darah, masih memegang botol minumannya. Peter segera mengambil mobilnya dan melarikan Tina ke rumah sakit terdekat. Peter duduk diluar ruangan ICU selama 8 jam. Seorang dokter keluar dengan wajah penuh penyesalan.


23.53pm
Dokter : “Maaf, tapi kami sudah mencoba melakukan yg terbaik, dia masih bernafas sekarang, tapi Yang Kuasa akan segera menjemputnya. Kami menemukan surat ini dalam kantongnya.”

Dokter memberikan surat yang terkena percikan darah kepada Peter dan Peter segera masuk ke dalam kamar rawat untuk melihat Tina. Wajahnya pucat tetapi terlihat damai. Peter duduk disamping pembaringan Tina dan menggenggam tangan Tina dengan erat.
Untuk pertama kali dalam hidupnya, ia merasakan torehan luka yg sangat dalam di hatinya. Butiran air mata mengalir dari kedua belah matanya. Kemudian dia mulai membaca surat yang telah ditulis Tina untuknya.


Dear Peter
Ke 100 hari kita sudah hampir berakhir...
Aku menikmati hari2 yg kulalui bersamamu
Walaupun kadang2 kamu jutek dan tidak bisa ditebak
tapi semua hal ini telah membawa kebahagiaan dalam hidupku...
Aku sudah menyadari bahwa kau adalah pria yg berharga dalam hidupku.
Aku menyesal tidak pernah berusaha mengenalmu lebih dalam lagi sebelumnya.
Sekarang aku tidak meminta apa2 hanya berharap kita bisa memperpanjang hari2 kebersamaan kita.
Sama seperti yg kuucapkan pada bintang jatuh malam itu di pantai, aku ingin kau menjadi cinta sejati dalam hidupku.
Aku ingin menjadi kekasihmu selamanya dan berharap kau juga bisa berada di sisiku seumur hidupku.
Peter, aku sangat sayang padamu


23.58 pm
Peter : “Tina, apakah kau tau harapan apa yg aku ucapkan dalam hati saat meniup lilin ulang tahunku? Akupun berdoa adar Tuhan mengijinkan kita bersama-sama selamanya.
Tina, kamu tidak bisa meninggalkanku! Hari yg kita lalui baru berjumlah 99 hari! Kamu harus bangun dan kita akan melewati puluhan ribu hari bersama-sama! Aku juga sayang padamu, Tina. Jangan tinggalkan aku, jangan biarkan aku kesepian! Tina, aku sayang padamu....!!”

Jam dinding berdentang 12 kali..... Jantung Tina berhenti berdetak.
Hari itu adalah hari ke 100...



Katakan perasaanmu pada orang yang kau sayangi sebelum terlambat.
Kau tidak akan pernah tau apa yg akan terjadi besok.
Kau tidak akan pernah tau siapa yg akan meninggalkanmu dan tidak pernah kembali lagi.

Hadiah Natal Terindah



 Nasib Egar tidak sebaik hatinya. Dengan pendidikannya yang rendah, pria berumur sekitar 30 tahun itu hanya seorang pekerja bangunan yang miskin. Dan bagi seseorang yang hanya berjuang hidup untuk melewati hari demi hari, Natal tidak banyak berbeda dengan hari-hari lainnya, karenanya apa yang terjadi pada suatu malam natal itu tidak banyak yang diingatnya.
Malam itu di seluruh negeri berlangsung kemeriahan suasana natal. Setiap orang mempersiapkan diri menghadapi makan malam yang berlimpah. Tapi di kantong Egar hanya terdapat $10, jumlah yang pas-pasan untuk makan malamnya dan tiket bis ke Baldwin, dimana dia mungkin mendapatkan pekerjaan untuk ongkos hidupnya selama beberapa berikutnya.
Maka menjelang malam, ketika lonceng dan lagu-lagu natal terdengar dimana-mana, dan senyum dan salam natal diucapkan tiap menit, Egar menaikkan kerah bajunya dan menunggu kedatangan bis pukul 20:00 yang akan membawanya ke Baldwin. Salju turun deras. Suhu jatuh pada tingkat yg menyakitkan dan perut Egar mulai berbunyi karena lapar. Ia melihat jam di stasiun, dan memutuskan untuk membeli hamburger dan kentang goreng ukuran ekstra, karena ia butuh banyak energi untuk memindahkan salju sepanjang malam nanti.
"Lagipula," pikirnya, "sekarang adalah malam natal, setiap orang, bahkan orang seperti saya sekalipun, harus makan sedikit lebih special dari biasanya."
Di tengah jalan ia melewati sebuah bangunan raksasa, dimana sebuah pesta mewah sedang berlangsung. Ia mengintip ke dalam jendela. Ternyata itu adalah pesta kanak-kanak. Ratusan murid taman kanak-kanak dengan baju berwarna-warni bermain-main dengan begitu riang. Orang tua mereka saling mengobrol satu sama lain, tertawa keras dan saling olok. Sebuah pohon terang raksasa terletak di tengah-tengah ruangan, kerlap-kerlip lampunya memancar keluar jendela dan mencapai puluhan mobil-mobil mewah di pekarangan. Di bawah pohon terang terletak ratusan hadiah-hadiah natal dalam bungkus berwarna-warni. Di atas beberapa meja raksasa tersusun puluhan piring-piring yang berisi bermacam-macam makanan dan minuman, menyebabkan perut Egar berbunyi semakin keras.

Dan ia mendengar bunyi perut kosong di sebelahnya. Ia menoleh, dan melihat seorang gadis kecil, berjaket tipis, dan melihat ke dalam ruangan dengan penuh perhatian. Umurnya sekitar 10 tahun. Ia tampak kotor dan tangannya gemetar.
"ya ampun, nona kecil", Egar bertanya dengan pandangan tidak percaya, "udara begitu dingin. Dimana orangtuamu?"
Gadis itu tidak bicara apa-apa. Ia hanya melirik Egar sesaat, kemudian memperhatikan kembali anak-anak kecil di dalam ruangan, yang kini bertepuk tangan dengan riuh karena Sinterklas masuk ke dalam ruangan.
"Sayang..., kau tidak bisa di dalam sana" Egar menarik napas. Ia merasa begitu kasihan pada gadis itu.
Keduanya kembali memperhatikan pesta dengan diam-diam. Sinterklas sekarang membagi-bagikan hadiah pada anak-anak, dan mereka meloncat ke sana-sini, memamerkan hadiah-hadiah kepada orang tua mereka yang terus tertawa.
Mata gadis itu bersinar. Jelas ia membayangkan memegang salah satu hadiah itu, dan imajinasi itu cukup menimbulkan secercah sinar di matanya. Pada saat yang bersamaan Egar bisa mendengar bunyi perutnya lagi. Egar tidak bisa lagi menahan hatinya.
Ia memegang tangan gadis itu dan berkata "Mari, akan saya belikan sebuah hadiah untukmu."
"Sungguh?", gadis itu bertanya dengan nada tidak percaya.
"Ya. Tapi kita akan mengisi perut dulu."
Ia membawa gadis itu di atas bahunya dan berjalan ke sebuah depot kecil. Tanpa berpikir tentang tiket bisnya ia membeli 2 buah roti sandwich, 2 bungkus kentang goreng dan 2 gelas susu coklat. Sambil makan ia mencari tahu tentang gadis itu. Namanya Ellis dan ia baru kembali dari sebuah toko minuman dimana ibunya bekerja paruh waktu sebagai kasir. Dia sedang dalam perjalanan pulang ke rumah anak yatim St.Carolus, sebuah sekolah kecil yang dibiayai pemerintah untuk anak-anak miskin. Ibunya baru memberinya sepotong roti tawar untuk makan malamnya. Egar menyuruh gadis itu untuk menyimpan rotinya untuk besok.
Sementara mereka bercakap-cakap, Egar terus berpikir tentang hadiah apa yg bisa didapatnya untuk Ellis. Ia kini hanya punya sekitar $5 di kantongnya. Ia mengenal sopir bis, dan ia yakin sopir itu akan setuju bila ia membayar bisnya kali berikutnya. Tapi tidak banyak toko-toko yang buka di saat ini, dan yang buka pun umumnya menaikkan harga-harga mereka. Ia amat ragu-ragu apakah ia bisa membeli sesuatu seharga $5.

Apapun yang terjadi, katanya pada dirinya sendiri, saya akan memberi gadis ini hadiah, walaupun itu kalung saya sendiri. Kalung yang melingkari lehernya adalah milik terakhirnya yang paling berharga. Kalung itu adalah 24 karat murni, sepanjang kurang lebih 30 cm, seharga ratusan dollar. Ibunya memberinya kalung itu beberapa saat sebelum kematiannya.
Mereka mengunjungi beberapa toko tapi tak satupun yang punya sesuatu seharga $5. Tepat ketika mereka mulai putus asa, mereka melihat sebuah toko kecil yang agak gelap di ujung jalan, dengan tanda ‘BUKA’ di atas pintu.
Bergegas mereka masuk ke dalam. Pemilik toko tersenyum melihat kedatangan mereka, dan dengan ramah mempersilakan mereka melihat-lihat, tanpa peduli akan baju-baju mereka yang lusuh. Mereka mulai melihat barang-barang di balik kaca dan mencari-cari sesuatu yang mereka sendiri belum tahu. Mata Ellis bersinar melihat deretan boneka beruang, deretan kotak pensil, dan semua barang-barang kecil yang tidak pernah dimilikinya. Dan di rak paling ujung, hampir tertutup oleh buku cerita, mereka melihat seuntai kalung. Kening Egar berkerut. Apakah itu kebetulan, atau natal selalu menghadirkan keajaiban, kalung bersinar itu tampak begitu persis sama dengan kalung Egar.
Dengan suara takut-takut Egar meminta melihat kalung itu. Pemilik toko, seorang pria tua dengan cahaya terang di matanya dan jenggot yang lebih memutih, mengeluarkan kalung itu dengan tersenyum. Tangan Egar gemetar ketika ia melepaskan kalungnya sendiri untuk dibandingkan pada kalung itu.
"Ya Tuhan", Egar menggumam, "begitu sama dan serupa."
Kedua kalung itu sama panjangnya, sama mode rantainya, dan sama bentuk salib yang tertera diatas bandulnya. Bahkan beratnya pun hampir sama. Hanya kalung kedua itu jelas kalung imitasi. Dibalik bandulnya tercetak: ‘Imitasi : Tembaga’.
"Samakah mereka?" Ellis bertanya dengan nada kekanak-kanakan. Baginya kalung itu begitu indah sehingga ia tidak berani menyentuhnya. Sesungguhnya itu akan menjadi hadiah natal yang paling sempurna, kalau saja……kalau saja…….
“Berapa harganya, Pak?” tanya Egar dengan suara serak karena lidahnya kering.
“Sepuluh dollar.” kata pemilik toko.
Hilang sudah harapan mereka. Perlahan ia mengembalikan kalung itu. Pemilik toko melihat kedua orang itu berganti-ganti, dan ia melihat Ellis yang tidak pernah melepaskan matanya dari kalung itu. Senyumnya timbul, dan ia bertanya lembut, “Berapa yang anda punya, Pak ?”
Egar menggelengkan kepalanya, “Bahkan tidak sampai $5.”
Senyum pemilik toko semakin mengembang “Kalung itu milik kalian dengan harga $4.”
Baik Egar maupun Ellis memandang orang tua itu dengan pandangan tidak percaya.
“Bukankah sekarang hari Natal?” Orang tua itu tersenyum lagi, “Bahkan bila kalian berkenan, saya bisa mencetak pesan apapun dibalik bandul itu. Banyak pembeli saya yang ingin begitu. Tentu saja untuk kalian juga gratis.”
“Benar-benar semangat natal.” Pikir Egar dalam hati.
Selama 5 menit orang tua itu mencetak pesan berikut di balik bandul : 'Selamat Natal, Ellis Salam Sayang, Sinterklas'
Ketika semuanya beres, Egar merasa bahwa ia memegang hadiah natal yang paling sempurna seumur hidupnya. Dengan tersenyum Egar menyerahkan $4 pada orang tua itu dan mengalungkan kalung itu ke leher Ellis. Ellis hampir menangis karena bahagia.
“Terima kasih. Tuhan memberkati anda, Pak. Selamat Natal.” kata Egar kepada orang tua itu.
“Selamat natal teman-temanku.” Jawab pemilik toko, senantiasa tersenyum.
Mereka berdua keluar dari toko dengan bahagia. Salju turun lebih deras tapi mereka merasakan kehangatan di dalam tubuh. Bintang-bintang mulai muncul di langit, dan sinar-sinar mereka membuat salju di jalan raya kebiru-biruan. Egar mengendong gadis itu di atas bahunya dan meloncat dari satu langkah ke langkah yang lain. Ia belum pernah merasa begitu puas dalam hidupnya. Melihat tawa riang gadis itu, ia merasa telah mendapat hadiah natal yang paling memuaskan untuk dirinya sendiri. Ellis, dengan perut kenyang dan hadiah yang berharga di lehernya, merasakan kegembiraan natal yang pertama dalam hidupnya.

Mereka bermain dan tertawa selama setengah jam, sebelum Egar melihat jam di atas gereja dan memutuskan bahwa ia harus pergi ke stasiun bis. Karena itu ia membawa gadis itu ketempat dimana ia menemukannya.
“Sekarang pulanglah, Ellis. Hati-hati di jalan. Tuhan memberkatimu selalu.”
“Kemana anda pergi, Pak?” tanya Ellis pada orang asing yg baik hati itu.
“Saya harus pergi bekerja. Ingat sedapat mungkin bersekolahlah yang rajin. Selamat natal, sayang.”
Ia mencium kening gadis itu, dan berdiri. Ellis mengucapkan terima kasih dengan suaranya yang kecil, tersenyum dan berlari-lari kecil ke asramanya. Kebahagiaan yang amat sangat membuat gadis kecil itu lupa menanyakan nama teman barunya. Egar merasa begitu hangat di dalam hatinya. Ia tertawa puas, dan berjalan menuju ke stasiun bis. Pengemudi bis mengenalnya, dan sebelum Egar punya kesempatan untuk bicara apapun, ia menunjuk salah satu bangku yg masih kosong.
“Duduk di kursi kesukaanmu, saudaraku, dan jangan cemaskan apapun. Sekarang malam natal.”
Egar mengucapkan terima kasih, dan setelah saling menukar salam natal ia duduk di kursi kesukaannya. Bis bergerak, dan Egar membelai kalung yang ada di dalam kantongnya. Ia tidak pernah mengenakan kalung itu di lehernya, tapi ia punya kebiasaan untuk mengelus kalung itu setiap saat. Dan kini ia merasakan perbedaan dalam rabaannya. Keningnya berkerut ketika ia mengeluarkan kalung itu dari kantongnya, dan membaca sebuah kalimat yang baru diukir dibalik bandulnya : 'Selamat Natal, Ellis Salam Sayang, Sinterklas' . Saat itu ia baru sadar bahwa ia telah keliru memberikan hadiah untuk Ellis……
***
Selama 12 tahun berikutnya hidup memperlakukan Egar dengan amat keras. Dalam usahanya mencari pekerjaan yang lebih baik, ia harus terus menerus berpindah dari satu kota ke kota lainnya. Akhirnya ia bekerja sebagai pekerja bangunan di Marengo, sekitar 1000 km dari kampung halamannya. Dan ia masih belum bisa menemukan pekerjaan yang cukup baik untuk makan lebih dari sekedar makanan kecil atau kentang goreng.
Karena bekerja terlalu keras di bawah matahari dan hujan salju, kesehatannya menurun drastis. Bahkan sebelum umurnya mencapai 45 tahun, ia sudah tampak begitu tua dan kurus. Suatu hari menjelang natal, Egar digotong ke rumah sakit karena pingsan kecapaian. Hidup tampaknya akan berakhir untuk Egar. Tanpa uang sepeserpun di kantong dan sanak famili yg menjenguk, ia kini terbaring di kamar paling suram di rumah sakit milik pemerintah. Malam natal itu, ketika setiap orang di dunia menyanyikan lagu-lagu natal, denyut nadi Egar melemah, dan ia jatuh ke dalam alam tak sadar.
Direktur rumah sakit itu, yg menyempatkan diri menyalami pasien-pasiennya, sedang bersiap-siap untuk kembali ke pesta keluarganya ketika ia melihat pintu gudang terbuka sedikit. Ia memeriksa buku di tangannya dan mengerutkan keningnya. Ruang itu seharusnya kosong. Dia mengetuk pintu, tidak ada jawaban. Dia membuka pintu itu dan menyalakan lampu. Hal pertama yg dilihatnya adalah seorang tua kurus yang tergeletak di atas ranjang, di sebelah sapu-sapu dan kain lap. Tapi perhatiannya tersedot pada sesuatu yang bersinar suram di dadanya, yang memantulkan sinar lampu yang menerobos masuk lewat pintu yang terbuka.
Dia mendekat dan mulai melihat benda yang bersinar itu, yaitu bandul kalung yang sudah kehitam-hitaman karena kualitas logam yang tidak baik. Tapi sesuatu pada kalung itu membuat hatinya berdebar. Dengan hati-hati ia memeriksa bandul itu dan membaca kalimat yang tercetak di baliknya.
'Selamat Natal, Ellis Salam Sayang, Sinterklas'
Air mata turun di pipi Ellis. Inilah orang yang paling diharapkan untuk bertemu seumur hidupnya. Inilah orang yang membuat masa kanak-kanaknya begitu tak terlupakan hanya dengan 1 malam saja, dan inilah orang yang membuatnya percaya bahwa sesungguhnya Sinterklas memang ada di dunia ini.
Dia memeriksa denyut nadi Egar dan mengangguk. Tangannya yang terlatih memberitahu harapan masih ada. Ia memanggil kamar darurat, dan bergerak cepat ke kantornya. Malam natal yang sunyi itu dipecahkan dengan kesibukan mendadak dan bunyi detak langkah-langkah kaki puluhan perawat dan dokter jaga.
“Jangan kuatir, Pak…. Siapapun nama anda. Ellis disini sekarang, dan Ellis akan mengurus Sinterklasnya yang tersayang.”
Dia menyentuh kalung di lehernya. Rantai emas itu bersinar begitu terang sehingga seisi ruangan terasa hangat walaupun salju mulai menderas diluar. Ia merasa begitu kuat, perasaan yang didapatnya tiap ia menyentuh kalung itu. Malam ini dia tidak harus bertanya-tanya lagi karena ia baru saja menemukan orang yang memberinya hadiah natal yang paling sempurna sepanjang segala jaman……….

cerita autis yang mengharukan

Tak terlukiskan kebahagiaan Mazaya saat pertama kali ia tahu ada
kehidupan di dalam rahimnya. Nathan, hadir menebar benih kebahagiaan di
kehidupan Mazaya dan Haykel yang sempat senyap selama empat tahun
lamanya. Proses melahirkan yang harus melalui prosedur vacuum dan rasa
sakit tak terperihkan terbayar sudah saat tangis kecilnya memecah
keheningan malam.

