Sabtu, 17 April 2010

cerita autis yang mengharukan

Tak terlukiskan kebahagiaan Mazaya saat pertama kali ia tahu ada
kehidupan di dalam rahimnya. Nathan, hadir menebar benih kebahagiaan di
kehidupan Mazaya dan Haykel yang sempat senyap selama empat tahun
lamanya. Proses melahirkan yang harus melalui prosedur vacuum dan rasa
sakit tak terperihkan terbayar sudah saat tangis kecilnya memecah
keheningan malam.

Nathan adalah bayi yang sangat menyenangkan. Tidak pernah rewel bahkan
ia seolah mengerti kelelahan Mazaya dalam mengasuhnya sehingga tangisnya
hampir tak pernah terdengar dimalam hari. Mazaya mengganggap Nathan
adalah malaikat kecil persembahan Tuhan untuk lebih memaknai hidupnya.
Namun ketika bulan merambat hingga menjelang satu tahun usianya. Mazaya
baru merasakan ada hal yang tak normal pada diri Nathan. Ia tak bisa
focus dan hampir tak ada kontak mata, tak bisa tersenyum bahkan untuk
permainan simple seperti "cilukba", tak ada ekspresi hidup diwajah
mungilnya. Dan yang membuat hati ibu muda itu bagai direngut dari
tempatnya adalah ketika pada suatu hari Nathan membentur-benturkan
kepalanya ke dinding hingga memar-memar dibagian keningnya.

Apa yang terlintas dibenak Mazaya saat itu adalah sebuah kengerian dan
ketidak yakinan pada sebuah kata "Autisme". Tanpa berpikir panjang ia
langsung menghubungi Linda sahabatnya yang kebetulan juga memiliki anak
dengan "berkah" Autisme, untuk mencari referensi mengenai dokter terbaik
yang dapat memberikan pertolongan bagi Nathan kecilnya.

"Dari pemeriksaan yang saya lakukan, memang terdapat gejala Autisme
Infantil pada Nathan" Ujar dokter Farras yang membuat Mazaya seolah
disengat listrik ribuan kilowatt.

"Sejak lahir ia baik-baik saja Dok, memang sering diare dan agak lambat
berbicara tapi kenapa tiba-tiba harus terkena Autis ? Bisakah
disembuhkan ?" Tanyanya cemas dengan air mata bersimbah jatuh.

"Tenang Bu" Ujar Dokter Farras menenangkan "Sekarang ini telah banyak
penderita Autis yang bisa disembuhkan dan dapat tumbuh layaknya anak
yang terlahir normal. Tapi tentunya dengan perawatan medis serta
nonmedis yang menyeluruh" Ujarnya

"Lalu apa yang harus saya lakukan sekarang Dok" Tanya Mazaya sambil
mendekap tubuh Nathan.

"Hal pertama adalah lakukan diet GFCF."

"Diet GFCF ? Jenis-jenis makanan apa saja Dok ?"

"Maksudnya adalah Gluten Free and Casein Free. Nathan sama sekali
dilarang menyantap makanan yang mengandung terigu, gandum dan susu sapi.
Mulai sekarang gantilah menu hariannya dan konsumsi susu yang tidak
mengandung jenis makanan itu. Nanti akan saya berikan resep sederhana
untuk panduan Ibu dalam memberi makanan pada Nathan. Tapi di pasaran
juga sudah banyak diterbitkan buku-buku masakan untuk anak Autis,
cobalah cari ditoko-toko buku. Tidak usah cemas Bu. Usia Nathan masih
terbilang muda saat terdeteksi. Ada pasien saya yang sudah berusia empat
tahun ketika orang tuanya sadar anaknya menderita Autis dan bisa
disembuhkan meskipun masih terus menjalani terapi lanjutan sampai saat
ini. Yang terpenting dalam hal ini adalah dukungan, kasih sayang serta
perhatian tulus dari Ibu selaku orang tua Nathan".

Dokter Farras menepuk-nepuk bahu Mazaya seolah hendak memberi kekuatan
pada Ibu muda itu. Tak ada satu orang tuapun yang menghendaki anaknya
terlahir dengan kondisi tersebut. Tapi apapun kenyataannya, mata batin
Mazaya sudah bisa melihat gambaran kehidupan seperti apa yang akan
dilaluinya bersama Nathan.

Haykel termenung sedih mendengar penuturan Mazaya. Ia tak habis pikir
bagaimana bisa penyakit menakutkan itu menghinggapi buah hatinya.
Padahal ia sendiri terlahir dari keturunan yang kesemuanya sehat dan
tidak ada yang beriwayat hiperaktip apalagi Autis.

"Mungkin diagnosa Dokter Farras salah, coba bawa Nathan ke dokter anak
yang lain" ujarnya tak yakin.

"Dokter Farras menggunakan DSM-IV atau ICD-10 saat menarik kesimpulan
mengenai penyakit itu, menurutnya itu adalah standar internasional untuk
mendeteksi Autisme. Setelah diwawancara, Ia juga menyuruhku mengisi form
kuesioner berkenaan dengan kondisi Nathan. Dan tiga hari lagi Nathan
diminta untuk melakukan pemeriksaan fisik seperti darah, urine dan
lainnya. Boleh juga sich, minta pendapat dokter lain tapi bukannya itu
malah buang waktu. Lebih baik kita ikuti saja saran Dokter Farras untuk
menjalani terapi dan pengobatan medis buat Nathan" Ujarnya serius seraya
menyelimuti tubuh Nathan "Kebetulan Dokter Farras itu juga yang
menangani anaknya Linda, jadi pengalamannya untuk pasien Autis sudah
tidak diragukan lagi."

Haykel menghela nafas dalam "Jadi kamu terima saja anak kita di vonis
Autis ?" ujarnya meninggi. "Lalu mau bagaimana lagi ? Hal terbaik yang
bisa kita lakukan adalah segera berbuat sesuatu buat Nathan". "Aku nggak
percaya ! Aku ini dari keturunan yang bersih, tidak mungkin anakku
menderita penyakit itu !" sahut Heykal semakin meninggi. Mazaya mencoba
menenangkan rasa frustasi suaminya.

"Autis bukan penyakit keturunan Mas. Menurut Dokter Farras, Autis bisa
disembuhkan walau memakan waktu lama dan sangat membutuhkan kesabaran
serta kasih sayang kita selaku orang tuanya." Ujar Mazaya sambil
menggenggam jemari suaminya yang dingin.

"Mas, Nathan adalah anak kita. Terimalah kehadirannya sebagaimana dia
adanya. Nathan apalagi kita memang tak menghendaki takdir ini. Tapi kita
lah yang ditunjuk Tuhan untuk memberikan masa depan terbaik buatnya."

Heykal hanya terdiam kaku. Entah hormon apa yang tengah bekerja
ditubuhnya saat ini. Yang jelas ia seolah ingin lari dari kenyataan yang
ada. Ingin mengingkari nasib yang kini menjadi bagian dari hidupnya.
Malah dihatinya terbit kebencian tak beralasan pada Mazaya.

Waktupun berlalu. Kini seluruh hidup Mazaya hanya tertumpah untuk
Nathan. Karirnya sebagai Account Executive di sebuah perusahaan asing,
ditinggalkannya. Kegiatan Mazaya hanya berkutat pada pengobatan dan
terapi buat Nathan. Walaupun perkembangan berarti belum juga ditemuinya.
Kini Nathan sudah berusia 2 tahun. Tapi ia belum lagi bisa berucap
kata-kata dengan artikulasi yang jelas dan bermakna. Kalau anak normal
sudah bisa berlari. Nathan baru bisa berjalan dengan merambat ke
dinding. Namun Mazaya adalah Ibu yang kuat dan tabah. Ia tetap tersenyum
saat kontak mata dengan buah hatinya begitu sulit didapat. Bahkan
kelelahan mengurus Nathan dipagi hari tak dirasakannya saat Nathan
mengalami insomnia dimalam harinya. Ia tetap menemani Nathan sambil
berusaha melakukan interaksi dengan berbagai permainan yang dapat
menarik perhatian agar Nathan tidak terus terjerat dalam dunia autisnya.

Sementara Mazaya tenggelam dalam kesibukannya merajut dunia yang
seharusnya untuk Nathan. Lain halnya dengan Haykel. Ia sama sekali tak
peduli dengan keadaan anaknya. Dulu ia tak pernah pulang lewat jam tujuh
malam tapi sekarang, Haykel lebih sering menghabiskan waktunya diluar
bersama teman-temannya. Ia memang tidak setegar Mazaya. Terlahir
ditengah keluarga bangsawan yang serba berkecukupan membuatnya begitu
rapuh dan malu menerima kenyataan yang ada pada Nathan. Tapi Tuhan akan
selalu mengirimkan Ibu terbaik pilihanNya pada setiap anak dengan takdir
seperti Nathan dan ia akan senantiasa memiliki semangat dan energi
berlebih untuk membawanya keluar dari dunia yang melingkupinya saat ini.
Dunia dimana hanya ada satu warna, satu bentuk, satu arti dan sulit
dimengerti. Dan Mazaya tanpa lelah melobby Tuhan lewat usaha serta
doanya dalam menarik buah hatinya dari dunia muram itu.

Mazaya terbelakak tak percaya melihat resep suplemen dan vitamin yang
diberikan Dokter Farras. "Sebanyak ini Dok ? Apa bisa Nathan menelan
kapsul sebanyak ini dalam sehari ?" "Harus. Kapsul-kapsul itu adalah
suplemen dan vitamin untuk membantu tumbuh kembangnya yang lambat".
Mazaya menghela nafas berat. Balita sekecil itu sudah diharus kan akrab
dengan segala macam bentuk penyembuhan yang terkadang membuatnya tak
nyaman. Terapi dan pengobatan yang dijalani Nathan saat ini sudah
merupakan siksaan batin tersendiri buat Mazaya. Kini, ia diharuskan tega
untuk memberi kapsul-kapsul suplemen dan vitamin ke mulut kecilnya
setiap hari !. Mazaya menghampiri Haykel yang tengah asyik menonton TV.

"Mas, tadi Dokter Farras meresepkan suplemen-suplemen ini untuk Nathan.
Ada 25 kapsul yang harus ditelannya setiap hari." Suara Mazaya merendah
demi melihat air muka suaminya yang dingin tanpa reaksi, sementara
tatapannya sama sekali tak beranjak dari acara "Candid Camera".

"Mas, bantu aku yah... Nathan pasti mengamuk kalau dia tahu harus
menelan kapsul sebanyak ini". "Ah ! minta tolong suster dan Mbok Ipah
saja. Masa tiga orang tidak cukup. Memangnya dia Hulk" Sahutnya kasar
seraya membanting remote control digenggamannya. Mendengar itu amarah
Mazaya langsung memuncak. Kesabarannya habis sudah demi melihat tingkah
suaminya yang sudah mati rasa dan tak berhati lagi. Pluk! Asbak rokok
seberat 1 kg pun mendarat di kening Haykel.

Haykel berdiri dengan amarah yang tak kalah dahsyatnya. Diraihnya tubuh
ringkih Mazaya lalu dilemparnya dengan kasar hingga membentur dinding.
"Perempuan kotor ! Itu salahmu dan tanggung jawabmu hingga punya anak
idiot seperti itu !" umpatnya kasar. Mazaya ingin membalas tapi segera
di relai Mbok Ipah.

"Nathan Bu, ingat Nathan" Bujuk wanita tua itu gemetar. "Selama kamu tak
bisa menerima keadaan Nathan, lebih baik tinggalkan saja kami" Ujar
Mazaya seraya berlalu dengan mata sembab.

0 komentar:

Posting Komentar

 

MiuAsakura Blog © 2008. Template Design By: SkinCorner