Pada
zaman kuda masih menjadi kendaraan tercepat, tepatnya sekitar abad 5
Masehi di sebuah rusun kecil yang terletak di Cina bagian utara,
hiduplah seorang gadis yang bernama Hua Mulan bersama keluarganya.
Ayah Hua Mulan yang bernama Hua Hu dulunya adalah panglima perang di
berbagai pertempuran. Namun, setelah tua dan sakit-sakitan, ia pensiun
dan be
ristirahat di rumah. Selain ayah dan ibunya, Hua Mulan
memiliki seorang kakak perempuan yang bernama Hua Muhui, dan seorang
adik laki-laki yang masih kecil bernama Hua Mudi.
Sejak kecil
Mulan tumbuh cerdas dan rajin belajar. Ia tak hanya belajar memintal dan
menenun dari ibunya, tetapi juga belajar seni berperang dan olah
senjata dari sang ayah.
Suatu hari, Mulan yang cerdas dan
terampil itu duduk di alat pintalnya. Sudah lama sekali ia duduk di
sana, tetapi tak satu lembar benang pun yang terpintal. Ia hanya
memandangi alat pintal itu sambil mengeluarkan desah nafasnya yang
panjang.
Kakak perempuannya, Muhui, kebetulan lewat dekat
ruangan memintal. Ketika mendengar suara desahan nafas Mulan, ia
langsung membatin, "Adik biasanya kreatif dan bersemangat, tetapi
mengapa hari ini tiba-tiba menghela napas panjang?" Kemudian, dengan di
dorong rasa peduli, ia memasuki ruangan memintal.
Saat masuk,
Muhui menemukan bayangan kekuatiran di wajah Mulan. Ia lalu mulai
melontarkan gurauannya, "Kok tidak terdengar suara alat pintal? Yang
sejak tadi ku dengar hanya desahan nafasmu. Kakak menyadari kalau adikku
ini memang sudah tidak kecil lagi, mungkin saja sudah ingin menikah."
Mendengar gurauan itu, Mulan cepat menukas, "Aku memang sudah besar,
tetapi tetap saja Kakak yang lebih tua. Aturannya harus kakak duluan
yang menikah!"
Selesai berbicara, ia kembali menundukkan
kepala. Karena Mulan tak meneruskan bicaranya. Muhui berpura-pura marah.
Namun, setelah melihat kakaknya tampak sedih, Mulan pun menceritakan
pada kakaknya apa yang menyebabkan ia menghela napas panjang.
Ternyata, pada malam hari sebelumnya, ketika semua keluarga sudah tidur.
Mulan masih terjaga seorang diri di ruang memintal. Lalu, datanglah
seorang utusan militer daerah untuk menyampaikan sebuah surat perintah
militer. Utusan militer itu menyampaikan kepada Mulan, "Musuh telah
datang menyerang negara kita, keadaan di perbatasan sangat genting. Oleh
sebab itu, ayahmu di minta untuk cepat pergi berperang."
Hatinya menjadi sangat cemas bukan buatan mendengar berita ini. Ia
memberi tahu sang utusan bahwa ayahnya sudah tua dan sakit-sakitan. Sang
utusan malah menjawab dengan dingin, "Saya tidak peduli bagaimana
caranya, minta saja anak laki-lakinya untuk menggantikannya!" Selesai
menjawab, ia langsung saja pergi.
Mulan menggenggam surat
perintah militer itu. Pikiran dan perasaannya kacau sehingga matanya
tidak bisa terpejam sepanjang malam. Pikirnya, "Membela negara adalah
suatu kewajiban, tetapi adik laki-lakiku masih kecil, sedangkan keadaan
fisik ayahku sudah tidak memungkinkan lagi. Lalu, bagaimana ini?"
Pagi harinya, dengan hati gundah ia masuk ke ruang pintal, tetapi ia
sama sekali tak ingin memintal. Ia merasa kalau sebenarnya dirinya
sendiri masih memiliki kemampuan berperang yang baik. Sayang, ia seorang
wanita sehingga tidak boleh pergi untuk membela negaranya dan
menggantikan ayahnya berperang. Akibatnya, tanpa sadar ia beberapa kali
menghela napas panjang, dan terdengar oleh kakaknya.
Muhui juga
tak tahu sebaiknya harus berbuat apa. Justru Mulan yang telah mempunyai
rencana sendiri. Ditariknya tangan kakaknya, lalu mereka menemui ayah
dan ibu mereka. Mu Hui pun sibuk bercerita pada ibunya.
"Semalam Adik menerima sebuah perintah militer," katanya sambil memberikan surat perintah itu.
Hua Hu menarik gulungan surat perintah itu dari genggaman Mulan. Perasaannya menjadi bercampur aduk setelah membaca surat itu.
Ibu Mulan yang mendengar niat Mulan untuk pergi berperang menjadi sangat kuatir. Ia cepat-cepat mencegahnya.
"Kamu belum cukup besar, tubuhnya juga masih belum kuat, bagaimana bisa
kamu mau pergi berperang?" Pokoknya, kamu tidak boleh pergi!"
Hua Hu berpikir bahwa membela negara adalah tanggung jawabnya, dan
keadaan di medan perang yang gawat tak bisa menunggunya lebih lama lagi.
Untuk itu, dengan sepenuh hati ia memutuskan untuk kembali berperang.
Ia berkata kepada istrinya. "Hanya dengan mengusir musuh maka negara
akan damai dan barulah seluruh rakyat dapat hidup tenang. Oleh karena
itu, kepentingan negara haruslah didahulukan."
Mulan
menanggapi, "Pendapat ayah benar sekali. Tetapi, Ayah sudah tua dan
lemah, bagaimana mampu pergi berperang ke tempat yang sangat jauh itu?"
Sambil mengepalkan tangannya, ia kemudian melontarkan pendapatnya
sendiri, "Kondisi ayah sudah tak memungkinkan dan Adik masih terlalu
kecil, jadi aku ingin menyamar dengan berpakaian laki-laki, menggunakan
nama adik laki-lakiku, dan mewakili Ayah terjun ke medan laga!
Bagaimana, kalian setuju?" Mendengar ucapannya itu, semua anggota
keluarga mengira kalau Mulan sedang bercanda.
Pada saat itulah,
utusan militer datang lagi. Ia menyampaikan perintah militer kedua yang
memerintahkan agar Hua Hu segera menyiapkan kuda perang, pakaian
tempur, dan senjatanya. Malam itu juga ia harus berangkat ke perbatasan,
dan tak bisa di tunda lagi! Ibu Mulan mencoba memohon kepada utusan
militer agar Hua Hu di perbolehkan tidak ikut berperang, "Suamiku sudah
tua renta, tak sanggup lagi berperang." pintanya.
Utusan militer tersebut berkata dengan ketus, "Ini adalah hukum negara, siapa yang berani membatahnya, akan mendapat ganjaran!"
Hua Hu yang ada di sisinya segera menyanggupi perintah itu, dan berjanji akan segera berangkat.
Hati mulan semakin sedih. Dengan sabar ia memohon agar di izinkan
menggantikan ayahnya pergi berperang. Sang ibu, "Mana boleh kau pergi?
Seorang gadis yang berkumpul dengan sekelompok laki-laki pastilah akan
merasakan banyak kesulitan."
Untuk meyakinkan ibunya, Mulan
lalu mencontohkan banyak prajurit wanita dari zaman kuno yang memimpin
pasukan untuk mengusir musuh. Ibunya pun menjawab, "Berperang itu
membutuhkan nyali keberanian dan juga keahlian berperang."
Mulan lalu bertanya, "Bagaimana dengan keahlian Ayah?"
Ayahnya pun menjawab, "Bagaimana dengan keahlian berperang Ayah?"
Ayahnya pun menjawab, "Ayah telah berpengalaman dalam ratusan
pertempuran, mengalahkan banyak sekali musuh! Walaupun sekarang sudah
tua, aku masih punya kemampuan berperang dan keberanian."
Mulan
tak gentar mendengar perkataan ayahnya itu. Dia malah berkata dengan
lantang. "Walau kemampuanku bertempur tidak seahli para pahlawan dari
zaman kuno, juga tidak bisa di anggap lebih rendah daripada keahlian
Ayah. Kalau tidak percaya, mari kita buktikan lewat pertandingan!
Bagaimana?
Seketika itu juga, timbullah keinginan Hua Hu untuk
melihat seberapa tingkat keahlian Mulan dalam memainkan senjata. Ia
perintahkan Muhui untuk cepat mengambilkan pedang. Mulan menggunakan
kesempatan itu untuk mengajukan permintaan, "Kalau aku dapat mengalahkan
Ayah, izinkan aku untuk bergabung dengan pasukan. Namun, jika aku
kalah, aku tak akan menyinggung lagi masalah ini."
Ayahnya pun menyetujui. Dengan perasaan gembira Mulan mengambil pedang dari tangan Muhui.
Ibu Mulan yang menguatirkan kondisi kesehatan suaminya, mengingatkan
Mulan untuk pelan-pelan. Tetapi, ayahnya malah berkata tanpa kuatir
sedikit pun, "Hari ini, kita bapak dan anak akan bertanding untuk
menentukan siapa yang lebih unggul!"
Segera saja dua orang
bapak dan anak ini terlihat adu pedang yang seru. Mulan yang sangat
ingin mengalahkan ayahnya agar dirinya bisa pergi berperang, semakin
lama jurusnya semakin garang. Pedangnya berkelebat-kelebat mengurung
pertahanan ayahnya. Sang jenderal tua lambat laun terdesak juga dan tak
sanggup lagi bertahan, dan akhirnya menyerah juga. Lewat adu pedang ini,
orang tua Mulan mengetahui pasti kalau ilmu pedang Mulan sangat bisa di
andalkan, dan yang bisa di lakukan hanyalah mengabulkan permintaannya.
"Karena tekadmu sudah bulat, kami tak akan bisa menghalangimu lagi.
Ayah masih menyimpan jubah perang dan baju besi Ayah. Lekaslah kau
kenakan! Ayah ingin sekali melihatnya."
Ucapan Hua Hu ini
membuat Mulan melesat kegirangan masuk ke dalam rumah, dan sekejab
muncul lagi dengan gagahnya, mengenakan seragam perang lengkap.
Benar-benar tampak seperti seorang panglima perang. Melihat itu, ayahnya
benar-benar merasa bangga. Tetapi, baru saja ia mau melontakan pujian,
tiba-tiba di lihatnya cara Mulan memberi hormat tetap saja seperti
seorang wanita. Hua Hu jadi tertawa terbahak-bahak!
Hua Hu lalu
memberikan bimbingan bahwa pria dan wanita memiliki perbedaan dalam
gerak-gerik dan sikapnya. Dalam kemiliteran pun ada aturannya
tersendiri, dan sikap ini sangat berbeda dengan sikap wanita pada
umumnya.
Mulan adalah seorang gadis yang cerdas. Sebentar saja
ia dapat mengerti apa yang di ajarkan ayahnya. Begitu melihat Mulan
dapat memperagakan sikap militer dengan sempurna, Hua Hu berkata dengan
gembira, "Bagus, sekarang kamu boleh pergi!"
Waktu berangkat
telah tiba. Hua Hu memberikan Mulan seekor kuda perang yang sanggup
berlari seribu li. Semua keluarganya mengiringinya sampai ke batas desa.
Mulan berusaha menenangkan keluarganya agar tidak terlalu kuatir.
Ia berjanji pasti akan segera kembali setelah musuh berhasil di usir.
Pada kesempatan itu, kakak perempuannya berulang kali menasehatinya
untuk selalu berhati-hati. Sedangkan, adik laki-lakinya mendoakan agar
nantinya Mulan mendapatkan banyak kemenangan. Dengan penuh haru Mulan
menggemgam tangan mereka. Dalam pikiran dan hatinya berkecamuk berbagai
macam perasaan tetapi tak satu kata pun yang terucap. Sambil menahan
tangis, ia membalikkan badan dan menunggangi kudanya pergi menjauh.
Mulan terus memacu kudanya, tak peduli siang dan malam. Ia terus
berpacu hingga sampailah ia di tepi Sungai Huanghe. Ketika itu, air
sungai Huanghe sedang keruh. Ia melihat sekeliling, tetapi tidak
terlihat seorang pun. Yang terdengar hanyalah suara aliran air sungai
yang sedang bergolak itu. Suasana itu memunculkan rasa kangennya pada
keluarga. Tiba-tiba, samar-samar terdengar ringkikan kuda perang dari
daerah perbatasan. Ia berpikir, pasti situasi di medan peperangan sedang
gawat-gawatnya sehingga ia pun segera berpacu menuju ke sana.
Dalam perjalanan, ia bertemu dengan beberapa pasukan yang sedang berlari
cepat menuju garis depan. Mulan pun memutuskan untuk bergabung dengan
mereka. Ketika mereka sampai di perbatasan, pertempuran sedang
berlangsung dengan sengit.
Waktu berlalu bagaikan kilat. Tanpa
terasa, Mulan telah melewati beberapa musim semi dan musim gugur di
kancah peperangan. Setelah bertempur dengan gagah berani, menembus
segala macam kesulitan dan rintangan, ia pun mendapatkan banyak
kemenangan dan di angkat menjadi komandan pasukan.
Pada suatu
malam, ketika sedang berpatroli, tiba-tiba ia mendengar suara siulan
burung. Ia segera meningkatkan kewaspadaannya. Pikirnya dalam hati,
"Aneh, di malam gelap gurita seperti ini, jenis burung itu seharusnya
sudah tidur. Itu pasti bahasa isyarat dari musuh yang sedang bergerak
dari utara untuk melancarkan serangan mendadak."
Menyadari hal
itu, ia cepat memerintahkan prajurit bawahannya untuk mempersiapkan
pertempuran. Sedangkan ia sendiri segera melaporkan keadaan ini kepada
Panglima He. Berdasarkan laporan dari Mulan itulah, Panglima He segera
menyiapkan strategi perang.
Musuh yang telah menyusup melewati
perbatasan langsung saja melakukan serbuan mendadak ke markas tentara
Mulan. Tetapi, ternyata mereka tak menemukan seorang serdadupun di sana.
Musuh yang segera menyadari kalau mereka sedang masuk perangkap dari
strategi yang di pasang pihak Mulan, menjadi sangat panik. Mereka hendak
segera lari mundur!
Tetapi, pasukan Panglima He yang sudah
bersiap-siap, saat itu juga datang menyerbu! Musuh yang sangat terdesak
itu terpaksa kabur ke arah hutan. Tak di duga, di sanalah pasukan Mulan
sudah sengaja menunggu. Pecahlah pertarungan hebat. Di tengah perang
membabi buta itu, lengan Mulan luka terkena sabetan pedang. Namun, tanpa
mempedulikan pedihnya luka, ia malah semakin mengerahkan semua
kekuatannya hingga binasalah semua musuhnya.
Perang berakhirlah
sudah. Panglima He yang mengunjungi Mulan yang terluka, memuji-muji
strategi dan keberaniannya, juga sekaligus memberikan penghargaan atas
jasa-jasanya. Kesempatan itu juga di gunakan oleh Panglima He untuk
mengajukan penghargaan pribadinya kepada Mulan, yaitu ia akan
menjodohkan putrinya menjadi istri "Jenderal Hua".
Terperanjatlah Mulan mendengar permintaan itu. Ia tak mempunyai alasan
apa pun untuk menolak maksud baik Panglima He. Setelah
mempertimbangkannya, ia lalu mengajukan permohonan pada Jenderal He agar
ia di izinkan pulang kampung mengunjungi keluarganya, agar bisa
memulihkan lukanya dan sekaligus mengabarkan perihal perjodohan ini
kepada orang tuanya. Tentu saja Jenderal He dengan sepontan memberikan
izin.
Keesokan harinya, Mulan segera memacu "Kuda Seribu
Li"-nya menuju kampung halamannya. Begitu bertemu Mulan, orang tuanya
gembira luar biasa. Adik lelakinya sibuk memotong babi dan lembu untuk
menyambut kakaknya. Sementara kakak perempuannya, Muhui, tak sabar lagi
untuk melepaskan Mulan dari pakaian perangnya, dan menggantinya dengan
gaun wanita.
Mulan mematut-matut dirinya di depan cermin dan
berdandan. Selang beberapa waktu, "Jenderal Hua" menjelma kembali
menjadi seorang gadis cantik jelita. Mulan mengamati-amati bayangannya
sendiri yang terpantul dari cermin. Karena hampir saja tak mengenali
dirinya lagi maka pecahlah tawanya.
Beberapa hari kemudian,
Panglima He dengan di iringi pasukannya datang mengunjungi "Jenderal
Hua". Kedua orang tua Mulan pun cepat keluar dan sibuk menyambut mereka.
Begitu Panglima He bertemu dengan Hua Hu, langsung saja dengan tak
henti-hentinya ia memuji keberanian dan kehebatan "Jenderal Hua" yang
masih muda usa itu. Ia pun masih menyampaikan kabar bahwa kaisar telah
mengangkat "Jenderal Hua" menjadi pejabat negara. Kabar gembira ini
membuat ayah Mulan kaget bercampur bahagia.
Tetapi, begitu
Panglima He menyinggung masalah pernikahan, ayah Mulan menjadi bingung
dan tak tahu harus bagaimana menjawabnya. Apalagi ketika Panglima He
menanyakan keadaan luka Mulan dan mendesak ingin bertemu dengannya, ayah
Mulan menjadi salah tingkah. Ia hanya bisa menggandeng adik laki-laki
Mulan ke luar. Begitu melihatnya, Panglima He langsung berkata, "Bukan,
Bukan dia! yang ingin saya temui adalah seorang pemuda yang bernama
"Jenderal Hua", bukan anak lelaki kecil ini!"
Keadaan sudah
mulai runyam. Akhirnya, Hua Hu terpaksa memanggil Mulan untuk
memunculkan diri. Mulan yang telah berubah menjadi gadis cantik bergaun
indah, keluar menemui Panglima He dengan perasaan tak enak. Panglima He
tentu saja marah besar begitu melihat yang keluar adalah seorang gadis
cantik, "Kenapa kau suruh seorang gadis mewakili "Jenderal Hua" untuk
menemuiku?"
Untunglah Mulan segera menyapa, "Apa kabar, Panglima?"
Panglima He mendengarkan baik-baik suara itu. Suara yang baru di
dengarnya itu persis seperti suara "Jenderal Hua" yang akrab di
telinganya. Mereka pun dengan penuh rasa heran memandang gadis ini dari
atas ke bawah. Hal ini menjadikan pipi Mulan merah merona. Dengan
hati-hati, Mulan memberikan penjelasan dan menceritakan dengan
terperinci bahwa dirinya sebenarnya adalah seorang gadis yang menyamar
sebagai lelaki untuk mewakilih ayahnya maju ke medan perang membela
negara.
Panglima He menjadi sangat takjub mendengar kisah luar
biasa ini. Ia berkata dengan kagumnya, "Jenderal Hua sungguhlah seorang
pahlawan wanita yang telah membuat semua orang kagum dan
menghormatinya!"
Demikianlah akhir kisah perjuangan Hua Mulan
yang menggantikan ayahnya di medan perang. Ada versi kisah yang
menyatakan, Panglima He akhirnya menjodohkan Mulan dengan putranya.
Kebetulan, sang putra adalah teman seperjuangan Mulan.
Rabu, 12 September 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar