Senin, 13 Agustus 2012

Kata Sambutan Dari Seorang Ibu Dalam Resepsi Pernikahan Puterinya

Kepada para sanak keluarga dan teman semua: Salam sejahtera!

Sangat berterima kasih kepada anda semua yang telah mau meluangkan waktu anda untuk hadir dalam resepsi kali ini. Sebagai seorang ibu, saya merasa sangat bahagia dapat menyaksikan puteri saya sudah dewasa dan memiliki keluarga sendiri. Sanak keluarga yang duduk di sini juga ikut menyaksikan puteriku ini tumbuh dari kecil sampai dewasa, maka di sini saya terlebih dahulu ingin mengucapkan terima kasih kepada anda sekalian yang telah ikut memberi perhatian dan bantuan kepada puteriku ini selama banyak tahun ini.

Walau hari ini adalah hari maha suka cita, namun sebagai ibu, saya tidak ingin mengucapkan kata-kata pemberkatan seperti “Saling bergandengan tangan sampai tua” atau “Harmonis selalu sampai masa ratusan tahun, kekal bagaikan alam semesta”.

Pesan saya kepada puteri dan menantuku hanya terdiri dari tiga patah kata “bukan”:

Kata pertama: pernikahan bukan 1 + 1 = 2, melainkan ½ + ½ = 1.

Setelah menikah, kalian berdua harus menghilangkan separuh dari watak individual masing-masing, kalian harus memiliki persiapan mental untuk dapat melakukan kompromi dan saling mengalah, dengan demikian baru dapat membentuk sebuah mahligai rumah tangga yang sempurna. Muda-mudi sekarang pada awalnya selalu saja tertarik oleh “ketajaman” lawan jenisnya, namun selalu saja terluka oleh “ketajaman” pihak lawan. Ibu adalah orang yang sudah berpengalaman, jadi saya ingin berpesan kepada kalian agar meredakan “ketajaman” diri sendiri dan mentolerir “ketajaman” pihak lawan, inilah kunci untuk pernikahan yang langgeng.

Kata kedua: cinta bukan mesra tak terpisahkan, melainkan harus bertenggang rasa untuk “memberi ruang”.

Setelah menikah, setiap orang tetap memiliki lingkaran pergaulan masing-masing, jika antara suami isteri dapat bersikap tidak terlalu ingin tahu dan mau memberi sedikit ruang, sebaliknya ini akan semakin memiliki daya tarik, jika dapat memberikan ruang pada orang lain, berarti telah memberikan kebebasan pada diri sendiri. Harap ingat, pernikahan bukan memiliki pihak lawan, melainkan bersatu, bersatu itu bagaikan bersekutu, terlebih dahulu harus menghormati pihak lawan.

Kata ketiga: rumah bukan tempat untuk membikin jelas siapa benar dan siapa salah, terlebih lagi bukan tempat untuk membuat perhitungan, rumah adalah tempat untuk membicarakan hal-hal tentang cinta.

Bukankah ada sepatah kata: kaum lelaki adalah lumpur dan kaum wanita adalah air. Jadi perpaduan antara lelaki dan wanita hanyalah “lumpur encer dan lunak” (tiada prinsip). Pernikahan adalah dua orang yang menjalani hari-hari bersama, jika dalam setiap hal mau mengusut “prinsip hukum” sampai tuntas, maka itu hanya akan membuat capek kedua belah pihak.

Baiklah, saya hanya berbicara sampai di sini. Sebagai penutup, ibu tetap saja ingin mendoakan pernikahan kalian dapat berlangsung dengan sempurna dan bahagia selalu. Juga mendoakan semua hadirin yang hadir di sini, semoga sekeluarga harmonis, dikarunia tubuh yang sehat dan lancar dalam segala hal. Terima kasih kepada anda semua!

0 komentar:

Posting Komentar

 

MiuAsakura Blog © 2008. Template Design By: SkinCorner