Nathan adalah bayi yang sangat menyenangkan. Tidak pernah rewel bahkan
ia seolah mengerti kelelahan Mazaya dalam mengasuhnya sehingga tangisnya
hampir tak pernah terdengar dimalam hari. Mazaya mengganggap Nathan
adalah malaikat kecil persembahan Tuhan untuk lebih memaknai hidupnya.
Namun ketika bulan merambat hingga menjelang satu tahun usianya. Mazaya
baru merasakan ada hal yang tak normal pada diri Nathan. Ia tak bisa
focus dan hampir tak ada kontak mata, tak bisa tersenyum bahkan untuk
permainan simple seperti "cilukba", tak ada ekspresi hidup diwajah
mungilnya. Dan yang membuat hati ibu muda itu bagai direngut dari
tempatnya adalah ketika pada suatu hari Nathan membentur-benturkan
kepalanya ke dinding hingga memar-memar dibagian keningnya.

Apa yang terlintas dibenak Mazaya saat itu adalah sebuah kengerian dan
ketidak yakinan pada sebuah kata "Autisme". Tanpa berpikir panjang ia
langsung menghubungi Linda sahabatnya yang kebetulan juga memiliki anak
dengan "berkah" Autisme, untuk mencari referensi mengenai dokter terbaik
yang dapat memberikan pertolongan bagi Nathan kecilnya.

"Dari pemeriksaan yang saya lakukan, memang terdapat gejala Autisme
Infantil pada Nathan" Ujar dokter Farras yang membuat Mazaya seolah
disengat listrik ribuan kilowatt.

"Sejak lahir ia baik-baik saja Dok, memang sering diare dan agak lambat
berbicara tapi kenapa tiba-tiba harus terkena Autis ? Bisakah
disembuhkan ?" Tanyanya cemas dengan air mata bersimbah jatuh.

"Tenang Bu" Ujar Dokter Farras menenangkan "Sekarang ini telah banyak
penderita Autis yang bisa disembuhkan dan dapat tumbuh layaknya anak
yang terlahir normal. Tapi tentunya dengan perawatan medis serta
nonmedis yang menyeluruh" Ujarnya

"Lalu apa yang harus saya lakukan sekarang Dok" Tanya Mazaya sambil
mendekap tubuh Nathan.

"Hal pertama adalah lakukan diet GFCF."

"Diet GFCF ? Jenis-jenis makanan apa saja Dok ?"

"Maksudnya adalah Gluten Free and Casein Free. Nathan sama sekali
dilarang menyantap makanan yang mengandung terigu, gandum dan susu sapi.
Mulai sekarang gantilah menu hariannya dan konsumsi susu yang tidak
mengandung jenis makanan itu. Nanti akan saya berikan resep sederhana
untuk panduan Ibu dalam memberi makanan pada Nathan. Tapi di pasaran
juga sudah banyak diterbitkan buku-buku masakan untuk anak Autis,
cobalah cari ditoko-toko buku. Tidak usah cemas Bu. Usia Nathan masih
terbilang muda saat terdeteksi. Ada pasien saya yang sudah berusia empat
tahun ketika orang tuanya sadar anaknya menderita Autis dan bisa
disembuhkan meskipun masih terus menjalani terapi lanjutan sampai saat
ini. Yang terpenting dalam hal ini adalah dukungan, kasih sayang serta
perhatian tulus dari Ibu selaku orang tua Nathan".

Dokter Farras menepuk-nepuk bahu Mazaya seolah hendak memberi kekuatan
pada Ibu muda itu. Tak ada satu orang tuapun yang menghendaki anaknya
terlahir dengan kondisi tersebut. Tapi apapun kenyataannya, mata batin
Mazaya sudah bisa melihat gambaran kehidupan seperti apa yang akan
dilaluinya bersama Nathan.

Haykel termenung sedih mendengar penuturan Mazaya. Ia tak habis pikir
bagaimana bisa penyakit menakutkan itu menghinggapi buah hatinya.
Padahal ia sendiri terlahir dari keturunan yang kesemuanya sehat dan
tidak ada yang beriwayat hiperaktip apalagi Autis.

"Mungkin diagnosa Dokter Farras salah, coba bawa Nathan ke dokter anak
yang lain" ujarnya tak yakin.

"Dokter Farras menggunakan DSM-IV atau ICD-10 saat menarik kesimpulan
mengenai penyakit itu, menurutnya itu adalah standar internasional untuk
mendeteksi Autisme. Setelah diwawancara, Ia juga menyuruhku mengisi form
kuesioner berkenaan dengan kondisi Nathan. Dan tiga hari lagi Nathan
diminta untuk melakukan pemeriksaan fisik seperti darah, urine dan
lainnya. Boleh juga sich, minta pendapat dokter lain tapi bukannya itu
malah buang waktu. Lebih baik kita ikuti saja saran Dokter Farras untuk
menjalani terapi dan pengobatan medis buat Nathan" Ujarnya serius seraya
menyelimuti tubuh Nathan "Kebetulan Dokter Farras itu juga yang
menangani anaknya Linda, jadi pengalamannya untuk pasien Autis sudah
tidak diragukan lagi."

Haykel menghela nafas dalam "Jadi kamu terima saja anak kita di vonis
Autis ?" ujarnya meninggi. "Lalu mau bagaimana lagi ? Hal terbaik yang
bisa kita lakukan adalah segera berbuat sesuatu buat Nathan". "Aku nggak
percaya ! Aku ini dari keturunan yang bersih, tidak mungkin anakku
menderita penyakit itu !" sahut Heykal semakin meninggi. Mazaya mencoba
menenangkan rasa frustasi suaminya.

"Autis bukan penyakit keturunan Mas. Menurut Dokter Farras, Autis bisa
disembuhkan walau memakan waktu lama dan sangat membutuhkan kesabaran
serta kasih sayang kita selaku orang tuanya." Ujar Mazaya sambil
menggenggam jemari suaminya yang dingin.

"Mas, Nathan adalah anak kita. Terimalah kehadirannya sebagaimana dia
adanya. Nathan apalagi kita memang tak menghendaki takdir ini. Tapi kita
lah yang ditunjuk Tuhan untuk memberikan masa depan terbaik buatnya."

Heykal hanya terdiam kaku. Entah hormon apa yang tengah bekerja
ditubuhnya saat ini. Yang jelas ia seolah ingin lari dari kenyataan yang
ada. Ingin mengingkari nasib yang kini menjadi bagian dari hidupnya.
Malah dihatinya terbit kebencian tak beralasan pada Mazaya.

Waktupun berlalu. Kini seluruh hidup Mazaya hanya tertumpah untuk
Nathan. Karirnya sebagai Account Executive di sebuah perusahaan asing,
ditinggalkannya. Kegiatan Mazaya hanya berkutat pada pengobatan dan
terapi buat Nathan. Walaupun perkembangan berarti belum juga ditemuinya.
Kini Nathan sudah berusia 2 tahun. Tapi ia belum lagi bisa berucap
kata-kata dengan artikulasi yang jelas dan bermakna. Kalau anak normal
sudah bisa berlari. Nathan baru bisa berjalan dengan merambat ke
dinding. Namun Mazaya adalah Ibu yang kuat dan tabah. Ia tetap tersenyum
saat kontak mata dengan buah hatinya begitu sulit didapat. Bahkan
kelelahan mengurus Nathan dipagi hari tak dirasakannya saat Nathan
mengalami insomnia dimalam harinya. Ia tetap menemani Nathan sambil
berusaha melakukan interaksi dengan berbagai permainan yang dapat
menarik perhatian agar Nathan tidak terus terjerat dalam dunia autisnya.

Sementara Mazaya tenggelam dalam kesibukannya merajut dunia yang
seharusnya untuk Nathan. Lain halnya dengan Haykel. Ia sama sekali tak
peduli dengan keadaan anaknya. Dulu ia tak pernah pulang lewat jam tujuh
malam tapi sekarang, Haykel lebih sering menghabiskan waktunya diluar
bersama teman-temannya. Ia memang tidak setegar Mazaya. Terlahir
ditengah keluarga bangsawan yang serba berkecukupan membuatnya begitu
rapuh dan malu menerima kenyataan yang ada pada Nathan. Tapi Tuhan akan
selalu mengirimkan Ibu terbaik pilihanNya pada setiap anak dengan takdir
seperti Nathan dan ia akan senantiasa memiliki semangat dan energi
berlebih untuk membawanya keluar dari dunia yang melingkupinya saat ini.
Dunia dimana hanya ada satu warna, satu bentuk, satu arti dan sulit
dimengerti. Dan Mazaya tanpa lelah melobby Tuhan lewat usaha serta
doanya dalam menarik buah hatinya dari dunia muram itu.

Mazaya terbelakak tak percaya melihat resep suplemen dan vitamin yang
diberikan Dokter Farras. "Sebanyak ini Dok ? Apa bisa Nathan menelan
kapsul sebanyak ini dalam sehari ?" "Harus. Kapsul-kapsul itu adalah
suplemen dan vitamin untuk membantu tumbuh kembangnya yang lambat".
Mazaya menghela nafas berat. Balita sekecil itu sudah diharus kan akrab
dengan segala macam bentuk penyembuhan yang terkadang membuatnya tak
nyaman. Terapi dan pengobatan yang dijalani Nathan saat ini sudah
merupakan siksaan batin tersendiri buat Mazaya. Kini, ia diharuskan tega
untuk memberi kapsul-kapsul suplemen dan vitamin ke mulut kecilnya
setiap hari !. Mazaya menghampiri Haykel yang tengah asyik menonton TV.

"Mas, tadi Dokter Farras meresepkan suplemen-suplemen ini untuk Nathan.
Ada 25 kapsul yang harus ditelannya setiap hari." Suara Mazaya merendah
demi melihat air muka suaminya yang dingin tanpa reaksi, sementara
tatapannya sama sekali tak beranjak dari acara "Candid Camera".

"Mas, bantu aku yah... Nathan pasti mengamuk kalau dia tahu harus
menelan kapsul sebanyak ini". "Ah ! minta tolong suster dan Mbok Ipah
saja. Masa tiga orang tidak cukup. Memangnya dia Hulk" Sahutnya kasar
seraya membanting remote control digenggamannya. Mendengar itu amarah
Mazaya langsung memuncak. Kesabarannya habis sudah demi melihat tingkah
suaminya yang sudah mati rasa dan tak berhati lagi. Pluk! Asbak rokok
seberat 1 kg pun mendarat di kening Haykel.

Haykel berdiri dengan amarah yang tak kalah dahsyatnya. Diraihnya tubuh
ringkih Mazaya lalu dilemparnya dengan kasar hingga membentur dinding.
"Perempuan kotor ! Itu salahmu dan tanggung jawabmu hingga punya anak
idiot seperti itu !" umpatnya kasar. Mazaya ingin membalas tapi segera
di relai Mbok Ipah.

"Nathan Bu, ingat Nathan" Bujuk wanita tua itu gemetar. "Selama kamu tak
bisa menerima keadaan Nathan, lebih baik tinggalkan saja kami" Ujar
Mazaya seraya berlalu dengan mata sembab.

Sepenggal kisah nyata buat para Mommie's

Dua puluh tahun yang lalu saya melahirkan seorang anak laki-laki,
wajahnya lumayan tampan namun terlihat agak bodoh. Sam, suamiku,
memberinya nama Eric. Semakin lama semakin nampak jelas bahwa anak ini
memang agak terbelakang. Saya berniat memberikannya kepada orang lain
saja untuk dijadikan budak atau pelayan.
Namun Sam mencegah niat buruk itu. Akhirnya terpaksa saya
membesarkannya juga. Di tahun kedua setelah Eric dilahirkan saya pun
melahirkan kembali seorang anak perempuan yang cantik mungil. Saya
menamainya Angelica.
Saya sangat menyayangi Angelica, demikian juga Sam. Seringkali kami
mengajaknya pergi ke taman hiburan dan membelikannya pakaian anak-anak
yang indah-indah.
Namun tidak demikian halnya dengan Eric. Ia hanya memiliki beberapa
stel pakaian butut. Sam berniat membelikannya, namun saya selalu
melarangnya dengan dalih penghematan uang keluarga. Sam selalu
menuruti perkataan saya. Saat usia Angelica 2 tahun Sam meninggal
dunia. Eric sudah berumur
4 tahun kala itu. Keluarga kami menjadi semakin miskin dengan hutang
yang semakin menumpuk. Akhirnya saya mengambil tindakan yang akan
membuat saya menyesal seumur hidup. Saya pergi meninggalkan kampung
kelahiran saya beserta Angelica. Eric yang sedang tertidur lelap saya
tinggalkan begitu saja. Kemudian saya tinggal di sebuah gubuk setelah
rumah kami laku terjual untuk membayar hutang. Setahun, 2 tahun, 5
tahun, 10 tahun.. telah berlalu sejak kejadian itu.
Saya telah menikah kembali dengan Brad, seorang pria dewasa. Usia
Pernikahan kami telah menginjak tahun kelima. Berkat Brad, sifat-sifat
buruk saya yang semula pemarah, egois, dan tinggi hati, berubah
sedikit demi sedikit menjadi lebih sabar dan penyayang. Angelica telah
berumur
12 tahun dan kami menyekolahkan dia di asrama putri sekolah perawatan.
Tidak ada lagi yang ingat tentang Eric dan tidak ada lagi yang
mengingatnya.
Sampai suatu malam. Malam di mana saya bermimpi tentang seorang anak.
Wajahnya agak tampan namun tampak pucat sekali. Ia melihat ke arah
saya.
Sambil tersenyum ia berkata, "Tante, Tante kenal mama saya? Saya lindu
cekali pada Mommy!"
Setelah berkata demikian ia mulai beranjak pergi, namun saya
menahannya, "Tunggu..., sepertinya saya mengenalmu. Siapa namamu anak
manis?"
"Nama saya Elic, Tante."
"Eric? Eric... Ya Tuhan! Kau benar-benar Eric?"
Saya langsung tersentak dan bangun. Rasa bersalah, sesal dan berbagai
perasaan aneh lainnya menerpa diri saya saat itu juga. Tiba-tiba
terlintas kembali kisah ironis yang terjadi dulu seperti sebuah film
yang diputar dikepala saya. Baru sekarang saya menyadari betapa
jahatnya perbuatan saya dulu.Rasanya seperti mau mati saja saat itu.
Ya, saya harus mati..., mati..., mati... Ketika tinggal seinchi jarak
pisau yang akan saya goreskan ke pergelangan tangan, tiba-tiba
bayangan Eric melintas kembali di pikiran saya. Ya Eric, Mommy akan
menjemputmu Eric...
Sore itu saya memarkir mobil biru saya di samping sebuah gubuk, dan
Brad dengan pandangan heran menatap saya dari samping. "Mary, apa yang
sebenarnya terjadi?"
"Oh, Brad, kau pasti akan membenciku setelah saya menceritakan hal
yang telah saya lakukan dulu." tTpi aku menceritakannya juga dengan
terisak-isak. ..
Ternyata Tuhan sungguh baik kepada saya. Ia telah memberikan suami
yang begitu baik dan penuh pengertian. Setelah tangis saya reda, saya
keluar dari mobil diikuti oleh Brad dari belakang. Mata saya menatap
lekat pada gubuk yang terbentang dua meter dari hadapan saya. Saya
mulai teringat betapa gubuk itu pernah saya tinggali beberapa bulan
lamanya dan Eric..
Eric...
Saya meninggalkan Eric di sana 10 tahun yang lalu. Dengan perasaan
sedih saya berlari menghampiri gubuk tersebut dan membuka pintu yang
terbuat dari bambu itu. Gelap sekali... Tidak terlihat sesuatu apa
pun! Perlahan mata saya mulai terbiasa dengan kegelapan dalam ruangan
kecil itu.
Namun saya tidak menemukan siapapun juga di dalamnya. Hanya ada
sepotong kain butut tergeletak di lantai tanah. Saya mengambil seraya
mengamatinya dengan seksama... Mata mulai berkaca-kaca, saya mengenali
potongan kain tersebut sebagai bekas baju butut yang dulu dikenakan
Eric sehari-harinya. ..
Beberapa saat kemudian, dengan perasaan yang sulit dilukiskan, saya
pun keluar dari ruangan itu... Air mata saya mengalir dengan deras.
Saat itu saya hanya diam saja. Sesaat kemudian saya dan Brad mulai
menaiki mobil untuk meninggalkan tempat tersebut. Namun, saya melihat
seseorang di belakang mobil kami. Saya sempat kaget sebab suasana saat
itu gelap sekali. Kemudian terlihatlah wajah orang itu yang demikian
kotor.
Ternyata ia seorang wanita tua. Kembali saya tersentak kaget manakala
ia tiba-tiba menegur saya dengan suaranya yang parau.
"Heii...! Siapa kamu?! Mau apa kau kemari?!"
Dengan memberanikan diri, saya pun bertanya, "Ibu, apa ibu kenal
dengan seorang anak bernama Eric yang dulu tinggal di sini?"
Ia menjawab, "Kalau kamu ibunya, kamu sungguh perempuan terkutuk!
Tahukah kamu, 10 tahun yang lalu sejak kamu meninggalkannya di sini,
Eric terus menunggu ibunya dan memanggil, 'Mommy..., mommy!' Karena
tidak tega, saya terkadang memberinya makan dan mengajaknya tinggal
Bersama saya. Walaupun saya orang miskin dan hanya bekerja sebagai
pemulung sampah, namun saya tidak akan meninggalkan anak saya seperti
itu! Tiga bulan yang lalu Eric meninggalkan secarik kertas ini. Ia
belajar menulis setiap hari selama bertahun-tahun hanya untuk menulis
ini untukmu..."
Saya pun membaca tulisan di kertas itu...
"Mommy, mengapa Mommy tidak pernah kembali lagi...? Mommy marah sama
Eric, ya? Mom, biarlah Eric yang pergi saja, tapi Mommy harus berjanji
kalau Mommy tidak akan marah lagi sama Eric. Bye, Mom..."
Saya menjerit histeris membaca surat itu. "Bu, tolong katakan...
katakan di mana ia sekarang? Saya berjanji akan meyayanginya sekarang!
Saya tidak akan meninggalkannya lagi, Bu! Tolong katakan..!!"
Brad memeluk tubuh saya yang bergetar keras.
"Nyonya, semua sudah terlambat. Sehari sebelum nyonya datang, Eric
telah meninggal dunia.. Ia meninggal di belakang gubuk ini. Tubuhnya
sangat kurus, ia sangat lemah. Hanya demi menunggumu ia rela bertahan
di belakang gubuk ini tanpa ia berani masuk ke dalamnya. Ia takut
apabila Mommy-nya datang, Mommy-nya akan pergi lagi bila melihatnya
ada di dalam sana ... Ia hanya berharap dapat melihat Mommy-nya dari
belakang gubuk ini... Meskipun hujan deras, dengan kondisinya yang
lemah ia terus bersikeras menunggu Nyonya di sana .
Saya kemudian pingsan dan tidak ingat apa-apa lagi.
 

MiuAsakura Blog © 2008. Template Design By: SkinCorner