Rabu, 19 Juni 2013
Kisah Sumpit Sepanjang Meja
Di zaman kerajaan Dinasti Ming masih berkuasa hiduplah seorang saudagar kaya pemilik restoran Hong Liong di daerah Tiongkok sebelah selatan. Restoran “Burung Hong” itu sangat terkenal karena makanannya sangat khas dan rasanya yang luar biasa. saudagar pemilik restoran tersebut juga sangat dihormati di daerah tersebut karena sering menyumbangkan harta kekayaannya untuk kaum papa.
Namun sangatlah disayangkan saudagar itu tidak diberkahi oleh keturunan seorangpun. Menjelang usianya memasuki tahun ke-80, saudagar tersebut hendak menyerahkan restorannya kepada orang yang dipercayanya mampu mengelola restoran tersebut dengan baik. Tapi sebagai syaratnya mereka harus menyumbangkan setengah dari pendapatan restoran itu untuk kaum papa (Orang-Orang Tidak Mampu).
Setelah itu diundanglah seluruh pedagang di daerah tersebut untuk datang ke jamuan makan malam yang diselenggarakannya. Terdapat dua puluh meja bundar yang diatasnya sudah terhidang bermacam sayuran yang sangat menarik. Tiap meja ada 4 buah kursi dan 4 buah peralatan makan berupa sumpit. Namun anehnya ke – 4 sumpit tersebut mempunyai panjang sama dengan lebar mejanya
Duduklah ke – 80 pedagang tersebut dengan air liur yang mulai menetes mencium aroma masakan yang selangit tersebut. Sesaat sebelum makan saudagar tersebut memberikan kata sambutan yang isinya kurang lebih menyatakan bahwa dia akan memilih 4 dari ke – 80 pedagang tersebut sebagai penerus restorannya setelah jamuan berakhir.
Maka dimulailah jamuan makan tersebut. Masing – masing pedagang tersebut telah memegang sumpit* mereka dan menjepit sayuran yang diinginkannya. Sementara sang saudagar tersebut berjalan mengelilingi meja-meja tersebut. Muka sang saudagar tersebut terlihat sangat sedih setelah melewati meja ke – 12 dan belum ada satupun pedagang yang mampu memasukkan sayuran yang dijepit sumpit* tersebut ke dalam mulut. Masing – masing pedagang tersebut mencoba cara – cara aneh agar mampu memasukkan makanan yang dijepit sumpit* masing – masing ke dalam mulut masing – masing dan tentu saja itu tidak akan berhasil karena panjang sumpit* tersebut selebar meja. Saat sang saudagar melewati meja ke – 19 dia mulai kehilangan harapannya untuk mendapatkan penerus restorannya karena yang dia lihat hanyalah sekumpulan orang – orang serakah yang hanya mementingkan keinginan masing – masing.
Saat menuju meja ke – 20 tersenyumlah saudagar tersebut seraya berkata pada dirinya sendiri bahwa ke – 4 orang inilah yang akan meneruskan restorannya. Rupanya ke – 4 orang yang berada di meja ke – 20 saling menyuapi lawan di seberangnya karena panjang sumpit* tersebut memang cukup untuk sampai ke seberang mejanya. Akhirnya saat jamuan makan selesai hanya ke – 4 orang inilah yang kenyang perutnya sedang yang lain sibuk menggerutu karena tidak ada secuilpun makanan yang masuk dalam mulut mereka. Sang saudagar pergi meninggalkan restorannya dengan hati gembira karena tahu bahwa restorannya akan dikelola oleh 4 orang yang bijaksana.
Pesan moral dari cerita ini adalah agar jadi orang jangan terlalu serakah, karena dengan tidak mau berbagi keuntungan dengan orang lain maka orang lain juga tidak akan mau berbagi dengan Anda. Bila tiap orang hanya memikirkan dirinya masing – masing maka tidak akan pernah mencapai kemajuan team. Bukankah ada pepatah yang mengatakan bahwa 4 kaki akan lebih baik daripada 2 kaki ; atau bersatu kita teguh bercerai kita runtuh. Pepatah – pepatah yang dibuat orang – orang bijak jaman dahulu kala bukanlah sekadar penghias omong kosong, mereka mampu membuat pepatah tersebut karena sudah ada kejadiannya dan hasilnya.
Buktikanlah sendiri, bila Anda mau memberi maka Anda akan menerima kembali lebih baik, mungkin bukan dalam bentuk yang sama ketika Anda berikan, tapi pasti sesuatu tersebut Anda dapatkan saat Anda memang membutuhkannya.
Sesungguhnya apa yang kamu tabur, itulah yang akan kamu petik. Penabur kebaikan akan menuai berkah, sedangkan penabur kejahatan akan menuai petaka. Taburkanlah olehmu benih-benih kebaikan dan kebenaran, sehingga kelak dapat memanen berkah berlimpah.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar