Kepada para sanak keluarga dan teman semua: Salam sejahtera!
Sangat berterima kasih kepada anda semua yang telah mau meluangkan
waktu anda untuk hadir dalam resepsi kali ini. Sebagai seorang ibu, saya
merasa sangat bahagia dapat menyaksikan puteri saya sudah dewasa dan
memiliki keluarga sendiri. Sanak keluarga yang duduk di sini juga ikut
menyaksikan puteriku ini tumbuh dari kecil sampai dewasa, maka di sini
saya terlebih dahulu ingin mengucapkan terima kasih kepada anda sekalian
yang telah ikut memberi perhatian dan bantuan kepada puteriku ini
selama banyak tahun ini.
Walau hari ini adalah hari maha suka
cita, namun sebagai ibu, saya tidak ingin mengucapkan kata-kata
pemberkatan seperti “Saling bergandengan tangan sampai tua” atau
“Harmonis selalu sampai masa ratusan tahun, kekal bagaikan alam
semesta”.
Pesan saya kepada puteri dan menantuku hanya terdiri dari tiga patah kata “bukan”:
Kata pertama: pernikahan bukan 1 + 1 = 2, melainkan ½ + ½ = 1.
Setelah menikah, kalian berdua harus menghilangkan separuh dari watak
individual masing-masing, kalian harus memiliki persiapan mental untuk
dapat melakukan kompromi dan saling mengalah, dengan demikian baru dapat
membentuk sebuah mahligai rumah tangga yang sempurna. Muda-mudi
sekarang pada awalnya selalu saja tertarik oleh “ketajaman” lawan
jenisnya, namun selalu saja terluka oleh “ketajaman” pihak lawan. Ibu
adalah orang yang sudah berpengalaman, jadi saya ingin berpesan kepada
kalian agar meredakan “ketajaman” diri sendiri dan mentolerir
“ketajaman” pihak lawan, inilah kunci untuk pernikahan yang langgeng.
Kata kedua: cinta bukan mesra tak terpisahkan, melainkan harus bertenggang rasa untuk “memberi ruang”.
Setelah menikah, setiap orang tetap memiliki lingkaran pergaulan
masing-masing, jika antara suami isteri dapat bersikap tidak terlalu
ingin tahu dan mau memberi sedikit ruang, sebaliknya ini akan semakin
memiliki daya tarik, jika dapat memberikan ruang pada orang lain,
berarti telah memberikan kebebasan pada diri sendiri. Harap ingat,
pernikahan bukan memiliki pihak lawan, melainkan bersatu, bersatu itu
bagaikan bersekutu, terlebih dahulu harus menghormati pihak lawan.
Kata ketiga: rumah bukan tempat untuk membikin jelas siapa benar dan
siapa salah, terlebih lagi bukan tempat untuk membuat perhitungan, rumah
adalah tempat untuk membicarakan hal-hal tentang cinta.
Bukankah ada sepatah kata: kaum lelaki adalah lumpur dan kaum wanita
adalah air. Jadi perpaduan antara lelaki dan wanita hanyalah “lumpur
encer dan lunak” (tiada prinsip). Pernikahan adalah dua orang yang
menjalani hari-hari bersama, jika dalam setiap hal mau mengusut “prinsip
hukum” sampai tuntas, maka itu hanya akan membuat capek kedua belah
pihak.
Baiklah, saya hanya berbicara sampai di sini. Sebagai
penutup, ibu tetap saja ingin mendoakan pernikahan kalian dapat
berlangsung dengan sempurna dan bahagia selalu. Juga mendoakan semua
hadirin yang hadir di sini, semoga sekeluarga harmonis, dikarunia tubuh
yang sehat dan lancar dalam segala hal. Terima kasih kepada anda semua!
Senin, 13 Agustus 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar