Senin, 13 Agustus 2012

Belajar Dari Raja Monyet Yang Welas Asih

Di sebuah hutan gunung, sekawanan monyet hidup damai dan harmonis di bawah pimpinan Raja Monyet. Mereka hidup dengan penuh bahagia.

Namun sejak beberapa tahun terakhir, tempat tinggal mereka di landa kekeringan. Pepohonan menjadi layu, buah-buahan dan makanan pun juga sulit di dapat. Demi memperoleh makanan, sekawanan kecil monyet terpaksa memutuskan untuk meninggalkan hutan secara diam-diam tanpa sepengetahuan Raja Monyet.

Pada suatu hari, kawanan monyet itu tiba di sebuah kebun yang rimbun dengan aneka buah-buahan. Ranting-ranting pohon di penuhi buah-buahan yang segar, ranum dan sangat mengundang selera. Di dorong oleh rasa lapar berhari-hari, tanpa pikir panjang lagi kawanan monyet ini menerobos masuk ke kebun, memetik dan memakan buah-buahan yang ada.

Melihat sekawanan monyet tanpa rasa takut menerobos kebun buah dan dengan bebas memetik buah lalu memakannya, penjaga kebun segera melapor kepada Raja. Rupanya kebun itu adalah kebun milik Raja.

Sang Raja yang mendengar kebun kesayangannya telah rusah, menjadi sangat gusar dan memutuskan untuk menghukum kawanan monyet yang lancang itu. Lalu beliau memerintahkan para pengawalnya untuk mengepung kebun buah dan memastikan tak seekor monyet pun dapat meloloskan diri.

Pada saat bersamaan, di atas gunung Raja Monyet menyadari ada beberapa monyet kecil bandel yang menghilang. Maka dia mengumpulkan monyet-monyet lain untuk turun ke kaki gunung mencari mereka.

Ketika mengetahui bahwa monyet-monyet yang hilang itu terkurung di dalam kebun Raja, Raja Monyet mendapat akal dan meminta monyet-monyet yang lain kembali ke atas gunung untuk mengambil tanaman rotan yang besar dan kuat.

Setelah tanaman rotan itu berhasil di dapat, Raja monyet mengikatkan salah satu ujung rotan itu di tubuhnya, sementara ujung lain di lemparkan ke dalam kebun dan monyet-monyet yang terjebak di dalam di minta untuk mengikatkan ke salah satu pohon.

Kemudian dengan ke dua belah tangannya, Raja Monyet memeluk kuat-kuat sebatang pohon tua di luar kebun. Dengan begitu, monyet-monyet yang terperangkap dapat merambat keluar menelusuri jembatan dari tanaman rotan itu.

Satu per satu, monyet-monyet itu keluar menyelamatkan diri. Namun, kedua tangan Raja Monyet tidak kuat terlalu lama memeluk pohon itu sehingga menjadi terluka. Meskipun merasa sakit yang tak terkira, dengan mengatupkan giginya menahan sakit, Raja Monyet tetap bertahan hingga semua monyet berhasil di bebaskan.

Pada saat monyet terakhir berhasil melepaskan diri, Sang Raja pun datang. Beliau sangat marah karena tidak melihat seekor monyet pun di dalam kebun. Beliau kemudian memerintahkan pasukannya untuk menangkap seluruh kawanan monyet. Raja Monyet yang mengetahui berita ini lalu datang sendirian dan berlutut di hadapan Sang Raja.

Raja monyet berkata, "Paduka Raja, bertahun-tahun lamanya kekeringan melanda wilayah kami, pepohonan menjadi layu dan buah-buahan berguguran. Untuk bertahan hidup, monyet-monyet ini turun gunung untuk mencari makanan. Mereka semua adalah rakyat saya. Hal ini dapat terjadi, semata-mata karena saya seorang pemimpin yang kurang baik dan tidak mampu mendidik mereka. Akhirnya, mereka berani masuk tanpa izin ke kebun buah Paduka. Asalkan Paduka berjanji untuk tidak menghukum mereka, saya bersedia menebus kesalahan mereka dengan nyawa saya, atau mengikhlaskan tubuh saya sebagai santapan Paduka dan Para Menteri"

Menyaksikan Raja Monyet yang tidak hanya mengabaikan luka yang di deritanya, tapi juga bersedia mengorbankan nyawa demi menolong rakyatnya, Raja merasa sangat tersentuh sekaligus sangat malu.

Hal yang membuatnya amat tersentuh adalah, "Meskipun monyet ini adalah hewan, hatinya penuh welas asih, ia mampu melindungi rakyatnya dan menyayangi jiwa mereka. Sedangkan saya sebagai seorang raja yang sangat berkuasa, yang memimpin seluruh rakyat, jika di bandingkan dengan monyet ini, apakah saya benar-benar telah melakukan sesuatu yang melindungi dan menyayangi rakyat?"

Sang Raja merasa sangat malu, beliau lalu berkata pada Raja Monyet, "Saya sangat tersentuh dan juga merasa sangat malu, Andalah yang menginspirasi saya bahwa seorang pemimpin harus menjalankan pemerintahannya dengan penuh kasih sayang, dengan demikian kehidupan baru menjadi harmonis."

"Sebagai tanda terima kasih, selain tidak menghukum monyet-monyet yang telah berbuat salah, saya juga bersedia memberikan makanan untuk kalian, agar kalian dapat hidup bebas dan bahagia di atas gunung."

0 komentar:

Posting Komentar

 

MiuAsakura Blog © 2008. Template Design By: SkinCorner