Di sebuah hutan gunung, sekawanan monyet hidup
damai dan harmonis di bawah pimpinan Raja Monyet. Mereka hidup dengan
penuh bahagia.
Namun sejak beberapa tahun terakhir, tempat
tinggal mereka di landa kekeringan. Pepohonan menjadi layu, buah-buahan
dan makanan pun juga sulit di dapat. Demi memperoleh makanan, sekawanan
kecil monyet terpaksa memutuskan untuk meninggalkan hutan secara
diam-diam tanpa sepengetahuan Raja Monyet.
Pada suatu hari,
kawanan monyet itu tiba di sebuah kebun yang rimbun dengan aneka
buah-buahan. Ranting-ranting pohon di penuhi buah-buahan yang segar,
ranum dan sangat mengundang selera. Di dorong oleh rasa lapar
berhari-hari, tanpa pikir panjang lagi kawanan monyet ini menerobos
masuk ke kebun, memetik dan memakan buah-buahan yang ada.
Melihat sekawanan monyet tanpa rasa takut menerobos kebun buah dan
dengan bebas memetik buah lalu memakannya, penjaga kebun segera melapor
kepada Raja. Rupanya kebun itu adalah kebun milik Raja.
Sang
Raja yang mendengar kebun kesayangannya telah rusah, menjadi sangat
gusar dan memutuskan untuk menghukum kawanan monyet yang lancang itu.
Lalu beliau memerintahkan para pengawalnya untuk mengepung kebun buah
dan memastikan tak seekor monyet pun dapat meloloskan diri.
Pada saat bersamaan, di atas gunung Raja Monyet menyadari ada beberapa
monyet kecil bandel yang menghilang. Maka dia mengumpulkan monyet-monyet
lain untuk turun ke kaki gunung mencari mereka.
Ketika
mengetahui bahwa monyet-monyet yang hilang itu terkurung di dalam kebun
Raja, Raja Monyet mendapat akal dan meminta monyet-monyet yang lain
kembali ke atas gunung untuk mengambil tanaman rotan yang besar dan
kuat.
Setelah tanaman rotan itu berhasil di dapat, Raja monyet
mengikatkan salah satu ujung rotan itu di tubuhnya, sementara ujung lain
di lemparkan ke dalam kebun dan monyet-monyet yang terjebak di dalam di
minta untuk mengikatkan ke salah satu pohon.
Kemudian dengan
ke dua belah tangannya, Raja Monyet memeluk kuat-kuat sebatang pohon tua
di luar kebun. Dengan begitu, monyet-monyet yang terperangkap dapat
merambat keluar menelusuri jembatan dari tanaman rotan itu.
Satu per satu, monyet-monyet itu keluar menyelamatkan diri. Namun, kedua
tangan Raja Monyet tidak kuat terlalu lama memeluk pohon itu sehingga
menjadi terluka. Meskipun merasa sakit yang tak terkira, dengan
mengatupkan giginya menahan sakit, Raja Monyet tetap bertahan hingga
semua monyet berhasil di bebaskan.
Pada saat monyet terakhir
berhasil melepaskan diri, Sang Raja pun datang. Beliau sangat marah
karena tidak melihat seekor monyet pun di dalam kebun. Beliau kemudian
memerintahkan pasukannya untuk menangkap seluruh kawanan monyet. Raja
Monyet yang mengetahui berita ini lalu datang sendirian dan berlutut di
hadapan Sang Raja.
Raja monyet berkata, "Paduka Raja,
bertahun-tahun lamanya kekeringan melanda wilayah kami, pepohonan
menjadi layu dan buah-buahan berguguran. Untuk bertahan hidup,
monyet-monyet ini turun gunung untuk mencari makanan. Mereka semua
adalah rakyat saya. Hal ini dapat terjadi, semata-mata karena saya
seorang pemimpin yang kurang baik dan tidak mampu mendidik mereka.
Akhirnya, mereka berani masuk tanpa izin ke kebun buah Paduka. Asalkan
Paduka berjanji untuk tidak menghukum mereka, saya bersedia menebus
kesalahan mereka dengan nyawa saya, atau mengikhlaskan tubuh saya
sebagai santapan Paduka dan Para Menteri"
Menyaksikan Raja
Monyet yang tidak hanya mengabaikan luka yang di deritanya, tapi juga
bersedia mengorbankan nyawa demi menolong rakyatnya, Raja merasa sangat
tersentuh sekaligus sangat malu.
Hal yang membuatnya amat
tersentuh adalah, "Meskipun monyet ini adalah hewan, hatinya penuh welas
asih, ia mampu melindungi rakyatnya dan menyayangi jiwa mereka.
Sedangkan saya sebagai seorang raja yang sangat berkuasa, yang memimpin
seluruh rakyat, jika di bandingkan dengan monyet ini, apakah saya
benar-benar telah melakukan sesuatu yang melindungi dan menyayangi
rakyat?"
Sang Raja merasa sangat malu, beliau lalu berkata pada
Raja Monyet, "Saya sangat tersentuh dan juga merasa sangat malu,
Andalah yang menginspirasi saya bahwa seorang pemimpin harus menjalankan
pemerintahannya dengan penuh kasih sayang, dengan demikian kehidupan
baru menjadi harmonis."
"Sebagai tanda terima kasih, selain
tidak menghukum monyet-monyet yang telah berbuat salah, saya juga
bersedia memberikan makanan untuk kalian, agar kalian dapat hidup bebas
dan bahagia di atas gunung."
Senin, 13 Agustus 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar