Rabu, 12 September 2012

Mulan, Pahlawan Wanita Tiongkok

Pada zaman kuda masih menjadi kendaraan tercepat, tepatnya sekitar abad 5 Masehi di sebuah rusun kecil yang terletak di Cina bagian utara, hiduplah seorang gadis yang bernama Hua Mulan bersama keluarganya.

Ayah Hua Mulan yang bernama Hua Hu dulunya adalah panglima perang di berbagai pertempuran. Namun, setelah tua dan sakit-sakitan, ia pensiun dan be
ristirahat di rumah. Selain ayah dan ibunya, Hua Mulan memiliki seorang kakak perempuan yang bernama Hua Muhui, dan seorang adik laki-laki yang masih kecil bernama Hua Mudi.

Sejak kecil Mulan tumbuh cerdas dan rajin belajar. Ia tak hanya belajar memintal dan menenun dari ibunya, tetapi juga belajar seni berperang dan olah senjata dari sang ayah.

Suatu hari, Mulan yang cerdas dan terampil itu duduk di alat pintalnya. Sudah lama sekali ia duduk di sana, tetapi tak satu lembar benang pun yang terpintal. Ia hanya memandangi alat pintal itu sambil mengeluarkan desah nafasnya yang panjang.

Kakak perempuannya, Muhui, kebetulan lewat dekat ruangan memintal. Ketika mendengar suara desahan nafas Mulan, ia langsung membatin, "Adik biasanya kreatif dan bersemangat, tetapi mengapa hari ini tiba-tiba menghela napas panjang?" Kemudian, dengan di dorong rasa peduli, ia memasuki ruangan memintal.

Saat masuk, Muhui menemukan bayangan kekuatiran di wajah Mulan. Ia lalu mulai melontarkan gurauannya, "Kok tidak terdengar suara alat pintal? Yang sejak tadi ku dengar hanya desahan nafasmu. Kakak menyadari kalau adikku ini memang sudah tidak kecil lagi, mungkin saja sudah ingin menikah."

Mendengar gurauan itu, Mulan cepat menukas, "Aku memang sudah besar, tetapi tetap saja Kakak yang lebih tua. Aturannya harus kakak duluan yang menikah!"

Selesai berbicara, ia kembali menundukkan kepala. Karena Mulan tak meneruskan bicaranya. Muhui berpura-pura marah. Namun, setelah melihat kakaknya tampak sedih, Mulan pun menceritakan pada kakaknya apa yang menyebabkan ia menghela napas panjang.

Ternyata, pada malam hari sebelumnya, ketika semua keluarga sudah tidur. Mulan masih terjaga seorang diri di ruang memintal. Lalu, datanglah seorang utusan militer daerah untuk menyampaikan sebuah surat perintah militer. Utusan militer itu menyampaikan kepada Mulan, "Musuh telah datang menyerang negara kita, keadaan di perbatasan sangat genting. Oleh sebab itu, ayahmu di minta untuk cepat pergi berperang."

Hatinya menjadi sangat cemas bukan buatan mendengar berita ini. Ia memberi tahu sang utusan bahwa ayahnya sudah tua dan sakit-sakitan. Sang utusan malah menjawab dengan dingin, "Saya tidak peduli bagaimana caranya, minta saja anak laki-lakinya untuk menggantikannya!" Selesai menjawab, ia langsung saja pergi.

Mulan menggenggam surat perintah militer itu. Pikiran dan perasaannya kacau sehingga matanya tidak bisa terpejam sepanjang malam. Pikirnya, "Membela negara adalah suatu kewajiban, tetapi adik laki-lakiku masih kecil, sedangkan keadaan fisik ayahku sudah tidak memungkinkan lagi. Lalu, bagaimana ini?"

Pagi harinya, dengan hati gundah ia masuk ke ruang pintal, tetapi ia sama sekali tak ingin memintal. Ia merasa kalau sebenarnya dirinya sendiri masih memiliki kemampuan berperang yang baik. Sayang, ia seorang wanita sehingga tidak boleh pergi untuk membela negaranya dan menggantikan ayahnya berperang. Akibatnya, tanpa sadar ia beberapa kali menghela napas panjang, dan terdengar oleh kakaknya.

Muhui juga tak tahu sebaiknya harus berbuat apa. Justru Mulan yang telah mempunyai rencana sendiri. Ditariknya tangan kakaknya, lalu mereka menemui ayah dan ibu mereka. Mu Hui pun sibuk bercerita pada ibunya.

"Semalam Adik menerima sebuah perintah militer," katanya sambil memberikan surat perintah itu.

Hua Hu menarik gulungan surat perintah itu dari genggaman Mulan. Perasaannya menjadi bercampur aduk setelah membaca surat itu.

Ibu Mulan yang mendengar niat Mulan untuk pergi berperang menjadi sangat kuatir. Ia cepat-cepat mencegahnya.

"Kamu belum cukup besar, tubuhnya juga masih belum kuat, bagaimana bisa kamu mau pergi berperang?" Pokoknya, kamu tidak boleh pergi!"

Hua Hu berpikir bahwa membela negara adalah tanggung jawabnya, dan keadaan di medan perang yang gawat tak bisa menunggunya lebih lama lagi. Untuk itu, dengan sepenuh hati ia memutuskan untuk kembali berperang. Ia berkata kepada istrinya. "Hanya dengan mengusir musuh maka negara akan damai dan barulah seluruh rakyat dapat hidup tenang. Oleh karena itu, kepentingan negara haruslah didahulukan."

Mulan menanggapi, "Pendapat ayah benar sekali. Tetapi, Ayah sudah tua dan lemah, bagaimana mampu pergi berperang ke tempat yang sangat jauh itu?"

Sambil mengepalkan tangannya, ia kemudian melontarkan pendapatnya sendiri, "Kondisi ayah sudah tak memungkinkan dan Adik masih terlalu kecil, jadi aku ingin menyamar dengan berpakaian laki-laki, menggunakan nama adik laki-lakiku, dan mewakili Ayah terjun ke medan laga! Bagaimana, kalian setuju?" Mendengar ucapannya itu, semua anggota keluarga mengira kalau Mulan sedang bercanda.

Pada saat itulah, utusan militer datang lagi. Ia menyampaikan perintah militer kedua yang memerintahkan agar Hua Hu segera menyiapkan kuda perang, pakaian tempur, dan senjatanya. Malam itu juga ia harus berangkat ke perbatasan, dan tak bisa di tunda lagi! Ibu Mulan mencoba memohon kepada utusan militer agar Hua Hu di perbolehkan tidak ikut berperang, "Suamiku sudah tua renta, tak sanggup lagi berperang." pintanya.

Utusan militer tersebut berkata dengan ketus, "Ini adalah hukum negara, siapa yang berani membatahnya, akan mendapat ganjaran!"

Hua Hu yang ada di sisinya segera menyanggupi perintah itu, dan berjanji akan segera berangkat.

Hati mulan semakin sedih. Dengan sabar ia memohon agar di izinkan menggantikan ayahnya pergi berperang. Sang ibu, "Mana boleh kau pergi? Seorang gadis yang berkumpul dengan sekelompok laki-laki pastilah akan merasakan banyak kesulitan."

Untuk meyakinkan ibunya, Mulan lalu mencontohkan banyak prajurit wanita dari zaman kuno yang memimpin pasukan untuk mengusir musuh. Ibunya pun menjawab, "Berperang itu membutuhkan nyali keberanian dan juga keahlian berperang."

Mulan lalu bertanya, "Bagaimana dengan keahlian Ayah?"

Ayahnya pun menjawab, "Bagaimana dengan keahlian berperang Ayah?"

Ayahnya pun menjawab, "Ayah telah berpengalaman dalam ratusan pertempuran, mengalahkan banyak sekali musuh! Walaupun sekarang sudah tua, aku masih punya kemampuan berperang dan keberanian."

Mulan tak gentar mendengar perkataan ayahnya itu. Dia malah berkata dengan lantang. "Walau kemampuanku bertempur tidak seahli para pahlawan dari zaman kuno, juga tidak bisa di anggap lebih rendah daripada keahlian Ayah. Kalau tidak percaya, mari kita buktikan lewat pertandingan! Bagaimana?

Seketika itu juga, timbullah keinginan Hua Hu untuk melihat seberapa tingkat keahlian Mulan dalam memainkan senjata. Ia perintahkan Muhui untuk cepat mengambilkan pedang. Mulan menggunakan kesempatan itu untuk mengajukan permintaan, "Kalau aku dapat mengalahkan Ayah, izinkan aku untuk bergabung dengan pasukan. Namun, jika aku kalah, aku tak akan menyinggung lagi masalah ini."

Ayahnya pun menyetujui. Dengan perasaan gembira Mulan mengambil pedang dari tangan Muhui.

Ibu Mulan yang menguatirkan kondisi kesehatan suaminya, mengingatkan Mulan untuk pelan-pelan. Tetapi, ayahnya malah berkata tanpa kuatir sedikit pun, "Hari ini, kita bapak dan anak akan bertanding untuk menentukan siapa yang lebih unggul!"

Segera saja dua orang bapak dan anak ini terlihat adu pedang yang seru. Mulan yang sangat ingin mengalahkan ayahnya agar dirinya bisa pergi berperang, semakin lama jurusnya semakin garang. Pedangnya berkelebat-kelebat mengurung pertahanan ayahnya. Sang jenderal tua lambat laun terdesak juga dan tak sanggup lagi bertahan, dan akhirnya menyerah juga. Lewat adu pedang ini, orang tua Mulan mengetahui pasti kalau ilmu pedang Mulan sangat bisa di andalkan, dan yang bisa di lakukan hanyalah mengabulkan permintaannya.

"Karena tekadmu sudah bulat, kami tak akan bisa menghalangimu lagi. Ayah masih menyimpan jubah perang dan baju besi Ayah. Lekaslah kau kenakan! Ayah ingin sekali melihatnya."

Ucapan Hua Hu ini membuat Mulan melesat kegirangan masuk ke dalam rumah, dan sekejab muncul lagi dengan gagahnya, mengenakan seragam perang lengkap. Benar-benar tampak seperti seorang panglima perang. Melihat itu, ayahnya benar-benar merasa bangga. Tetapi, baru saja ia mau melontakan pujian, tiba-tiba di lihatnya cara Mulan memberi hormat tetap saja seperti seorang wanita. Hua Hu jadi tertawa terbahak-bahak!

Hua Hu lalu memberikan bimbingan bahwa pria dan wanita memiliki perbedaan dalam gerak-gerik dan sikapnya. Dalam kemiliteran pun ada aturannya tersendiri, dan sikap ini sangat berbeda dengan sikap wanita pada umumnya.

Mulan adalah seorang gadis yang cerdas. Sebentar saja ia dapat mengerti apa yang di ajarkan ayahnya. Begitu melihat Mulan dapat memperagakan sikap militer dengan sempurna, Hua Hu berkata dengan gembira, "Bagus, sekarang kamu boleh pergi!"

Waktu berangkat telah tiba. Hua Hu memberikan Mulan seekor kuda perang yang sanggup berlari seribu li. Semua keluarganya mengiringinya sampai ke batas desa. Mulan berusaha menenangkan keluarganya agar tidak terlalu kuatir.

Ia berjanji pasti akan segera kembali setelah musuh berhasil di usir. Pada kesempatan itu, kakak perempuannya berulang kali menasehatinya untuk selalu berhati-hati. Sedangkan, adik laki-lakinya mendoakan agar nantinya Mulan mendapatkan banyak kemenangan. Dengan penuh haru Mulan menggemgam tangan mereka. Dalam pikiran dan hatinya berkecamuk berbagai macam perasaan tetapi tak satu kata pun yang terucap. Sambil menahan tangis, ia membalikkan badan dan menunggangi kudanya pergi menjauh.

Mulan terus memacu kudanya, tak peduli siang dan malam. Ia terus berpacu hingga sampailah ia di tepi Sungai Huanghe. Ketika itu, air sungai Huanghe sedang keruh. Ia melihat sekeliling, tetapi tidak terlihat seorang pun. Yang terdengar hanyalah suara aliran air sungai yang sedang bergolak itu. Suasana itu memunculkan rasa kangennya pada keluarga. Tiba-tiba, samar-samar terdengar ringkikan kuda perang dari daerah perbatasan. Ia berpikir, pasti situasi di medan peperangan sedang gawat-gawatnya sehingga ia pun segera berpacu menuju ke sana.

Dalam perjalanan, ia bertemu dengan beberapa pasukan yang sedang berlari cepat menuju garis depan. Mulan pun memutuskan untuk bergabung dengan mereka. Ketika mereka sampai di perbatasan, pertempuran sedang berlangsung dengan sengit.

Waktu berlalu bagaikan kilat. Tanpa terasa, Mulan telah melewati beberapa musim semi dan musim gugur di kancah peperangan. Setelah bertempur dengan gagah berani, menembus segala macam kesulitan dan rintangan, ia pun mendapatkan banyak kemenangan dan di angkat menjadi komandan pasukan.

Pada suatu malam, ketika sedang berpatroli, tiba-tiba ia mendengar suara siulan burung. Ia segera meningkatkan kewaspadaannya. Pikirnya dalam hati, "Aneh, di malam gelap gurita seperti ini, jenis burung itu seharusnya sudah tidur. Itu pasti bahasa isyarat dari musuh yang sedang bergerak dari utara untuk melancarkan serangan mendadak."

Menyadari hal itu, ia cepat memerintahkan prajurit bawahannya untuk mempersiapkan pertempuran. Sedangkan ia sendiri segera melaporkan keadaan ini kepada Panglima He. Berdasarkan laporan dari Mulan itulah, Panglima He segera menyiapkan strategi perang.

Musuh yang telah menyusup melewati perbatasan langsung saja melakukan serbuan mendadak ke markas tentara Mulan. Tetapi, ternyata mereka tak menemukan seorang serdadupun di sana. Musuh yang segera menyadari kalau mereka sedang masuk perangkap dari strategi yang di pasang pihak Mulan, menjadi sangat panik. Mereka hendak segera lari mundur!

Tetapi, pasukan Panglima He yang sudah bersiap-siap, saat itu juga datang menyerbu! Musuh yang sangat terdesak itu terpaksa kabur ke arah hutan. Tak di duga, di sanalah pasukan Mulan sudah sengaja menunggu. Pecahlah pertarungan hebat. Di tengah perang membabi buta itu, lengan Mulan luka terkena sabetan pedang. Namun, tanpa mempedulikan pedihnya luka, ia malah semakin mengerahkan semua kekuatannya hingga binasalah semua musuhnya.

Perang berakhirlah sudah. Panglima He yang mengunjungi Mulan yang terluka, memuji-muji strategi dan keberaniannya, juga sekaligus memberikan penghargaan atas jasa-jasanya. Kesempatan itu juga di gunakan oleh Panglima He untuk mengajukan penghargaan pribadinya kepada Mulan, yaitu ia akan menjodohkan putrinya menjadi istri "Jenderal Hua".

Terperanjatlah Mulan mendengar permintaan itu. Ia tak mempunyai alasan apa pun untuk menolak maksud baik Panglima He. Setelah mempertimbangkannya, ia lalu mengajukan permohonan pada Jenderal He agar ia di izinkan pulang kampung mengunjungi keluarganya, agar bisa memulihkan lukanya dan sekaligus mengabarkan perihal perjodohan ini kepada orang tuanya. Tentu saja Jenderal He dengan sepontan memberikan izin.

Keesokan harinya, Mulan segera memacu "Kuda Seribu Li"-nya menuju kampung halamannya. Begitu bertemu Mulan, orang tuanya gembira luar biasa. Adik lelakinya sibuk memotong babi dan lembu untuk menyambut kakaknya. Sementara kakak perempuannya, Muhui, tak sabar lagi untuk melepaskan Mulan dari pakaian perangnya, dan menggantinya dengan gaun wanita.

Mulan mematut-matut dirinya di depan cermin dan berdandan. Selang beberapa waktu, "Jenderal Hua" menjelma kembali menjadi seorang gadis cantik jelita. Mulan mengamati-amati bayangannya sendiri yang terpantul dari cermin. Karena hampir saja tak mengenali dirinya lagi maka pecahlah tawanya.

Beberapa hari kemudian, Panglima He dengan di iringi pasukannya datang mengunjungi "Jenderal Hua". Kedua orang tua Mulan pun cepat keluar dan sibuk menyambut mereka. Begitu Panglima He bertemu dengan Hua Hu, langsung saja dengan tak henti-hentinya ia memuji keberanian dan kehebatan "Jenderal Hua" yang masih muda usa itu. Ia pun masih menyampaikan kabar bahwa kaisar telah mengangkat "Jenderal Hua" menjadi pejabat negara. Kabar gembira ini membuat ayah Mulan kaget bercampur bahagia.

Tetapi, begitu Panglima He menyinggung masalah pernikahan, ayah Mulan menjadi bingung dan tak tahu harus bagaimana menjawabnya. Apalagi ketika Panglima He menanyakan keadaan luka Mulan dan mendesak ingin bertemu dengannya, ayah Mulan menjadi salah tingkah. Ia hanya bisa menggandeng adik laki-laki Mulan ke luar. Begitu melihatnya, Panglima He langsung berkata, "Bukan, Bukan dia! yang ingin saya temui adalah seorang pemuda yang bernama "Jenderal Hua", bukan anak lelaki kecil ini!"

Keadaan sudah mulai runyam. Akhirnya, Hua Hu terpaksa memanggil Mulan untuk memunculkan diri. Mulan yang telah berubah menjadi gadis cantik bergaun indah, keluar menemui Panglima He dengan perasaan tak enak. Panglima He tentu saja marah besar begitu melihat yang keluar adalah seorang gadis cantik, "Kenapa kau suruh seorang gadis mewakili "Jenderal Hua" untuk menemuiku?"

Untunglah Mulan segera menyapa, "Apa kabar, Panglima?"

Panglima He mendengarkan baik-baik suara itu. Suara yang baru di dengarnya itu persis seperti suara "Jenderal Hua" yang akrab di telinganya. Mereka pun dengan penuh rasa heran memandang gadis ini dari atas ke bawah. Hal ini menjadikan pipi Mulan merah merona. Dengan hati-hati, Mulan memberikan penjelasan dan menceritakan dengan terperinci bahwa dirinya sebenarnya adalah seorang gadis yang menyamar sebagai lelaki untuk mewakilih ayahnya maju ke medan perang membela negara.

Panglima He menjadi sangat takjub mendengar kisah luar biasa ini. Ia berkata dengan kagumnya, "Jenderal Hua sungguhlah seorang pahlawan wanita yang telah membuat semua orang kagum dan menghormatinya!"

Demikianlah akhir kisah perjuangan Hua Mulan yang menggantikan ayahnya di medan perang. Ada versi kisah yang menyatakan, Panglima He akhirnya menjodohkan Mulan dengan putranya. Kebetulan, sang putra adalah teman seperjuangan Mulan.

0 komentar:

Posting Komentar

 

MiuAsakura Blog © 2008. Template Design By: SkinCorner